"Patung itu terlihat mirip dengan seseorang di foto itu."
"Aku melihatnya sejak pertama kali datang ke tempat ini. Bagaimana aku tidak menyadarinya?" gumam Yoonseo.
"Bukan hanya kamu. Kita semua tidak menyadarinya."
Semua orang terpaku, menatap kemiripian antara patung dan sosok dalam foto yang Yoonseo temukan.
"Yoonseo, dimana kamu menemukan foto ini?" Aku mengambil perhatian Yoonseo dengan bertanya padanya.
Yoonseo mengalihkan pandangan dari patung ke arahku. "Dalam kotak di gudang, itu tersimpan dalam satu album foto."
"Kalau begitu ada foto lain?" Tanyaku. Yoonseo mengangguk. "Bisakah kamu menunjukannya?"
Yoonseo menggeleng dengan ekspresi mengeruh. "Aku memeriksanya kembali tapi sudah hilang."
Aku langsung menghela napas kecewa.
Tiba-tiba, Somi menyela, "sudah. Apakah kita tidak akan memilih? Sebentar lagi tengah malam," katanya. Aku menoleh sengsi pada Somi yang tengah bersedekap dada dan balik memandangku dengan alis berkerut tidak senang.
"Tidakah kamu melihat ada sesuatu yang tidak beres di sini? Dan kamu masih ingin memilih dan melihat seseorang mati lagi?" balasku. Aku berbalik sepenuhnya dan berhadapan dengan Somi.
"Jika kita tidak memilih, kita yang akan mati."
"Benar. Kita harus memilih sekarang," cetus Mina.
Aku merapatkan bibir dan memandang mereka yang berada di hadapanku dengan tidak percaya. Sudah jelas ada yang tidak beres dengan permainan ini, ada banyak sekali hal janggal. Tapi alih-alih menemukan apa yang sebenarnya terjadi, mereka terus mengikuti alur permainan dan membiarkan seseroang mati.
"Siapa yang akan kita pilih?" tanya Jisoo.
"Dia," Somi menuding Yoonseo. Aku segera melotot padanya. Apa dia sudah tidak waras?
"Ya, Kim Somi," marah Jungwon. Gadis itu hendak maju menantang Somi, tapi Yoonseo lebih dulu menahannya.
"Atas dasar apa kamu memilih Yoonseo?" Aku menatap tajam Somi, mendelik padanya dengan penuh tuntutan. Gadis ini terus mendorong seseorang sejak awal, dan mereka semua adalah yang pernah berselisih dengannya. Dia mendorong semua orang kecuali dirinya sendiri dan Junhee.
"Dia terus mengatakan omong kosong. Sejak siang, kami seharusnya sudah memilihnya, tapi dia terus mengulur waktu dengan menunjukan rekaman cctv yang tidak berguna,"
Alisku berkerut mendengar rekamam cctv yang disebutkan Somi. Aku sepertinya ketinggalan cukup banyak hal hanya dengan tidur beberapa jam di uks.
"Berhenti. Kita akan mulai memilih sekarang," sela Kyungjun. Dia bersiap menekan nama seseorang, tapi aku langsung maju dan menghentikan tindakannya. Aku menatapnya penuh harap, memohon agar dia tidak memilih.
-Choi Mi Na memilih Lee Yoon Seo-
-Kim So Mi memiliha Lee Yoon Seo-
"Yaa!"
"Teman-teman, tunggu." Junhee tiba-tiba maju ke depan yang lain, menghentikan tindakan beberapa orang yang hendak ikut memilih. Cowok itu menatap waspada, mewanti-wanti agar tidak ada yang akan memilih lagi.
"Seperti yang kubilang sebelumnya, bagaimana jika kita memilih dengan cara yang berbeda?"
"Junhee." Erang Somi.
Aku mendelik ketika Somi merengek pada Junhee. Lantas mencibir diam-diam.
"Bagaimana kita bisa melakukannya secara berbeda?"
Aku menoleh pada Kyungjun dengan ekspresi mengeruh. Bisakah dia diam saja?
"Kamu hampir membunuh kita semua. Omong kosong apa itu?"
"Kyungjun," tegurku. Dia sudah berlebih dengan Junhee. Aku paham bahwa dia tidak menyukai ketua kelas, tapi menuduhnya sebegai pembunuh sudah kelewatan.
"Tidak, Jiwon. Kita tidak bisa mengikuti si brengsek ini lagi."
"Setidaknya, kita bisa mendengarkannya lebih dulu sebelum memutuskan," celetuk Jungwon. Aku segera mengangguk, sembari menatap Kyungjun serta yang lainnya dengan persetujuan.
"Apa itu? Beritahu kami," pinta Yoojoon.
Kami semua memperhatikan Junhee, mendengarkan rencananya.
"Dari 18 suara, Yoonseo mendapatkan 2. Kamu mati saat mayoritas memilihmu. Jika tidak, kamu tidak akan mati," terang Junhee. "Kita bisa membagi sisa suara, agar dia tidak dipilih oleh mayoritas."
Apa kita bisa melakukan itu? Aku menatap semua orang, dan tampaknya nyaris mereka semua juga tidak begitu yakin. Tapi rencana Junhee barusan memang terdengar masuk akal. Selama ini kami hanya memilih dan membiarkan satu orang mengambil suara terbanyak. Tapi bagaimana jika suara seri antara dua orang?
"Jadi kamu ingin membuat orang lain mendapat dua suara seperti Yoonseo agar hasilnya seri," komentar Jungwon.
"Benar. Dengan begitu kita semua akan memilih tanpa absatin," lanjut Junhee.
"Itu terdengar masuk akal," ujar Hyunho.
"Benar, mari coba cara itu," timpal Nahee
"Tapi, siapa yang akan menerima jumlah suara yang sama?" tanya Somi.
Aku menatap satu persatu semua orang yang ada di lobi saat itu. Bisa kulihat tidak ada satu orang pun yang ingin mengajukan diri. Mereka menatap ponsel mereka, semua orang diam dan membuat jeda hening yang cukup lama dan menyebalkan. Aku memejamkan mata, lantas menghela napas dalam-dalam.
"Berikan padaku." Rencana Junhee terdengar masuk akal, jika rencana ini berhasil, maka kami hanya perlu melakukan pemilihan seri agar tidak ada yang mati lagi. Aku menatap mereka semua dengan penuh keyakinan. "Aku akan menerima dua suara itu."
"Shin Jiwon," tegur Kyungjun.
"Jiwon, kamu tidak perlu melakukan itu," kata Junhee.
Aku menatap Junhee dengan tekad. "Kamu yakin dengan rencanamu dan bahwa ini akan berhasil bukan? Maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Aku berbalik dan menatap yang lain. "Dua orang pilih aku."
Aku menerima dua suara dari Yoonseo dan Eunha. Dan sebagai gantinya memilih Eunha. Yang lain juga mulai bergantian melalukan vote dengan saling memilih. Sampai semua orang mendapatkan suara dan membuat pemilihan seri antara aku dan Yoonseo.
-pemungutan suara selesai-
Tidak ada alarm dan speaker tidak mengumumkan sesuatu. Aku langsung bernapas legah saat Yeonwoo mulai mengoceh bahwa kami berhasil melewati pemilihan tanpa ada satu orang pun yang akan mati.
Aku mengghela napas legah. Sejujurnya sempat merasa takut, tapi itu berhasil. Maka setelah ini kami hanya perlu memilih dengan cara yang sama untuk seterusnya sampai permainan berakhir.
"Sial, kita seharusnya melakukan ini sejak awal." Aku menyugar rambutku, merasa benar-benar legah dan seakan beban berat baru saja diangkat dariku. Aku kemudian merasakan seseorang tiba-tiba memegang tanganku, membuatku menoleh dan menatap Kyungjun heran.
"Ayo, kita harus bersembunyi."
Benar. Sial, aku lupa kalau masih harus menghindari mafia. Aku mengangguk dan hendak mengikutinya pergi, tapi tiba-tiba, alarm berbunyi dan speaker mengumumkan sesuatu.
-Karena Lee Yoon Seo dan Shin Ji Won menerima suara yang sama. Diadakan pemungutan suara kedua untuk dua orang selama lima menit-
-hanya mereka yang tidak memilih keduanya dibabak pertama akan memilih lagi. Jika seri lagi, semua orang akan dieksekusi-
To Be Continued

KAMU SEDANG MEMBACA
ɴɪɢʜᴛ ʜᴀs ᴄᴏᴍᴇ ⇴ᴏᴄ ✓
Fanfiction"Bagaimana caranya kita keluar dari permainan ini?" - Night Has Come | Fanfiction Shin Jiwon ft All Char NHC Alternative Ending