25. Pemilihan Dimulai

1.3K 228 3
                                    

Aku memandang patung di atasku. Patung yang mirip dengan gadis dalam foto yang Yoonseo temukan. Gadis itu, Park Se Eun.

Entah bagaimana kenangan itu kembali pada kami. Tapi semua orang mengingat tentang Seeun sekarang. Mafia game dan Seeun sebagai master permainan membuat situasi menjadi lebih rumit.

Hanya dengan mendengar nama Seeun, kejadian paling menghebohkan semester lalu membuatku mengingat apa saja yang terjadi saat itu. Bagaimana sebagian besar kelas, bahkan nyaris semua orang di sekolah memandang Seeun dengan tatapan kurang sopan.

Sejak saat itu, Seeun lebih banyak menyendiri, dan selalu gelisah setiap saat. Baik aku dan Yoonseo berusaha mengajaknya bicara atau hanya menghabiskan waktu bersama seperti biasanya, tapi Seeun selalu menolak.

Hari itu, hari paling memilukan. Aku justru sakit dan tidak masuk sekolah selama tiga hari. Seeun meninggal. Jasadnya ditemukan di sungai tidak jauh dari sekolah. Polisi memberi keterangan bahwa Seeun melompat dari atas jembatan dengan niat bunuh diri.

Aku masih tidak bisa memaafkan diriku sendiri hingga detik ini. Jika saja aku lebih berusaha, jika saja aku mengacuhkan pengabaian Seeun dan membuatnya lebih terbuka. Jika saja. Ada bannyak sekali 'jika saja' yang tidak bisa terealisasikan. Hanya menumpuk sampai menjadi beban yang cukup menyesakan.

"Jiwon."

Aku menoleh, menemukan Yoonseo entah sudah sejak kapan telah berdiri disampingku dan ikut memandang patung yang seolah tengah duduk anggun di hadapan kami.

"Seeun, menurutmu kenapa dia melakukan ini pada kita? Apa sungguh...apa sungguh satu dari kita telah membunuh Seeun?"

Aku tidak bisa menjawab pertanyaan Yoonseo. Aku sendiri tidak tahu. Bagaimana Seeun yang sudah meninggal bisa membuat kami mengalami masalah besar ini. Seeun, apa dia sungguh menginginkan balas dendam?

"Yoonseo." Aku tidak sedikit pun mengalihkan perhatian dari patung, tapi bisa kurasakan Yoonseo saat ini tengah memandang ke arahku. "Menurutmu ini nyata? Game ini, apa teman-teman kita sungguh benar-benar mati?"
Aku tidak mendengar tanggapan apa pun untuk beberapa saat, jadi kuputuskan untuk menoleh, namun hanya mendapati wajah sedih Yoonseo.

"Aku selalu berharap ini hanya mimpi, semua kejadian yang kita alami hanya sekedar mimpi buruk. Tapi..." Yoonseo memutar badan sepenuhnya menghadapku ."aku bisa merasakan semuanya dengan jelas. Segala perasaan tersiksa, lelah dan beban yang terus menumpuk setiap kali satu teman kita mati. Jika ini mimpi, bagaimana aku bisa merasakan semua perasaan itu?"

Aku mengangguk penuh pengertian. Yoonseo benar. Yang sedang kami alami memang terasa benar-benar nyata. Tapi aku sedikit memikirkan logika tentang keganjalan dari semua hal yang berkaitan dengan permainan. Di dunia nyata, tidak ada orang yang bisa tiba-tiba kehilangan kendali dan merenggang nyawa hanya karena melewati satu garis putih.

"Jiwon, Yoonseo."

Kami sama-sama menoleh, menemukan yang lain datang menghampiri kami dan berkumpul di hadapan patung.

"Kita akan mulai mengidentifikasi mafia," kata Junhee. Aku mengangguk dan mengikuti yang lain. Kami berkumpul dan saling memandang curiga antara satu sama lain.

"Bukankah sudah jelas? Somi adalah mafia," celetuk Jisoo.

"Benar, mari pilih dia," dukung Yoojoon.

-Park Ji Soo memilih Kim So Mi-

"Yakh! Park Jisoo. Apa kamu gila?" bentak Somi.

-Cha Yoo Joon memilih Kim So Mi-

"Yakh!"

"Yaa, kamu tidak akur dengan Seeun," Eunchan tiba-tiba bicara, menuding ke arah Somi.

"Apa maksudmu?" balas Somi sewot.

ɴɪɢʜᴛ ʜᴀs ᴄᴏᴍᴇ ⇴ᴏᴄ ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang