5. Menuju Gunung

2K 264 7
                                    

Semuanya, setidaknya yang masih hidup. Berkumpul dilobi. Tidak ada yang bicara nyaris selama tiga puluh menit sejak kami masuk kembali ke dalam gedung.

Aku duduk diantara Donghyun dan Hyunho. Diam menunduk dengan tangan tidak berhenti gemetar, sampai kemudian Donghyun memegang tanganku, seolah mencegahku untuk berhenti merasa ketakutan. Donghyun selalu jadi sahabat yang begitu peduli padaku. Aku sudah mengenalnya sejak kecil dan menjadi teman sekelas untuk pertama kalinya di SMA. Tapi, alih-alih masa sekolah yang penuh momen menyenangkan, kami justru terjebak di gedung antah berantah dan dipaksa memainkan game yang bisa merengut nyawa.

Tindakan apa pun yang Donghyun lakukan untuk membuatku tenang selalu berhasil, tapi kali ini, sepertinya tidak begitu mempan. Aku masih takut dan gemetar, walau Donghyun meraih kedua tanganku dan berusaha mengenggamnya, seolah ingin memberi perlidungan, seolah memberitahu bahwa dia akan selalu berada disampingku.

"Sial! Kenapa ponsel kita tidak berfungsi?"

Tindakan dan kemarahan Seungbin mengambil perhatian semua orang, yang justru semakin membuat yang lain tidak tenang.

"Kita harus bagaimana sekarang?" Sekarang, perhatian beralih pada Mina. Gadis itu sudah menangis, kelihatan takut menatap teman-teman yang juga tidak tahu apa yang harus dilakukan. "Apa kita semua akan mati jika tetap disini?"

Sejenak hening, tidak ada yang menanggapi pertanyaan Mina, sampai Junhee bersuara, "guru kita akan segera kembali. Mari kita tunggu."

"Tidak ada yang datang!" seru Jisoo. "Berapa lama kita harus berada disekitar mayat! Aku tidak tahan," rengeknya.

"Bisakah kamu," suara Eunha mengambil alih perhatian. Gadis itu terlihat begitu sedih alih-alih ketakutan. "Tidak menyebut mereka 'mayat?"

"Mereka sudah mati. Aku harus menyebut mereka apa lagi?" balas Jisoo.

Jisoo kembali beralih pada Junhee, berteriak padanya dan menunut Junhee untuk mengatasi masalah. Dan keributan antara yang lain semakin membuat kepalaku pusing.

"Aku sudah tidak tahan lagi," gumamku. Aku berdiri dan menoleh ke bawah pada Donghyun yang memasang ekspresi bertanya. "Aku akan pergi ke kamar." Aku memberikan senyum kecil sebelum pergi agar Donghyun tidak terlalu khawatir lagi.

"Kamu mau pergi kemana?" tanya Junhee ketika aku akan menaiki tangga. Kebetulan cowok itu duduk disana.

Aku meliriknya sejenak dan menjawab singkat, "kamar." Lalu terus berjalan menaiki tangga untuk pergi ke kamar.

Aku merebahkan diriku diatas tempat tidur. Memandang lama ke atas. Saat itu, ingatan tentang apa yang terjadi pada Heoyul lalu Hyunseok dan Sanghwan seketika berkelebat dalam ingatanku, dan aku tidak bisa menahan tangis lagi. Maka saat itu, aku menutup mataku dengan lengan, terisak pelan. Menangis sendirian dalam kamar yang sepi. Mengasihani teman-teman yang yang telah pergi meninggalkan kami.

°•°•°

Junhee mengumpulkan kami dilobi. Memberitahu bahwa kami perlu bertindak dan mencari jalan keluar. Ada banyak pertentangan dari yang lain, dan perdebatan tentang rencana tersebut. Sampai Kyungjun yang sejak tadi tidak bersuara, mengeluarkan pendapatnya.

"Menunggu saja menyebalkan. Tidak ada salahnya mencobanya," katanya. Aku melihat kearah Kyungjun tepat ketika dia juga sedang menatap ke arahku. Kami saling menatap sejenak sebelum aku mengalihkan pandangan lebih dulu.

"Tapi, haruskah kita semua pergi?" tanya Kyungjun.

"Itu sangat tidak efisien," cetus Hyunho.

Junhee kemudian menganggapi setuju, "benar. Kita semua tidak bisa pergi. Aku akan pergi sendiri," katanya.

"Aku akan ikut denganmu," ujar Yoonseo, mengajukan diri. Tapi Junhee tidak membiarkannya dan menyuruh Yoonseo tetap bersama yang lain menunggu di dalam gedung.

"Kami akan ikut denganmu," ujar Somi, mengikutkan Wooram yang kelihatan keberatan.

"Kenapa aku juga?" protes Wooram. Tapi Somi tidak menanggapinya dan malah menoleh pada Nahee dan Jisoo, mengajak mereka agar ikut juga. Tapi Jisoo segera menolak dan terlihat enggan. Somi berusaha membujuk Nahee yang ragu, sampai Hyunho menyela dan mengajukan dirinya dan Donghyun. Lalu Nahee secara tiba-tiba mengajukan diri. Itu berakhir dengan Eunha menjadi orang terkahir yang akan pergi.

Junhee, Yoonseo dan Jungwon kemudian menuntun kami pergi ke belakang sekolah, dimana jalur menuju gunung masih berada dalam garis batasan.

"Kamu tidak serius dengan ini kan?" Aku memegang lengan baju Donghyun erat, tidak ingin melepaskannya. Aku menghawatirkannya dan merasa tidak enak tentang rencana menemukan jalan keluar ini.

Donghyun mengacak-acak rambutku, tersenyum manis, seakan ingin memberitahu bahwa aku tidak perlu khawatir berlebihan. "Kami akan menemukan jalan keluar dan akan kembali untuk menjemput kalian..."

"Menurutmu, ada jalan keluar dari tempat ini?" Sergahku. Masih tidak bisa berhenti cemas.

Tangan Donghyun yang semula berada di atas kepalaku, turun kebahuku. Dia menepuknya sekali. "Kami harus memeriksanya. Bukankah lebih baik dari pada tidak melakukan apa-apa?" katanya lembut.

Aku mengulum bibir, menunduk dalam. Tidak tahu harus mengatakan apa lagi untuk membuat keyakinan Donghyun untuk pergi hilang. "Aku punya firasat buruk tentang ini."

"Aku akan kembali okey? Kita akan keluar dari sini dan pulang bersama-sama."

Aku menatap wajah Donghyun yang tersenyum. Rasanya aku ingin menangis sekarang. Aku sungguh punya firasat buruk, yang benar-benar sangat menganggu. "Tidak bisakah aku ikut juga?"

"Tidak," kata Donghyun tegas. Senyum hilang dari wajahnya. "Kamu tetap disini bersama yang lain."

"Teman-teman, ayo."

Perhatianku dan Donghyun teralihkan oleh panggilan Junhee. Aku membalas tatapan Junhee ketika dia sedang menatap kearahku dan Donghyun. Aku memberikan tatapan tajam padanya, menghardik cowok itu. Kemudian Junhee memutar bola matanya dan bertingkah seakan tidak pernah bertatapan denganku. Aku mendengus. Sial.

"Donghyun, ayo," ajak Hyunho.

Donghyun menoleh padaku sekali lagi, memberikan senyum manis sebelum berjalan bersama Hyunho dan pergi bersama yang lain. Mulai menaiki gunung.

Aku masih belum beranjak pergi, menatap jalur menuju gunung sampai Yoonseo menepuk bahuku dan menggandengku agar lekas kembali kedalam gedung.

"Aku punya firasat buruk tentang ini," ucapku.

"Menghawatirkan melihat mereka pergi," tanggap Yoonseo.

"Kita harus melakukan sesuatu," ujar Jungwon. Aku dan Yoonseo menatap gadis berambut pendek itu.

"Tentu saja. Tapi..." aku membuang napas berat. Tidak bisa melanjutkan kata-kataku.

"Semoga mereka kembali dengan selamat," ujar Yoonseo. Aku diam-diam mengaminkan perkataannya barusan. Semoga mereka kembali dengan selamat, tanpa kekurangan satu orang pun.

To Be Continued

ɴɪɢʜᴛ ʜᴀs ᴄᴏᴍᴇ ⇴ᴏᴄ ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang