Sebuah bom seperti baru saja dijatuhkan, dan itu meledak tepat di bawah kakiku. Membuatku refleks jatuh ke bawah lantai begitu saja, terdiam tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Apa yang salah? Rencana Junhee masuk akal, kami telah mencoba cara untuk tidak memilih seorang pun sebelumnya, tapi itu dilarang, sekarang, kami memilih meski dengan membuatnya seri. Apa cara ini juga tidak diizinkan? Apa kami memang harus mati? Sial, siapa yang membuat permainan ini, apa salah kami sehingga harus mengalami tragedi ini.
Lima menit seolah terasa lama. Kekacauan disekitarku seperti sekawanan lebah yang memberontak karena sarangnya diganggu. Alarm terus berbunyi, warna merah dan biru bergantian menjadi latar belakang malam itu.
Aku menatap kearah kekacauan. Pada Kyungjun yang mencekal kerah Junhee dan berteriak padanya, menyalahkan Junhee sebagai pembuat rencana. Aku menyaksikan Jisoo memeluk Yoojoon yang berusaha menenangkannya, melihat pada Hyunho yang berusaha memisahkan Kyungjun dari Junhee. Yoonseo yang menangis dalam pelukan Jungwon. Dan yang lain kacau karena kebingungan untuk memilih siapa yang akan mati.
Aku tidak yakin apa yang kulukan saat itu, tapi aku bangkit dan bergerak masuk ke dalam kekacauan. Berjalan dengan tatapan kosong ke arah Yoonseo. Menatap gadis itu yang balik menatapku dengan mata basah oleh air mata. Aku telah menjebak diriku sendiri. Rasa takut pada kematian membayangi. Tapi, jika memikirkan ulang, permainan ini tidak akan berakhir sampai kami semua mungkin mati, maka dari pada menunggu sampai akhir dan menanggung beban lebih lama, apa salahnya menerima kematian lebih awal?
Lagi pula, aku sendirian sejak Donghyun pergi. Yang lain masih memiliki orang terdekat disamping mereka, maka jika aku yang pergi, tidak akan begitu berpengaruh bukan?
"Aku." Aku menelan ludah susah payah. Menahan air mata dipelupuk agar tidak jatuh. Sebelum berbalik menatap yang lain. Menelan ludah sekali lagi seolah menelan kepahitan dari rasa takut. Aku berdiri tegap, dengan kedua tangan terkepal disisi tubuh. "Pilih aku." Nafasku naik turun, menyaksikan semua mata tertuju ke arahku.
"Jiwon, apa maksudmu?" Aku melihat Junhee maju tepat di hadapanku, matanya bergerak dan alis berkerut gelisah. Seolah tengah mencari letak ketidak seriusan dari ucapanku barusan.
"Apa kamu sudah gila?" Kyungjun berteriak, cowok itu maju kehadapanku. Ekspresi marah menguasai wajahnya.
"Jiwon."
Aku menoleh pada Yoonseo dan tersenyum padanya. "Maaf Yoonseo."
"Tidak, jangan lakukan ini, Jiwon." Yoonseo meraih tanganku, mengenggam dan memohon. Gadis itu menggeleng kuat.
Aku menelan kepahitan lagi. Melepaskan tangan dari Yoonseo. "Waktu kalian tidak banyak." Aku mengabaikan Yoonseo dan menatap kembali yang lain. "Berikan suaranya padaku."
"Tidak! Jangan kamu," sela Kyungjun.
"Jiwon, tidak." Junhee menggeleng, bisa kurasakan tangannya gemetar saat memegang tanganku. Aku tersenyum padanya, memaksa agar Junhee melepaskan pegangannya.
"Jiwon, maaf."
-Nam Yeon Woo memilih Shin Ji Won-
"Yakh! Dasar bedebah! Apa yang kamu lakukan?" teriak Kyungjun murka. Dia segera meraih kerah Yeonwoo dan mencengkaramnya.
"Terserah. Dia yang ingin mati. Pilih saja dia," kata Somi.
"Tidak. Pilih aku." Junhee maju ke hadapan yang lain dan membelakangiku. "Berikan suaranya padaku."
"Junhee," tegur Somi.
Aku meraih tangan Junhee, membuat cowok itu berbalik. Ekspresi Junhee tampak seperti seorang yang kesakitan. Tatapan matanya nanar seolah terluka.
"Pilihannya hanya antara aku dan Yoonseo." Aku menatap tegar ke arah mereka semua. "Waktunya tidak lama lagi, kalian harus cepat memilih dan pergi bersembunyi."
-Park Ji Soo memilih Shin Ji Won-
"Jisoo."
Aku tersenyum ke arah Jisoo sebelum melihat gadis itu berbalik pergi dan Yoojoon menyusul setelahnya.
-Park Ji Hoon memilih Shin Ji Won-
-Im Eun Chan memilih Shin Ji Won-
-Baek Eun Ha memilih Shin Ji Won-
Ponselku terus bergetar, menerima rentetan notifikasi dari orang-orang yang memilihku. Waktu semakin lama berlalu. Aku mundur dari hadapan semua orang, memberikan senyum perpisahan sebelum berbalik dan berlari masuk ke dalam kolam renang. Mengabaikan teriakan murka Kyungjun, panggilan Junhee dan Yoonseo yang saling bersahutan. Mengabaikan ketakutan.
Ternyata, seperti ini rasanya berada di ambang kematian. Rasanya seperti saat berdiri terlalu dekat ke bibir roftoop dan melihat ke bawah gedung yang tinggi. Rasanya seperti jika bergerak seinci saja, akan langsung jatuh. Jantung berdegup kencang, seperti melakukan terjun payung untuk pertama kalinya, rasa takut yang dihasilkan oleh pikiran jika saja perasut tidak berfungsi dan akan jatuh melaju ke bawah tanah tanpa pengaman.
Tubuhku gemetar.
Apa Donghyun dan yang lain juga merasakannya didetik-detik terakhir sebelum mereka kehilangan kontrol dan bunuh diri?
Aku berdiri di tepi kolam, menatap riak air dihadapanku. Merasa begitu merinding.
Tidak pernah sebelumnya terpikir olehku bahwa aku akan mati dengan cara ini. Cara yang pengecut. Mati karena merasa lelah berjuang, mati karena tidak ingin lagi berusaha. Mati karena rasa takut menghadapi masalah.
Sekelebat momen masa lalu melintas dalam benakku. Dan saat itu, aku benar-benar membiarkan air mataku luruh.
Sial, masih banyak hal yang belum kulakukan. Masih ada banyak hal yang belum kucoba. Ada banyak sekali sampai rasanya, pilihan yang kuambil mulai terasa salah.
"Jiwon."
Aku berbalik dan terkejut melihat Junhee sendirian. Berlari menghampiriku di tepi kolam. Apa yang dia lakukan? Dia seharusnya bersembunyi. Waktu akan habis dan dia akan tertidur di sini. Bagaimana jika mafia membunuhnya?
"Junhee, apa yang kamu lakukan disini. Kamu harusnya bersembunyi." Aku mendorongnya, berusaha mengusirnya pergi. Tapi Junhee justru mencekal tangannku dan membuatku berhenti. Aku melotot marah, tapi dia sama sekali tidak peduli.
"Kim Junhee..."
Apa yang Kim Junhee pikirkan saat dia menarikku dalam pelukannya? Apa maksud dari tindakannya saat ini? Aku benar-benar bingung.
"Maaf, maafkan aku..."
"Junhee."
"Semuanya karena aku..."
-pemungutan suara selesai. Shin Ji Won dengan suara terbanyak 16 suara akan dieksekusi-
Aku melihat ke arah speaker yang baru saja membuat pemberitahuan. Aku memejamkan mata. Kuharap tidak akan terlalu menyakitkan dan mati dengan cepat.
Aku mendorng Junhee dengan keras, memaksanya menjauh dan mundur.
Suara bising seperti bunyi microfon rusak menyerang indra pendengaranku. Terlalu memekakan sampai membuat kepala terasa amat sakit. Pada saat itu, penglihatanku mulai mengabur. Dan seperti ada seusatu dalam pikiranku yang kacau. Itu sebelum aku menyaksikan Junhee mengulurkan tangan hendak meraihku lagi, namun tubuhku lebih dulu jatuh memghantam air dan tenggelem.
To Be Continued
A/n
Pada komen pengen Jiwon dimatiin. Nih, udah dikabulin~
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴɪɢʜᴛ ʜᴀs ᴄᴏᴍᴇ ⇴ᴏᴄ ✓
أدب الهواة"Bagaimana caranya kita keluar dari permainan ini?" - Night Has Come | Fanfiction Shin Jiwon ft All Char NHC Alternative Ending
