8. Identifikasi Mafia

1.8K 242 4
                                    

"Sial!"

"Apa-apaan?"

"Kita harus tetap memilih?"

Aku mengumpat keras, mengenggam ponselku dengan sangat erat, menggeram marah. Alam terus berbunyi dan ponselku terus menampilkan warning. Tapi aku merasa enggan untuk memilih.

"Sial, aku akan memilih." Yewon langsung menakan layar ponselnya, yang tidak lama kemudian, muncul notifikasi di ponsel Eunha.

"Ya! Apa yang kamu lakukan?" Eunha memarahi Yewon dan pergi melabraknya.

"Teman-teman tunggu!" sergah Junhee. "Mari pikirkan baik-baik."

"Apa lagi yang harus dipikirkan? Kamu akan bertangggung jawab kalau kita mati!" bantah Jooyoung. "Permainan belum berakhir," katanya geram.

"Yewon sudah memilih," ujar Nahee. "bagaimana ini?"

Tiba-tiba, Eunha kembali memberontak marah dan pergi ke arah Somi. "Sialan! Apa yang kamu lakukan? Sudah kubilang aku bukan mafia!"

"Kamu memilih Heoyul terakhir kali. Bukankah itu berarti kamu ingin dia mati?" balas Somi.

"Itu hanya lelucon, mana kutahu kalau dia akan sungguhan mati?" bantah Eunha.

Eunha segera berbalik menoleh pada yang lain, berusaha meyakinan semua orang bahwa dia bukan mafia. Eunha kemudian datang kearahku dan memohon agar aku tidak memilihnya.

"Yakh!" Suara keras Kyungjun membuat Eunha berhenti dan kami semua berbalik ke arahnya dengan kesal dan bingung. "Aturannya sudah diputuskan tadi bukan? Pilih saja siapa yang pertama memilih," katanya, kemudian tanpa ragu menekan nama Yewon.

Jinha dan Seungbin saling tatap dan ikut menekan nama Yewon.

"Ya! Bukan aku!" pekik Yewon kesal. Kini, giliran Yewon yang panik dan berusaha menyakinkan yang lain.

Beberapa orang kemudian mulai menekan nama pilihan mereka. Aku menatap Eunha yang kembali melihatku dengan tatapan memohon.

"Jiwon, kumohon."

Aku menelan ludah susah payah. Sepertinya jadi orang terakhir yang harus memilih. Aku mendesah pelan sebelum menekan nama Yewon. Dan saat itu Yewon memberontak sebab banyak orang memilih namanya. Gadis itu berjalan menghampiri beberapa orang, memprotes kenapa mereka, teman dekatnya bahkan memilihnya.

-Kang Ye Won dengan suara terbanyak 19 suara akan dieksekusi-

Kami menatap ke arah speaker yang kembali bersuara, mengumumkan bahwa Yewon akan dieksekusi. Beberapa saat kemudian, perhatian kembali ke arah Yewon saat gadis itu berteriak dan mulai berperilaku diluar kendali. Dengan hilangnya kontrol akan dirinya sendiri, Yewon berlari menuju sudut dinding dan mengambil kayu di sana.

"Yewon, tidak!"

Terlambat, Yewon langsung menusuk tenggorokannya menggunakan kayu dan mati seketika. Semua orang histeris karenannya.

Aku menunduk, memejamkan mata ketika suara dari speaker kembali terdengar memberitahu bahwa Yewon adalah mafia. Sontak saja pengumuman itu mengejutkan kami semua, tapi belum sempat kami mencerna apa yang terjadi, semua orang jatuh kelantai dan pingsan.

Pagi datang dengan cepat. Aku bangkit dari tidur. Masih merasakan perasaan tidak enak karena harus menyaksikan kematian satu temanku lagi tadi malam.

Aku melirik Eunha yang terbaring disampingku, gadis itu bangun tidak lama kemudian. Aku menatapnya ketika dia melihatku dengan tatapan penuh terima kasih. Yang lain masih duduk ditempat mereka bangun, sampai Mina yang sedang berusaha membangunkan Jooyoung tidak mendapat respon dari sahabatnya tersebut. Itu menimbulkan kekhawatiran yang lain. Yoonseo kemudian mendekat dan memeriksa, lalu terkejut dan memberitahu bahwa Jooyoung sudah meninggal.

Tiba-tiba, alarm kembali berbunyi, dan speaker memberitahu kami semua.

-pada malam hari. Lee Joo Young dieksekusi oleh mafia-

-Lee Joo Young adalah warga-

Mina mulai menangis, meraih tubuh Jooyoung dan memeluknya. Kami semua diliputi duka, aku bisa mendengar beberapa orang menangis, meski tidak sehisteris Mina.

-pagi telah tiba. Semua peserta, identifikasi mafia dan mulai memilih-

"Sial, ini sungguh kejam," gumam Eunha, masih bisa kudengar.

"Sepertinya dia dicekik dengan ini," kata Yoonseo sembari menatap teman-temannya, memberitahu analisisnya setelah memeriksa bagian leher Jooyoung.

"Mafia sialan!" seru Kyungjun murka. Dia menendang tong dibelakangnya dengan kesal.

"Yaa! Speaker itu memberitahu kalau Yewon adalah mafia," celetuk Jinha.

"Juwon juga," timpal Jisoo.

"Itu berarti, mafianya ada lebih dari mereka berdua dan seseorang membunuh Jooyong tadi malam," kata Jinha lagi. Matanya memmbelakak sembari menatap kami semua, meyakini perkataannya sendiri.

"Pembunuhnya ada diantara kita?" ujar Mina. Aku melihatnya menatap wajah Jooyoung sebelum gadis itu meledak dan berteriak kesal, "yakh! Siapa pun itu keluar sekarang. Sialan!"

"Kita seharusnya tidak tidur disini tadi malam," ujar Jisoo. Dia kemudian langsung berdiri dan pergi melabrak Junhee yang sejak tadi diam tidak melakukan apa-apa selain menatap Jooyoung.

"Lihat apa yang terjadi. Semua karena kamu mengumpulkan kami di sini! Kami seharusnya tidak tidur disini tadi malam!" Jisoo memberontak, memukul-mukul Junhee sampai Yoojoon datang dan menariknya menjauh, lantas memeluk Jisoo yang sudah menangis.

Beberapa orang mulai ikut menyalahkan Junhee, dengan Somi yang berusaha membelanya dan membentak balik orang-orang tersebut.

Aku mengawasi Junhee, dengan jelas melihat bahwa dia benar-benar merasa bersalah akan apa yang terjadi. Junhee kelihatan lelah. Menjadi pemimpin memang tidak pernah mudah. Aku mengasihaninya, tapi rasa marah karena apa yang menimpa Donghyun masih menguasaiku.

Aku menunduk dalam, merasakan air mata mulai mengenang dipelupuk mataku. Aku bisa mendengar suata Junhee yang meminta maaf, dan merasakan saat cowok itu berjalan melewatiku. Aku menoleh kebelakang, melihat Junhee pergi meninggalkan auditorium.

Setelah kepergian Junhee, yang lain mulai kembali berdebat, memutuskan siapa yang akan mereka pilih kali ini.

"Terserah. Pilih saja ketua kelas. Dia yang membuat kita terjebak sebelumnya," cetus Kyungjun.

"Yaa!" marah Somi.

"Jangan membuat keputus gegabah," ujar Hyunho.

"Benar," timpal Nahee.

"Kita perlu cari alternatif lain tanpa membuat seseorang terbunuh lagi," kata Yoonseo.

"Apa ada yang bisa kita lakukan selain memilih?" Jisoo tampak marah dan melihat Yoonseo dengan tatapan kesal.

Semua orang saling berdebat dan tidak ada habisnya, saling mendorong dan menyalahkan orang lain. Sampai Kyungjun berteriak murka dan membuat semua yang bicara berhenti.

"Hidup kita bergantung pada permainan ini. Gunakan otak kalian jika tidak ingin mati. Kita harus memilih seseorang!"

Aku menunduk, melihat layar ponselku yang menampilkan menu dari aplikasi game mafia. Menatap lama dan berpikir, sebelum mendongkak dan melihat Kyungjun sedang mendorong-dorong Dabum dengan kasar.

"Ya!" Panggilku, mengambil perhtian mereka semua. "Kita tidak bisa asal memilih. Jika mafia ada diantara kita, maka marilah pilih orang yang tepat." Aku menatap satu persatu dari mereka sebelum melanjutkan "Mari identifikasi mafia nya."

To Be Continued

ɴɪɢʜᴛ ʜᴀs ᴄᴏᴍᴇ ⇴ᴏᴄ ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang