14. Selembar Foto

1.6K 245 9
                                    

Aku terpenjat, langsung bangun dengan nafas naik turun dan jantung berdegup kencang. Aku tidak lagi bermimpi sejak datang ke pusat retret ini. Tapi anehnya, yang barusan itu, walaupun mimpi, tapi terasa nyata.

Aku mengusap wajahku. Merasa sudah benar-banar sehat dan tidak pusing lagi. Lantas segera turun dari ranjang, aku mulai berjalan keluar dari uks. Berniat menemui yang lain.

Hari sudah malam dan terasa sepi saat sendirian. Aku berkeliling untuk menemukan siapa pun dijalanku, tapi tidak ada siapa pun. Semua lantai yang kuperiksa kosong. Aku bahkan naik ke roftop untuk memeriksa.

"Dimana mereka?" Aku berdecak kesal dan segera turun. Pergi ke lobi, bahkan sampai melihat ke luar.

"Sial, dimana semua orang?"

Aku kembali masuk. Hendak memeriksa auditorium, namun langkahku terhenti saat melewati papan snene code panduan. Aku memutuskan menatap benda itu lama, kembali teringat tentang beberapa hal janggal sebelum permainan mematikan ini dimulai.

Saat itu, aku sama sekali tidak melakukan scene kode, tapi aplikasi game berkedok aplikasi panduan itu secara tiba-tiba terinstal diponselku. Sejujurnya, jika memikirkan ulang, ada banyak hal tidak masuk akal tentang game ini. Suara seseorang dari speaker yang terus memberitahukan tentang permainan, yang bahkan tidak bisa kami temukan keberadaannya karena ruang siaran kosong. Serta bagaimana seseorang yang dipilih tiba-tiba berperilaku aneh dan mulai membunuh diri sendiri. Ditambah garis batasan yang tidak boleh dilewati. Jika seseorang membuat game ini dan memaksa kami memainkannya, bagaimana orang itu membuat kami terpengaruh begitu kuat sampai bisa membunuh diri kami sendiri?

Pandanganku kemudian beralih memandang patung dihadapanku. Mengamatinya lama, sebelum membuang napas berat dan berlalu pergi dari lobi. Melanjutkan pencarianku mencari orang-orang yang entah berada dimana.

Mereka tidak ada di auditorium, jadi aku pergi memeriksa ke area kolam renang. Aku menelan ludah saat menemukan tempat itu gelap, tapi secara tiba-tiba lampunya menyala, membuatku kembali terkejut. Mencoba memberanikan diri, aku masuk lebih dalam untuk memeriksa.

Terdengar suara riak air, mengambil alih perhatianku. Aku segera mengecek dengan melihat ke arah kolam dan menemukan gelang mengapung di atas air. Aku berusaha meraihnya, tapi cukup sulit karena gelang tersebut justru terombang-ambing dan menjauh.

"Yaa! Shin Jiwoon!"

Aku dibuat sangat terkejut oleh panggilan itu, lantas segera menoleh kebelakang untuk memarahi siapa pun dia yang baru saja memanggil.

"Yaa! Kamu mengejutkanku!" balasku berteriak. Namun, ekspresiku menjadi bingung saat melihat semua orang datang dan sebagian tampak panik.

"Ya, kamu tidak apa-apa?" tanya Kyungjun. Aku menatapnya heran, bingung dengan kekhawatirannya.

"Jiwon, kamu baik-baik saja?" Kini giliran Junhee yang bertanya. Yang lagi-lagi kubalas dengan kerlingan heran.

"Ya, apa kamu barusan melihat seseorang disini?" tanya Somi agak sarkas. Aku menoleh padanya dan segera menggeleng. Masih dengan tampang bingung karena sama sekali tidak mengerti dengan sikap semua orang sekarang.

"Ada apa?" tanyaku.

"Ada hantu," sahut Mina

"Dan dia akan mendekatimu," lanjut Eunha.

"Apa kamu benar-benar tidak melihatnya?" tanya Yoonseo. Alisku berkerut melihat wajah paniknya. Dia kemudian segera mendekat dan memperlihatkan sesuatu padaku. Itu adalah selembar foto yang tampak seperti foto kelas kami, tapi hampir semua wajah tertutup, hanya satu orang yang tidak.

"Dia mungkin terlihat seperti ini. Apa kamu sungguh tidak melihatnya?" Yoonseo seolah mendesak, membuatku makin kebingungan. Aku sungguh tidak melihat siapa pun dikolam renang sejak aku datang.

"Yaa! Lee Yoonseo, sudahilah omong kosongmu itu. Dia bilang tidak ada seorang pun," sergah Somi.

"Jika Jiwon tidak melihatnya, bagaimana itu bisa tertangkap kamera?" Jungwon maju dan balik menantang Somi.

"Benar. Bukankah itu hantu sungguhan?" cetus Mina. Aku melihatnya tampak ketakutan.

Aku kembali memperhatikan foto yang diperlihatkan Yoonseo. Menelik satu-satunya sosok yang wajahnya tidak ditutupi. Merasa agak familiar dengan wajah tersebut, aku mencoba membuka pikiran lebih keras dan berusaha mengingat. Aku yakin aku pernah melihat wajah ini sebelumnya, tapi entah bagaimana sulit untuk benar-benar mengingatnya.

"Siapa yang peduli dengan hantu sekarang?" ujar Somi. Dia kemudian melangkah ke hadapanku dan Yoonseo, lalu merampas foto dari tangan Yoonseo dan merobeknya.

"Ya, Kim Somi!" Aku melotot marah padanya. "Apa yang kamu lalukan?"

"Dia terus membicarakan hantu dan menyeret kita dalam masalah ini. Kita akan memilih Lee Yoonseo. Cepat."

Sesuatu tiba-tiba melintas dalam pikiranku. Aku baru saja melihatnya beberapa menit lalu, bagaimana aku bisa lupa? Aku segera memungut foto yang sudah robek di lantai, mengambil potongan sosok yang wajahnya tidak tertutup.

"Bagaimana jika kita memilih dengan cara yang berbeda?"

"Junhee, kita tidak..."

"Tunggu," sergahku, menyala Somi. Masih memperhatikan sosok difoto dengan seksama. "Aku pernah melihatnya." Aku menoleh pada Yoonseo dan mengangguk padanya, bisa kulihat ekspresinya berubah penuh harap.

"Melihat apa?" tanya Jisoo.

Aku melihat gadis itu dan menatap yang lainnya juga. "Gadis dalam foto ini." Aku memamerkan potongan foto tersebut ke hadapan mereka. "Tidakah terlihat familiar?"

"Entahlah," tanggap Yeonwoo.

"Berhentilah mengulur waktu, kita harus mulai memilih sekarang."

Aku mendelik pada Somi.

"Kita dengarkan dia dulu," sela Kyungjun. Aku segera menatapnya dan berterima kasih.

"Jiwon, dimana kamu pernah melihatnya?" tanya Junhee.

"Apa kamu melihat hantu juga?" Kali ini Nahee.

Aku menggeleng atas pertanyaannya. "Bukan hanya aku, kita semua pernah melihatnya."

"Apa maksudmu kita semua pernah melihatnya?" tanya Jisoo.

Aku menatap mereka semua dengan keyakinan. "Ayo ikut aku." Aku segera menerobos pergi. Berjalan keluar dari kolam renang dan pergi menuju lobi. Aku yakin tentang ini, wajah gadis dalam foto memang familiar karena aku sudah berulang kali melihatnya.

Aku merasakan yang lain juga sudah berada dilobi. Aku melihat mereka sebentar sebelum mengangkat potongan foto, mengarahkannya sejajar dengan patung putih di balik papan panduan. "Tidakah kalian menyadarinya juga?" Aku menoleh ke arah Yoonseo yang tampak terkejut. Dia mungkin tidak menduga sebelumnya, bahwa patung yang berulang kali kami lihat dan lewati dengan acuh, mempunyai arti lebih dan mungkin memiliki kaitan kuat dengan masalah yang sedang kami hadapi.

To Be Continued

ɴɪɢʜᴛ ʜᴀs ᴄᴏᴍᴇ ⇴ᴏᴄ ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang