3. Pemilihan Selesai

2.3K 306 10
                                    

"Yakh! Kau sudah gila?"

"Apa? Itu adalah jitakan ulang tahun."

"Itu sudah berlebihan."

Aku menghardik Somi yang membalas dengan kerlingan bola mata tidak peduli. Aku kemudian membantu Jungwon yang akan menarik Yoonseo dari kolam renang. Tapi seolah ada sesuatu yang menarik Yoonseo dan membawa Yoonseo ke dalam air lagi.

Jungwon panik dan berusaha memanggil Yoonseo. Aku juga ikut panik.

"Yaa! Lihat apa yang kamu perbuat!" Aku membentak Somi yang balas menatapku dengan kening berkerut tidak senang.

"Sialan!" Aku turun dengan hati-hati ke dalam kolam renang, menyelam ke dalam dan berusaha menarik Yoonseo. Tapi seperti ada seseorang yang menarik Yoonseo untuk tetap dibawah air. Aku hampir kehabisan napas sampai seseorang muncul dan menarik Yoonseo keluar dari dalam kolam.

Aku berenang kembali ke atas, dan kemudian Jungwon dan Nahee membantku naik dari kolam.

"Yeonsoo! Kamu baik-baik saja?"

Orang yang menyelamatkan Yoonseo rupanya adalah Junhee.

"Bawa dia ke uks, cepat!" teriakku panik. Junhee menatapku sejenak sebelum memapah Yoonseo menuju uks dibantu Jungwon. Aku segera mengikuti mereka. Merasa khawatir saat melihat wajah pucat Yoonseo sebelumnya.

Junhee membaringkan Yoonseo ke atas ranjang uks. Dan Jungwon segera menyelimutinya.

"Apa dia baik-baik saja?" tanyaku, mengambil alih perhatian Jungwon dan Junhee.

Jungwon bergerak cepat mengambilkan selimut lain dan menyampirkannya dibahuku. Sementara itu, Junhee juga menghampiriku.

"Bagaimana denganmu? Apa kamu baik-baik saja?" tanya cowok itu. Terdengar cukup perhatian.

Aku mengangguk. "Ya. Aku baik," jawabku, lalu melihat ke arah Yoonseo lagi. "Tapi apakah Yoonseo akan baik-baik saja?"

"Kemarilah," ajak Jungwon, bermaksud menyuruhku duduk di atas ranjang lain. Aku melihatnya, tapi kemudian menggeleng. "Aku mau kembali ke kamar saja. Terima kasih." Aku tersenyum pada Jungwon dan Junhee lalu berbalik pergi.

Begitu aku keluar, mereka yang sebelumnya berada di kolam, sudah berdiri di luar uks. Tatapanku langsung tertuju pada Somi yang balik menatakku dengan alis berkerut tidak senang.

"Jiwon, apakah Yoonseo baik-baik saja?" tanya Nahee, mendekat padaku.

"Yoonseo belum sadar. Minta maaflah setelah dia bangun," kataku dingin, sebelum berlalu pergi dari sana.

Somi benar-benar sudah keterlaluan. Dia pasti merencanakan kejadian tadi. Aku sudah menduga. Lagi pula orang sepertinya tidak akan mau repot-repot merayakan ulang tahun teman sekelas yang bahkan tidak akrab dengannya. Aku seharusnya menghentikannya sejak awal. Aku merasa bersalah.

"Yaa, Shin Jiwon. Apa yang terjadi padamu?"

Aku diam-diam merutuk saat bertemu Donghyun dan Hyunho di koridor.

Aku mengenali tatapan khawatir Donghyun. "Ada sedikit masalah. Tapi bukan sesuatu yang serius," jawabku.

"Apa seseorang menganggumu?" tanya Hyunho.

"Apa? Siapa orang itu?"

Aku mencibir ke arah Hyunho yang heran. Aku kembali menatap Donghyun dan menggeleng. "Tidak ada yang mengangguku okey. Hanya masalah kecil," kataku, berusaha meyakinkan Donghyun. "Sekarang minggir, aku mau mengeringkan seragamku. Jika Park seam kembali dan menemukan seragamku basah, aku akan kena masalah." Aku mendorong Donghyun yang otomatis ikut menyingkirkan Hyunho juga. Aku berjalan mengabaikan dua cowok itu dan masuk ke dalam kamar.

Aku mengunci kamar dan menukar seragam sementara dengan seragam training Kemudian mulai mengeringkan seragamku yang basah. Aku berdiam diri di kamar cukup lama, menunggu sampai seragamku kering dan memakainya lagi.

Saat itu, sebuah pengumuman terdengar. Aku mengeryitkan alis dan segera keluar dari kamar, dan hampir semua orang berada di lorong. Lalu, sebuah notifikasi terdengar, membuatku kembali masuk untuk mengambil ponselku yang diletakan di atas meja.

Layarnya menunjukan lingkaran waktu yang menghitung mundur. Aku kembali keluar dan mengangkat ponsel, memamerkan hitung mundur tersebut pada yang lain.

"Yaa! Apa ini?"

"Entahlah."

"Yaa, bahkan ada pengumuman!"

Lingkaran waktu terus menghitung mundur dengan cepat, bahkan sudah menyentuh angka tiga puluh.

"Jiwon."

Aku menoleh dan melihat Junhee mendekat. Dia terlihat memperhatikanku sebelum kembali menataku dengan benar lagi. "Kamu sungguh sudah baik-baik saja?"

Aku menghela napas lelah. "Sudah kubilang. Dan kupikir kamu jangan hanya menghawatirkan orang lain. Kamu juga ikut melompat ke dalam kolam itu."

Aku melihat Junhee tersenyum tipis, tapi tidak benar-benar yakin karena cowok itu menunduk saat itu terjadi.

"Aku baik-baik saja."

Aku mengangguk. "Itu bagus," ungkapku. "Tapi ngomong-ngomong, apa ini?" tanyaku, kembali pada lingkaran waktu hitung mundur.

"Entahlah, sepertinya Heoyul yang membuatnya."

"Dia suka mafia game," sambung Donghyun yang ikut dalam obrolan kami. Dan seperti biasa, Hyunho ada di sampingnya.

"Benarkah?" Aku ragu orang seperti Heoyul bisa mengatur game sekeren ini. Bahkan aplikasinya terinstal secara otomasti, juga sampai ada pengumuman.

Tiba-tiba, suara pemberitahuan dari speaker kembali terdengar, memberitahukan bahwa waktu telah habis dan mengumumkan bahwa Heoyul menerima 25 suara dan akan dieksekusi.

Kami melihat ke arah Heoyul yang protes kenapa dia harus dieksekusi pertama. Katanya, itu membuat permainan menjadi membosankan, tapi yang lain malah menertawakannya.

"Apa ini sudah selesai?" tanyaku dengan malas, "Aku akan kembali ke kamar." Aku hendak masuk ke dalam kamar, tapi suara teriakan Heoyul mengambil perhatianku dan sepertinya juga semua orang.

Heoyul memegangi kepalanya dan mulai berteriak kesakitan. Itu membuat beberapa orang yang mengira bahwa itu hanya akting mulai merasa ketakutan. Heoyul terus berteriak, seperti ada suara yang sangat keras menganggunya, tapi hanya dia yang bisa mendengar dan terpengaruh olehnya.

Situasi berubah menjadi lebih parah dan menakutkan saat Heoyul mulai membenturkan kepalanya ke lantai dengan keras.

Aku refleks membelakak dan menutup mulut saat melihat darah mulai mengenang di lantai tempat Heoyul membenturkan kepalanya.

Suara teriakan kepanikan dari yang lain mulai memenuhi koridor. Dan meski yang lain berusaha menghentikan Heoyul, Heoyul yang seolah tidak lagi memiliki kendali akan dirinya, terus mencelakai dirinya sendiri. Aku gemetar ditempatku, merasakan kakiku tidak lagi kuat menompang berat tubuhku sehingga aku merosot jatuh bersimpuh, menatap ngeri sosok Heoyul ketika dia berbalik ke arah kami dan memperlihatkan matanya yang telah berubah putih sepenuhnya.

Aku bisa merasakan tubuhku merinding. Lalu, tiba-tiba Heoyul berlari mendekat, melewati kami, mendorong tubuhnya memecahkan kaca dan melompat kebawah begitu saja.

Pekikan histeris saling bersahutan sampai speaker kembali bersuara. Memberitahukan bahwa Heoyul adalah warga. Dan selanjutnya, aku tidak tahu apa yang terjadi karena semua orang jatuh secara bersamaan dan pingsan.

To Be Continued

ɴɪɢʜᴛ ʜᴀs ᴄᴏᴍᴇ ⇴ᴏᴄ ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang