Aku, Jungwon dan Yoonseo baru berhasil mencapai pintu keluar area kolam renang, ketika suara teriakan nyaring terdengar. Mereka yang juga akan keluar dari kolam renang tampaknya juga tertarik oleh suara teriakan barusan.
Ingin tahu apa yang menyebabkan teriakan tersebut, kami semua tanpa terkecuali, bahkan Junhee dan Kyungjun yang sedang bersitegang sebelumnya, segera pergi menuju sumber suara.
Di depan pintu playground, kami menemukan beberapa yang yang tidak datang ke kolam renang tengah berada di sana. Yeonwoo, Eunchan, Jihoon dan Somi yang terduduk dengan ekspresi ngeri memandang sesuatu di dalam ruang playground.
Alisku mengerut curiga. Sesuatu yang buruk telah terjadi lagi, dan benar. Begitu langkahku tiba di depan pintu playground yang terbuka lebar, aku dapat melihat Seungbin tergeletak di lantai dan dipenuhi darah. Bau anyir dari jasad yang berada lama mulai tercium dan membuat sesuatu dalam perutku bergejolak ingin mengeluarkan isi lambung.
Aku mundur dengan ekspresi keruh. Memandang ngeri juga prihatin pada jasad mengenaskan Seungbin yang tampak lebih parah dari korban-korban sebelumnya.
Beberapa orang tiba, termasuk Kyungjun dan Junhee yang sampai paling akhir. Aku bisa melihat Kyungjun terkejut dan melihatnya mengambil langkah mundur. Aku merasa tidak enak untuknya, sebab Seungbin merupakan teman terdekatnya selain Jinha.
"Yakh!"
Perhatianku segera teralihkan oleh teriakan Yeonwoo. Tidak hanya aku, kami semua ikut melihat ke arah Jinha yang baru saja muncul tanpa memakai atasan. Cowok itu berjalan pelan dengan wajah gelisah dan ketakutan. Yeonwoo segera pergi menghampirinya, menghalangi jalan Jinha dan langsung menyerang dengan tuduhan, "apa kamu membunuhnya?"
Jinha yang tampak akan menangis menyangkal dengan kepayahan, "bukan aku. Aku tidak membunuhnya!" Jelas sekali bahwa dia cukup frutasi saat menemukan semua orang memandang curiga ke arahnya. "Saat aku bangun pagi ini, begitulah aku menemukannya. Bukan aku."
"Kami juga menemukan ini," tiba-tiba Eunchan ikut bersuara, mengambil perhatian kini tertuju padanya.
Eunchan melihat ke bawah lantai, membuat kami ikut melihat ke arah yang sama. Tepat disamping kaki Eunchan, terdapat jaket Kyungjun yang dipenuhi darah beserta kapak yang kemungkinan adalah benda yang digunakan untuk membobol ruang playground.
"Benda ini berada tepat di depan pintu kantin," lanjut Eunchan.
Aku langsung menoleh ke arah Kyungjun dan begitu pula yang lain. Kecurigaan terbagi antara Kyungjun dan Jinha.
Kyungjun yang mendapat tatapan curiga segera melotot tidak terima. "Bukan aku!" sangkalnya. Dia balas menatap hampir semua orang dengan kemarahan. Namun tidak adanya tanggapan berarti, Kyungjun bergerak ke arah Jinha dan mendorong cowok itu sampai membuatnya tersungkur.
"Ya, Ko kyungjun!" sergap Junhee. Namun tidak dipedulikan.
"Itu kamu bukan? Aku meninggalkan jaketku di playground kemarin dan tidak sempat mengambilnya lagi. Kamu yang membunuh Seungbin dan berusaha menyeretku. Dasar brengsek!"
Aku tidak bisa melihat bagaimana ekspresi Kyungjun saat dia memborbardir Jinha, sebab Kyungjun membelakangi kami. Namun dari suaranya, aku tahu dia marah. Sementara Jinha yang jadi ikut kesal karena disudutkan segera berdiri dan balas mendorong Kyungjun meski tidak sampai membuatnya tersungkur.
"Bukan aku!" sangkal Jinha. Dia kelihatan lebih gelisah dan frustasi digambarkan jelas oleh ekspresinya ketika dia memandang semua orang. Suaranya kemudian melemah penuh permohonan ketika dia berusaha meyakinan kami lagi, "teman-teman, sungguh bukan aku."
Tapi tidak ada yang menanggapi. Seluruh kecurigaan tertuju pada Jinha dan bukti serta saksi memperkuat segala dugaan tersebut.
Ada korban lagi. Entah dengan cara apa lagi yang harus kami lakukan untuk menghindari kematian teman kami. Walaupun aku berhasil lolos, kami harus tetap memghadapi kematian lain.
Aku merasa agak bersalah karena jadi satu-satunya yang berhasil lolos dari kematian. Tapi bagaimana dengan mereka yang tidak?
Yoonseo kemudian masuk dan mulai mengambil foto jasad Seungbin, lalu melakukan pemeriksaan jasad sejenak sebelum keluar dengan wajah mual.
Junhee, Dabum, Yeonwoo dan Eunchan yang masih tinggal kemudian menggantikan Yoonseo mengurus jasad Seungbin. Mereka akan membungkusnya dengan kain putih sebelum memindahkannya ke ruang pendingin yang ada di cafetaria.
"Ayo. Bau darah membuatku ingin muntah," ajak Jungwon. Cewek itu kemudian melihat ke arahku. "Kamu juga, Jiwon, Kamu perlu mengganti seragammu yang basah." Jungwon hendak menggandeng Yoonseo pergi, tapi Yoonseo yang selesai dengan mualnya berbalik dan menatap antara aku dan Jungwon.
"Seungbin," mulainya. "Ditikam berkali-kali dengan pisau," kata Yoonseo. Aku melihat dia memandang kosong ke dalam ruang playgroud.
Jungwon mendesah lelah dan cepat menanggapi, "jangan bicarakan itu, tidak ada yang mau tahu." Jungwon menggandeng tangan Yoonseo dan hendak kembali mengajaknya pergi, tapi Yoonseo bergeming.
"Ini mengerikan." Pandangan Yoonseo mengerling antara aku dan Jungwoon. Matanya sedikit membelakak saat memberi tahu kami, "kurasa dia ditikam bahkan setelah tewas. Mafia tidak bertindak sejauh ini dengan anak-anak lain." Yoonseo menggeleng. Suaranya tercekat sebelum melanjutkan, "tapi kali ini, aku merasa mafia sangat ingin dia mati."
Pikirkanku seakan terkoneksi setelah mendengar penuturan Yoonseo. Dengan refleks memandang ke dalam ruang playgroud dan mengawasi salah satu dari empat cowok yang berada di dalam sana.
Setelah Joowon tewas, Dabum adalah satu-satunya yang masih berselisih timpang dengan Kyungjun, Jinha dan Seungbin. Dan seperti penjelasan Yoonseo akan kondisi jasad Seungbin yang lebih parah membuatku berasumsi bahwa Dabum bisa saja adalah mafia. Meski nyaris semua orang tidak menyukai tiga berandal itu, tapi kuyakin Dabum akan menyimpan dendam lebih besar dari pada yang lain.
Setelah anak laki-laki selesai membungkus jasad Seungbin. Aku, Yoonseo dan Jungwon mengikuti mereka membawa jasadnya ke ruang pendingin. Meletakannya diantara jasad beberapa teman kami yang lebih dulu merenggang nyawa. Ini pertama kalinya aku masuk ke ruang ini dan melihat sendiri jasad-jasad tersebut. Sudah ada cukup banyak orang yang tewas, tapi tidak semua jasad berhasil dibawa ke ruangan ini. Termasuk Donghyun, Sangwan dan Hyunseok yang jasadnya berada diluar garis.
Aku ingin menangis saat mengingat Donghyun. Aku bahkan tidak bisa melihat jasadnya, sebab dia berada jauh di atas gunung dan tidak ada yang bisa membawanya.
"Ayo," ajak Junhee. Aku mendengar suaranya lirih, dia mungkin juga terluka meski Seungbin bukan orang yang dekat dengannya dan sering berselisih. Tapi, Seungbin juga teman kami, meskipun begitu.
Kami baru saja keluar dari ruang pendingin ketika suara notifikasi yang berasal dari chat grup mengambil perhatian kami. Somi memgirimkan pesan bahwa kami harus segera datang ke kolam renang.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴɪɢʜᴛ ʜᴀs ᴄᴏᴍᴇ ⇴ᴏᴄ ✓
Fanfiction"Bagaimana caranya kita keluar dari permainan ini?" - Night Has Come | Fanfiction Shin Jiwon ft All Char NHC Alternative Ending