20. Identitas Yang Terungkap

1.9K 275 2
                                        

Aku, Junhee, Yoonseo, Jungwon, Dabum, Somi Nahee  dan Hyunho memilih tinggal dikamar setelah mengambil beberapa snack dari kantin, memisahkan diri dari kelompok lain yang memilih untuk tetap berada disana. Kyungjun sempat menahanku untuk tinggal juga, tapi aku menolak karena harus memeriksa sesuatu yang agak menganggu pikiranku.

Aku duduk di atas tempat tidur, sembari dengan acuh memakan snack yang diberikan Junhee setelah dia membukakan pembungkusnya. Tidak ada yang bicara untuk waktu yang agak lama, semua orang diam dengan makanan mereka dan tampaknya sibuk oleh pikiran sendiri. Sampai tiba-tiba Dabum bersuara dan memberitahu soal laptopnya yang masih tertinggal di ruang cctv, Jungwon seakan ikut tersadar bahwa miliknya juga masih ada di sana segera merespon. Mereka berdua kemudian keluar bersama, meninggalkan kami berenam yang masih menentap.

Hyunho tiba-tiba buka suara, "apa yang akan kita lakukan? Walau Jinha bukan mafia, kita harus tetap memilih seseorang nanti malam."

Seperti magnet, semua tatapan langsung tertuju ke arah Junhee. Tapi perhatian Junhee justru tertuju ke arah lain sebelum cowok itu berdiri dan pergi ke arah lemari. Aku mengawasinya melihat Junhee mengeluarkan kamera milik Wooram dari sana.

"Junhee, ada apa?" tanya Hyunho. Dia ikut berdiri dan menghampiri Junhee.

"Teman-teman, coba lihat ini," pinta Junhee. Aku, Yoonseo, Somi dan Nahee akhirnya ikut berdiri dan melihat sesuatu di kamera Wooram. Itu rekaman video saat mereka mendaki gunung tempo hari.

"Lihat, mereka tidak bergerak. Bukankah itu aneh?" kata Junhee, membagi pikirannya dengan kami.

"Bagaimana mungkin?" tanggap Yoonseo.

Alih-alih rekaman video, itu lebih mirip seperti foto. Burung camar dan dua orang yang sedang memancing tidak menunjukan pergerakan bahkan saat waktu rekaman sudah berlalu selama tiga menit. Dua orang itu mungkin masih masuk akal tidak bergerak karena sedang memancing, tapi burung camar itu bagaimana mungkin? Benar, sangat aneh.

Yoonseo kemudian meminjam kamera dari Junhee dan melihat gambar lain yang sempat diambil Wooram. Aku ikut memperhatikan dan semakin merasa aneh saat melihat setiap foto kami yang diambil mengalami gangguan membuat semua wajah tertutup oleh garis warna acak.

Itu mengingatkanku pada foto yang Yoonseo temukan dan kemudian dirobek Somi.

"Bukankah foto yang Yoonseo temukan juga seperti ini?" celetukku, mengungkap pemikiranku pada mereka.

Seakan tersadar, Junhee kembali mengambil kamera tersebut dari Yoonseo dan memeriksanya. Cowok itu terpaku. "Benar."

"Junhee, coba ambil gambar kami," pinta Hyunho. Junhee mengangguk dan langsung mengarahkan kamera pada Hyunho, Nahee dan Somi, lantas mengambil gambar mereka.

Aku mengawasi ketika Junhee kembali menurunkan kamera tersebut selepas mengambil gambar tiga orang tadi.

"Gambarnya sama, muka mereka juga tertutup," gumam Yoonseo, dia kemudian menegur Junhee. "Junhee, coba foto tempat tidur dan meja itu," katanya. Tanpa protes, Junhee mengikuti perkataan Yoonseo dan mengambil gambar lagi.

"Gambarnya normal," gumam Nahee.

"Apa kameranya rusak?" ujar Somi.

"Itu hanya terganggu saat memotret seseorang. Gambar yang lain normal-normal saja," komentarku. Aku bisa melihat Somi mendelik, tapi aku hanya mengabaikannya.

Yoonseo kembali mengambil kamera dari Junhee dan pamit pergi. Sepertinya untuk berpikir lebih keras tentang keanehan kamera yang menangkap gambar dengan aneh.

Hyunho tiba-tiba ikut beranjak dan Nahee segera bertanya akan kemana gerangan cowok itu pergi. Hyunho menjawab bahwa dia hanya akan pergi ke toilet dan Nahee menanggapinya dengan senyum, membiarkan Hyunho keluar.

Aku menatap punggung Hyunho sampai cowok itu memghilang setelah pintu kamar tertutup.

Seseorang yang mendapat peran dokter menyelamatkanku. Terakhir kali adalah Nahee, sampai membuatnya dicurigai, tapi jika memperhatikan Nahee, kupikir jika dia mendapat peran dokter, Nahee akan lebih memilih untuk menyelamatkan Hyunho. Jadi tidak mungkin Nahee yang mendapat peran itu. Aku lebih curiga bahwa itu Hyunho.

"Aku mau mengambil snack lagi." Aku langsung berdiri dan beranjak pergi tanpa memperdulikan perkataan Nahee bahwa snack nya masih cukup.

Aku pergi menyusul Hyunho dan menunggu di dekat toilet laki-laki sampai cowok itu keluar. Tidak lama kemudian, Hyunho keluar dari toilet, dia berjalan lurus tanpa menyadari keberadaanku, jadi aku memanggilnya.

"Hyunho."

"Jiwon? Ada ada apa?" tanya cowok itu.

Aku menatapnya penuh selidik sejenak, memastikan bahwa aku tidak salah menembak. "Kamu adalah dokter, benar bukan?" tudingku.

Aku mengawasi Hyunho. Cowok itu agak terdiam lama sebelum buka suara, "kenapa kamu berpikir begitu?"

Aku bersedekap dada dan menatapnya yang agak lebih tinggi dariku. "Nahee tidak mungkin dokter karena jika dia iya, maka dia akan lebih memilih menyelamatkanmu. Jadi dugaanku selain Nahee adalah kamu. Kamu menggunakan keahlianmu pada Nahee dan aku."

Cukup menyebalkan saat melihat Hyunho justru terkekeh setelah aku berkata panjang lebar. Aku mendelik sinis padanya.

"Lalu kamu mau apa jika aku dokter?" tantang Hyunho. Membuatku mendengus.

Aku memperhatikan lorong sekitar tempat kami bicara, memastikan tidak ada seorang pun yang akan mendengar kami. Aku melangkah lebih dekat pada Hyunho, menyuruhnya untuk lebih membungkuk. Hyunho menurut dan aku segera membisikan sesuatu padanya.

"Aku tahu siapa polisi."

Hyunho mengangkat kepalanya dan menoleh padaku dengan ekspresi terkjut, sebelum kembali mendengar kelanjutan ucapanku.

"Jika kamu sungguh dokter, mari bekerja sama menangkap mafia."

Aku mengangkat alis, menunggu persetujuan Hyunho setelah cowok itu kembali berdiri tegap dan balik menatapku.

"Apakah kamu polisi?"

Aku segera menggeleng. "Bukan aku. Tapi aku tahu siapa." Aku memperhatikan sekitar sebelum bicara lagi, "pergilah mengajak Junhee, aku akan menunggu di roftoop. Ingat, hanya kamu dan Junhee tidak ada yang lain"

To Be Continued

ɴɪɢʜᴛ ʜᴀs ᴄᴏᴍᴇ ⇴ᴏᴄ ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang