24. Yang Terlupakan

1.4K 238 10
                                    

"Jiwon."

Aku menangis, masih tidak sanggup mengangkat wajah dan balik menatap Yoonseo. Bisa kurasakan rangkuhan Yoonseo, juga tangis gadis itu yang ikut pecah. Kami sama-sama kehilangan.

"Jiwon."

"Yoonseo."

Aku mendengar suara Junhee dan Jungwon. Bisa kurasakan pelukan Yoonseo lepas dan seseorang berusaha membuatku bangkit. Aku bergerak dengan terpaksa, menemukan wajah sedih Junhee, dan bagaimana rasa bersalah terpancar jelas dari sorot matanya.

"Junhee, Seeun...dia." Rasanya sulit, suaraku seakan tercekat. Aku menatap Junhee kepayahan, mengadu padanya bagaimana mengingat tentang Se Eun adalah hal yang begitu sulit untukku.

"Jiwon."

Aku menoleh, makin tidak bisa menahan tangis saat melihat Yoonseo sayu. Gadis itu sama terlukanya, sama kehilangannya.

"Ayo, kita harus berkumpul dengan yang lainnya," ajak Jungwon.

Aku menelan kepahitan dengan susah payah, berusaha menghentikan tangis. Menghapus air mata, sebelum berdiri, menyanggupi ajakan Jungwon. Bersikap tegar sebelum mengikuti tiga orang lainnya menuju tempat perkumpulan.

Di kantin, semua orang yang masih hidup sudah berkumpul di sana. Terdiam dengan pikiran masing-masing.

Pandanganku bertemu dengan sorot mata Kyungjun, tapi aku segera menunduk dan berjalan melewatinya, duduk begitu saja diantara Jisoo dan Yoonseo. Masih tidak ingin buka suara ketika yang lain mulai bicara. Hanya mendengarkan tanpa niat.

"Park Se Eun, gadis yang bunuh diri itu?"

"Apa ini? Apa ini sungguhan?"

"Seeun adalah master permainan."

"Tapi dia sudah meninggal. Bagaimana Bisa?"

Aku mendongak, menatap lurus ke arah Nahee setelah mendengar apa yang dia katakan. Nahee yang menyadari sorot tajamku dengan agak takut mengalihkan pandangannya.

"Benar, bagaimana bisa gadis yang sudah mati menjadi master permainan?" cetus Yeonwoo.

"Aku yakin itu juga karena permainannya," tanggap Jungwon. "Omong-omong, berkat Yoonseo yang mengetahui master permainan, ingatan kita juga kembali."

"Tetap saja, bagaimana ingatan kita bisa hilang dan kembali begitu saja?" Yeonwoo agak cemas.

"Tunggu. Yoonseo, kamu bilang pernah melihat hantu," ujar Yoojoon, dia menoleh ke arah Yoonseo dengan ngeri. "Apa itu Park Seeun?"

Ada keheningan yang cukup panjang melanda. Semua orang terdiam dengan pikiran masing-masing, sampai Somi memecah keheningan tersebut dengan suara penuh kemuakan.

"Terseralah. Jadi semua ini terjadi karena Park Seun, bukan?"

Tatapan tajamku langsung tertuju ke arah Somi saat dia datang mendekati Yoonseo dan berusaha memghakiminya. "Yaa, kamu yang menemukan foto itu, mungkin kamu tahu lebih banyak. Tapi tidak memberitahu kami?"

Aku muak dengan gadis itu. Sialan.

"Yakh! Kim So Mi!" Aku menggebak meja, berdiri spontan. Bisa kulihat bahwa gadis sialan itu terkejut, tapi setelahnya balik memandangku dengki.

"Berhenti, atau aku akan membuat ini lebih buruk untukmu," ancamku.

Namun, bukannya takut, Somi justru balik menantangku. "Yaa, kamu dan dia dekat dengan Park Se Eun." Tunjuk Somi ke arah Yoonseo. "Kami hanya teman sekelasnya, kami tidak akrab dengannya. Kenapa kita memainkan permaian ini?" kata Somi dengan suara keras.

Sialan gadis ini. Apa dia tidak tahu diri?

"Benar."

Aku mendelik tidak senang ke arah Eunchan.

"Aku hampir tidak pernah bicara dengannya."

"Aku juga," timpal Yeonwoo.

"Ada apa dengan Park Seeun? Kenapa dia mencoba membunuh kita setelah bunuh diri?"

"Park Seeun tidak bunuh diri. Menurut rumor, dia dibunuh," celetuk Jungwon.

"Seseorang membunuhnya?"

Aku mengepalkan tanganku sangat kuat, merasakan kuku nyaris tertanam dalam kulit. Tapi, tiba-tiba, aku merasakan tangan lembut memegang sebelah tanganku, dan aku menemukan Yoonseo berusah membuatku tenang. Aku menutup mata, merasa sangat frustasi.

Yoonseo menarik lembut tanganku, agar aku kembali duduk. Tanpa berusaha melawan, aku menurutinya.

"Aku juga dengar rumor itu. Kudengar seseorang mendorongnya," kata Yeonwoo.

Eunchan kemudian menanggapi, "Bukankah itu hanya rumor?"

"Benar. Polisi bilang dia bunuh diri," timpal Dabum.

Alih-alih melihat ke arah Dabun seperti yang lain, aku justru fokus pada Somi. Mengawasi gadis itu ketika dia segera menyela pembicaraan dan mengatakan bahwa apa kaitan permainan dengan topik tersebut. Somi sangat mencurigakan. Jelas aku sempat melihat matanya berkedip mencurigakan saat Dabum menyinggung pernyataan polisi. Sial, apakah gadis ini juga membunuh Seeun?

"Tunggu. Kenapa Seeun memulai permainan ini? Jika, dia tidak bunuh diri seperti rumor itu, dan dia berusaha memberitahu kita dia mati karena satu dari kita..." terang Yoonseo.

"Maksudmu, salah satu dari kita membunuhnya?" Junhee memastikan.

Semua tatapan langsung tertuju ke arah Somi. Tapi gadis itu segera memelototi semua orang dan menyangkal.

"Apa itu ada hubungannya dengan mafia?" tebak Yeonwoo. Dia kemudian menegur Eunchan, "ya, siapa saja mafianya?"

"Wooram, Joowon, Yewon, sisanya tidak diketahui," jawab Eunchan.

Aku menanggapi tanpa sadar, "Kim Somi."

Itu membuat Somi segera melotot dan memarahi tidak terima.

"Kalian tidak ingat pesan yang ditulis polisi? Dia mengatakan Somi adalah mafia," kataku. Menjadi cukup gigih saat bicara.

"Jiwon," tegur Junhee, tapi aku mengabaikannya.

"Wooram dan Yewon, dia dekat dengan para mafia itu. Dia sudah pasti adalah mafia." Aku menujuk Somi kasar. "Mereka pasti melakukan sesuatu pada Seeun."

"Bagaimana dengan Joowon?" tanya Somi. Gadis itu menantangku balik.

"Ya," potong Jisoo. "Park Wooram membunuh Jooyoung, dia bilang ingin membunuhnya karena Jooyoung selalu mengabaikannya. Apa dia, juga membunuh Park Seeun?"

"Di antara keduanya..." perhatian Eunchan tertuju pada Somi, bertanya pada gadis itu, "apa terjadi sesuatu? Kamu tahu sesuatu?"

Somi menjawab sengsi, "kami tidak tahu. Park Wooram tidak berkomitmen," balas Somi, agak mengejek. "Mungkin dia juga menggoda Park Seeun."

"Kalau begitu, apa semua ini terjadi karena si brengsek itu?" celetuk Kyungjun.

"Tapi, jika Wooram membunuh Seeun, bagaimana dengan mafia lainnya? Apa yang mereka lakukan?" tanya Dabum.

"Yaa," sahut Kyungjun agak kasar, mengambil perhatian semua orang. "Pasti mereka juga berbuat salah padanya. Karena itu mereka dijadikan mafia." Kyungjun bersedekap dada, memiringkan kepala sambil mengawasi Dabum. "Benar, bukan?"

Aku serius melihatnya baru saja menyeringai, Kyungjun seolah mengungkap bahwa Dabum bisa saja mafia. Sontak saja aku melihat ke arah Dabum, dan mata cowok itu bergerak menatapi yang lain dengan gelisah.

Brengsek, apa Jin Dabum juga berbuat sesuatu pada Seeun?

To Be Continued

ɴɪɢʜᴛ ʜᴀs ᴄᴏᴍᴇ ⇴ᴏᴄ ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang