Aku hendak kembali ke kamar ketika aku bertemu Hyunho, Nahee dan Wooram.
"Jiwon, kamu baik-baik saja?" tanya Nahee, tampak khawatir.
Aku menatapnya sejenak, lalu melihat ke arah kakinya yang diperban. Tidak menjawab pertanyaan Nahee, aku justru balik bertanya padanya, "apa itu parah?"
Nahee mamandangku bingung sesaat sebelum kelabakan menjawab, "ya? ya, tidak parah. Aku baik-baik saja."
"Jiwon. Tentang Donghyun..."
Aku segera menghentikan perkataan Hyunho, "jika kamu ingin minta maaf, berhentilah. Aku sudah cukup mendengar kata maaf hari ini."
"Kamu sudah baik-baik saja?" tanya Hyunho.
"Tidak. Aku tidak baik-baik saja," kataku. "Tapi aku memutuskan untuk berhenti menangis sekarang," lanjutku. Aku menatap tiga orang di hadapanku dengan keyakinan.
"Tapi apa yang akan kita lakukan dengan game sialan ini?"
"Yang lain sudah berkumpul dikamar, mereka bersiap untuk memilih. Kamu bisa ikut dengan kami," kata Wooram.
"Siapa pun yang dipilih akan berakhir seperti Heoyul kan?" kataku. "Apa kita masih akan melakukannya?"
"Aku juga berpikir begitu," ujar Nahee, mencicit kecil.
"Yaa! Aku mencarimu."
Perhatian kami beralih saat Wooram tiba-tiba bergerak meraih Junhee yang baru saja datang bersama Yoonseo dan Jungwon. Sejenak, tatapanku bersibobrok dengan Junhee, tapi aku tidak berlama-lama dan langsung mengalihkan pandangan.
"Ayo, yang lain bilang mereka akan memilih," kata Wooram.
"Yul meninggal setelah kita memilih dan mereka ingin memilih lagi?" tanya Junhee tidak habis pikir.
"Kita tidak bisa pergi sampai permainan berakhir," kata Wooram. "Kita tidak punya pilihan."
"Tapi bagaimana kita bisa melakukan itu lagi?" sergah Yoonseo. "Kita harus menghentikan mereka. Kita tidak boleh memilih."
"Bagaimana kita akan menghentikan mereka?" tanya Jungwon. "Meski ingin membujuk mereka, kita butuh alternatif."
Junhee segera menyela, "aku akan membujuk mereka. Apa semua orang bersama?"
"Alternatif apa yang akan kamu tawarkan?" Aku menatap Junhee tepat, tapi bisa kurasakan kalau perhatian yang lain kini juga terpusat padaku. "Jika ini berakhir seperti terakhir kali dan ada yang mati lagi..." Aku menggeleng. "Aku tidak mau melakukannya"
"Jiwon."
Aku segera membuang pandangan.
"Tidak semua orang. Beberapa masih diluar," ucap Wooram setelah beberapa saat hening.
"Kalau begitu, mari kumpulkan mereka terlebih dahulu," ajak Junhee. Nahee kemudian menawarkan diri untuk membantu.
"Tunggu. Dabum," sergah Yoonseo.
"Dia pergi saat Ko Kyungjun menelfonnya," beritahu Jungwon.
"Para berandal itu. Aku tidak pernah menyukai mereka," ucap Hyunho.
Junhee kemudian berlalu pergi, tampaknya akan pergi menuju tempat berkumpulnya geng Kyungjun. Aku terpaksa ikut dengan mereka karena Yoonseo mengajakku. Tapi aku tidak masuk dan menunggu diluar, membiarkan keributan yang terjadi di dalam kantin antara geng Kyungjun, Junhee dan Hyunho.
Beberapa saat kemudian, mereka semua akhirnya keluar dari dalam kantin setelah menangani persolan mereka. Aku yang berdiri tepat di samping pintu, melirik singkat pada Kyungjun saat dia keluar dan berhenti saat melihat keberadaanku. Aku mendengus pelan dan berlalu pergi mengabaikannya.
Kami semua berkumpul di auditorium, mendengarkan apa yang akan Junhee tawarkan sebagai ganti agar kami tidak lagi memilih. Tapi beberapa orang menentang ide tersebut. Kepercayaan antara satu sama lain tampaknya mulai memudar.
"Ucapan ketua kelas masuk akal," cetus Kyungjun. Dia datang dengan tong dan mengitari kami. "Kenapa kalian tidak mau bekerja sama?"
"Apa ini sungguh akan berhasil?" Aku bersuara setelah lama menunggu yang lain berdebat. Saat itu, aku bisa merasakan semua pandangan tertuju kearahku. Tapi pandanganku lurus menatap Junhee. "Kita tidak tahu apa-apa tentang game sialan ini. Dan tidakkah kamu membaca aturannya? Walaupun kita tidak memilih, mafia akan tetap membunuh orang saat kita semua tidur seperti tadi malam. Tetap akan ada orang yang mati pada akhirnya. Bagaimana kamu mengatasi yang satu itu?"
"Benar! Sesuatu bisa saja terjadi saat kita tidur," kata Mina, bersuara cepat menyetujui.
"Tidakah yang mendapat peran mafia tidak membunuh siapa pun?" ujar Eunha.
"Bukannya mafia akan punya aturan sendiri?" cetus Daebum, menarik perhatian semua orang. Dia tampak melotot sejenak sebelum menjelaskan maksudnya, "dalam game mafia, siapa pun yang mendapat peran harus membunuh setidaknya satu orang saat waktu malam tiba. Itu aturan biasa dalam game," jelasnya.
"Bagaimana jika mafia tidak melakukan perannya? Apa yang akan terjadi?" tanya Jooyoung.
Tidak ada yang menjawabnya. Semuanya diam, tampaknya tidak ada satu pun yang tahu jawaban dari pertanyaan Jooyoung barusan.
"Jadi, apa kita akan tetap mengumpulkan ponsel kita?" tanya Yeonwoo.
"Sebaiknya tidak," kataku, menyela saat Junhee hendak bicara.
"Tapi kita tidak bisa memilih seseorang lagi," cetus Yoonseo, membuatku segera menoleh padanya. "Jiwon, tidak." Yoonseo menggeleng dengan ekspresi mengeruh.
Aku balik menatapnya dengan ekspresi datar sebelum beralih menatap yang lain. "Bagaimana dengan ini? Tidak perlu mengumpulkan ponsel, hanya jangan ada yang memilih. Kita tunggu sampai waktu habis dan lihat apakah itu berhasil atau tidak."
"Bagaimana jika ada yang curang dan memilih?" tanya Eunchan.
"Buat dia jadi target," perkataanku sukses mengejutkan mereka semua. "Siapa pun yang memilih, itu akan muncul dalam notifikasi. Pilih orang yang melakukan kecuragan. Tidakah itu akan menahan niat kita?" jelasku. "Cobalah berbuat curang dan kamu yang akan terjebak."
"Itu ide bagus!" seru Jisoo cepat. "Ayo kita lakukan itu saja. Aku tidak mau mengumpulkan ponselku."
"Benar!" timpal Mina.
"Bagaimana?" Aku menatap Junhee lagi dan bertanya pendapatnya, meskipun aku tidak cukup peduli.
"Ya, mari lakukan itu saja." Kyunjun menaruh tong ditangannya begitu saja ke lantai. Setuju untuk mengikuti saranku.
"Junhee, bagaimana?" tanya Hyunho, meminta pendapat.
Aku melihat Junhee ragu saat yang lain menatapnya, menunggu tanggapan dari sang ketua kelas.
"Kita hanya melihat sampai tengah malam. Jika tidak ada yang terjadi, maka kita tidak harus memilih," ucapku lagi. Aku menghela napas berat sembari bersedekap dada, menatap ke arah Junhee dengan ekspresi datar.
"Baiklah. Kita lakukan ide Jiwon," putus Junhee. "semua orang tetap di sini, tidak ada yang pergi dan mari menunggu sampai tengah malam untuk melihat."
Semuanya kemudian mulai duduk melingkar, diam tapi saling mengawasi satu sama lain. Sementara jam terus berjalan, terasa lebih lama dari biasanya, dan aku mulai merasa gelisah.
-satu menit lagi untuk memilih-
Perhatian yang lain langsung tertuju ke arah jam saat suara speaker terdengar. Aku memperhatian jarum jam yang terus bergerak, detik demi detik, menunggu dengan tegang sampai satu menit berlalu dan waktu menunjukan jam dua belas malam tepat.
"Yaa!" Wooram mengambil perhatian. "Itu sudah lewat tengah malam, tapi tidak ada pengumuman," kata Wooram. "Apa itu berhasil?"
"Apa kita baik-baik saja sekarang?" tanya Somi.
Semua orang mulai berdiri dan sebagian besar terlihat legah, saling memeluk teman disamping mereka dengan senyum bahagia. Aku juga merasa legah karenannya, dan hendak bangkit berdiri, tapi, tiba-tiba alarm berbunyi dan peringatan dari speaker terdengar, mematahkan kebahagian kami semua.
-peserta harus memilih dan mengidentifikasi mafia-
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴɪɢʜᴛ ʜᴀs ᴄᴏᴍᴇ ⇴ᴏᴄ ✓
Fanfic"Bagaimana caranya kita keluar dari permainan ini?" - Night Has Come | Fanfiction Shin Jiwon ft All Char NHC Alternative Ending