26. Tindakkan Kriminal

1.6K 235 46
                                    

Warning : Part Khusus Mafia
Menggunakan Pov 3
____

Tubuh Kim Somi tergeletak di bawah patung, tampak mengenaskan dengan mulut dipenuhi bekas darah dan leher patah karena tercekik tali merah pembatas.

Jin Dabum muncul dari kegelapan, menatap hina ke arah jasad mantan rekan sesama mafianya. Pandangan lelaki itu lantas beralih pada seseorang yang baru saja muncul.

Sorot mata lemah dan sikap penakut yang sejak lama Dabum tampilkan di hadapan teman sekelasnya sirna begitu saja. Dengan lagak angkuh menatap lawan bicaranya. "Hanya ada kamu dan aku sekarang. Mari kita temukan dokter dahulu, agar tidak ada lagi yang bangkit dari kematian."

Sosok itu melangkah lebih dekat, membalas tatapan Dabum dengan pandangan dingin.

"Siapa menurutmu yang berperan sebagai dokter?"

Dabum tersenyum miring, tampak seperti seorang Psikopat yang siap memangsa korbannya. "Ahn Nahee."

"Tidak mungkin dia."

"Lalu, siapa menurutmu? Shin Jiwon?" tanya Dabum.

"Jang Hyunho."

Dabum mengerutkan alis sesaat, dengan kepala miring. Meragukan nama yang disebutkan rekannya tersebut.

"Orang pertama yang disembuhkan adalah Ahn Nahee dan kemudian itu Shin Jiwon. Hyunho memiliki hubungan dengan mereka. Dia menyukai Nahee sementara Jiwon adalah sahabat Donghyun."

Seakan tercerahkan, Dabum lantas bertepuk tangan, seakan mengapresiasi analisis rekannya. "Kamu memang cerdas. Seperti julukanmu. Eh, Mensa?"

"Yang benar adalah "'Mensan'"

Dabum menyeringai, menyambut Oh Jung Won yang berjalan mendahuluinya menaiki tangga menuju lantai dua.

"Kita harus mengatasi Shin Jiwon juga setelah ini," cetus Dabum, membuat langkah Jungwon yang berada di anak tangga yang lebih tinggi, seketika terhenti. Jungwon menoleh ke belakang. "Kamu punya masalah dengannya?"

Dabum merespon dengan kedikan bahu acuh. "Dia terlalu dekat dengan Ko Kyungjun. Dan kupikir, Shin Jiwon adalah polisi. Dia terlihat sangat yakin bahwa Somi adalah mafia."

Jungwon kembali melanjutkan langkahnya, masih berbicara pada Dabum meski tidak lagi melihat ke belakang. "Kupikir beberapa orang bekerja sama."

"Menurutmu begitu?"

"Tadi, Junhee juga tidak ragu memilih Somi. Begitu juga Jisoo dan Yoojoon," kata Jungwon mengungkap pemikirannya.

Dabum menekuk alis, memikirkan pernyataan Jungwon sejenak. "Bagaimana mereka bisa saling mengetahui identitas mereka?"

"Apa kamu bodoh?" sindir Jungwon, membuat Dabum merespon agak tidak terima. "Mereka pasti bekerja sama dengan polisi. Dan sepertinya juga sudah tahu identitas dokter."

Dabum seketika terkejut, refleks menghentikan langkah. "Kalau begitu apakah mereka sudah tahu siapa saja mafia nya?" Dabum jadi panik. Dia melangkah cepat menghampiri Jungwon.

Jungwon terpaksa menghadapi Dabum sembari bersedekap dada. "Bisa saja." Dia mengalihkan pandangan sejenak dan mendesah berat. "Shin Jiwon. Dia cukup ambisius. Kupikir dialah yang membuat orang-orang itu bekerja sama."

Dabum berdecih sinis. "Gadis itu memang pintar. Bukankah peringkatnya tepat di bawahmu? Kami mendapatkamu sebagai mafia di sisi kami. Dan Shin Jiwon adalah otak di sisi mereka."

"Yaa, bagaimana jika kita bunuh saja dia malam ini?" saran Dabum. Dia terseyum licik, seakan baru saja memikirkan ide brilian.

"Dia bersembunyi dengan Ko Kyungjun di kantin. Pintu tempat itu sulit dibobol. Bukankah sudah kukatakan saat rencana menghabisi tiga berandal itu tempo hari. Karena itulah kita harus memancing Ko Kyungjun keluar dari tempat persembunyiannya. Tapi rencana itu gagal dan Ko Kyungjun masih hidup."

Dabum berdecak kesal. "Sial. Aku masih harus mengurus Ko Kyungjun sibrengsek itu juga."

"Sudah," sela Jungwon lelah. "Kita sebaiknya mulai  mencari tempat persembunyian Hyunho. Waktu kita tidak banyak."

Dabum mengerang kesal sebelum mengikuti Jungwon untuk memulai rencana mereka.

Hyunho bersembunyi bersama Nahee di lantai tiga, di salah satu ruangan. Dabum membobol ruangan itu menggunakan kapak, menghancurkan pintu hingga berlubang, membuatnya dengan mudah memasukan tangan dan membuka pintu dari dalam.

Dabum masuk dan dengan segera membunuh Hyunho dengan menusukkan pisau tepat dijantung lelaki itu. Tidak bertindak banyak dan sebrutal saat dia menghabisi Seungbin. Dabum kembali keluar setelahnya, tanpa sedikit pun meninggalkan jejak kecuali bukti pintu yang dibobol.

Pisau yang digunakan untuk menusuk jantung Hyunho tadi kemudian diberikan pada Jungwon. Mereka perlu mencari kambing hitam untuk disalahkan besok pagi.

Setelah membereskan urusan mereka, baik Jungwon dan Dabum segera kembali ke tempat persembunyian mereka, berpura-pura tidur dan ikut bangun saat siang telah tiba, bersikap tidak tahu apa-apa saat yang lain mulai bangun dan terkejut mendengar pemberitahuan kematian Hyunho.

Sementara itu, Jiwon terburu-buru ingin keluar dari kantin, menakan Kyungjun agar cepat membuka pintu. Gadis itu tentu saja tidak menyangka bahwa Hyunho lah yang mati pagi ini. Dia tidak bisa menduganya.

Semua orang sudah berkumpul di lorong lantai tiga. Di depan pintu ruangan tempat jasad Hyunho ditemukan. Dari dalam terdengar suara tangis Nahee yang amat pilu. Gadis itu memeluk jasad Hyunho, menyayangkan kepergian lelaki yang menjadi tambatan hatinya.

"Hyunho adalah dokter," gumam Yeonwoo.

"Dia menyelamtkan Nahee pertama kali dan tadi malam juga," timpal Eunha, gadis itu sudah meneteskan air mata, merasa kasihan saat melihat Nahee yang sedang menangisi kepergian Hyunho. "Kasihan Nahee."

Junhee hanya bisa terdiam menyaksikan jasad Hyunho. Sampai pandangannya teralihkan oleh kedatangan Jiwon dan Kyungjun. Junhee mengawasi Jiwon lirih ketika gadis itu dengan ragu-ragu mendekati pintu untuk melihat ke dalam ruangan tempat Hyunho berada, dan sesuai dugaan Junhee, gadis itu hampir tidak bisa mengendalikan dirinya. Jadi Junhee maju, menongka lengan kanan Jiwon, menariknya menjauh dari pintu dan menabrakkan gadis itu ke dalam dekapannya.

Tangis Jiwon pecah dalam dekapan Junhee. Meski isaknya tidak sehisteris Nahee, Junhee tahu bahwa Jiwon juga merasa kehilangan. Hyunho dekat dengan Donghyun, membuat Jiwon ikut berteman dekat dengan Hyunho juga. Junhee sendiri juga merasa kehilangan, Hyunho adalah teman yang baik. Lelaki itu selalu memihak Junhee, serta menghargainya sebagai ketua kelas.

"Junhee," bisikan Jiwon yang masih berada dalam dekapannya segera menarik perhatian Junhee. Dia menoleh ke gadis yang lebih pendek darinya itu, tapi Jiwon tidak sedikit pun mengangkat wajah dan tetap menempelkan wajahnya ke dada bidang Junhee sampai suara bisikannya kembali terdengar, "Jin Dabum. Aku punya firasat kuat bahwa dia adalah mafia. Pasti dialah yang sudah membunuh Hyunho."

"Yaa, sudah." Kyungjun yang sudah muak menunggu sampai tangis Jiwon reda, segera menarik Jiwon dari pelukan Junhee. Merasa cemburu karena kalah start untuk menenangkan Jiwon yang sedang menangis.

"Jangan ikuti aku," ujar Jiwon pada Kyungjun sebelum dia melangkah pergi, sejenak menyenggol lengan Jisoo untuk memberi tanda bahwa dia ingin menemui gadis itu secara rahasia. Sayangnya, Jungwon sempat melihat interaksi kecil mereka, dan memandang datar kepergian Jiwon.

To Be Continued

A/n

Maapkeun buat para ceweknya Hyunho. Aku dengan sangat terpaksa nge nerf Hyunho untuk kebutuhan alur.

Ngomong-ngomong, bentar lagi cerita ini bakal end. Jadi aku mau nanya kesan kalian yang ngikutin cerita ini dari chapter pertama sampe sekarang. Menurut kalian, cerita ini bagus nggak?

Tolong komentarnya yeorobun~

ɴɪɢʜᴛ ʜᴀs ᴄᴏᴍᴇ ⇴ᴏᴄ ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang