BAB 2| Who's?

4K 409 66
                                    

Kerutan di dahi laki-laki itu semakin jelas saat telinganya mendengar bising bunyi tembakan yang sangat nyaring. Perlahan matanya terbuka, sinar cahaya yang masuk melalui retina membuat laki-laki itu meringis, sadar bahwa luka pada bagian dadanya belum sembuh.

Sorot mata tajamnya menelisik ke segala arah, mengamati ruangan abu-abu ini dengan ribuan tanda tanya. Jika pada biasanya orang pingsan akan berakhir di rumah sakit, kenapa dirinya malah berakhir di tempat yang mirip penjara?

"Gue pikir lo udah mati."

Dia menoleh menatap seorang gadis berkaos hitam polos yang duduk di samping tempat tidurnya.

"Dosa gue masih banyak, gak mungkin mati."

Riley sedikit terkejut. "Lo bisa bahasa Indonesia?"

Laki-laki itu meringis pelan, memejamkan matanya erat berusaha sadar sepenuhnya. "Gue di mana?"

"Anggap aja neraka." Balas gadis itu sekenanya.

"Dan lo penjaga nerakanya?" Tanya laki-laki itu.

Riley mengerling, ia mengambil satu botol berisi pil dan melemparkannya ke arah laki-laki itu. "So, what is your name?"

Laki-laki itu meletakkan satu tangannya menjadi bantalan. Ia menatap botol yang ia tangkap barusan, kemudian beralih menatap wajah Riley yang putih bersih. "My name is.. Handsome."

Dapat ia lihat kilatan laser dari mata gadis itu kembali keluar.

"Lo bisa panggil gue Pangeran, atau lebih bagus Baginda Raja." Lanjutnya kurang ajar.

Riley mendengus jengkel. "Oh my gosh, baru kali ini gue nemu penyusup nyebelin semacam lo, tahu?"

"And, baru kali ini gue nemu cewek jiwa pembunuh semacam lo." Balas laki-laki itu.

"Haha, jiwa pembunuh? Jaga bicara lo, Tuan Handsome." Tekan Riley.

"Thank u, Nona—" Laki-laki itu menatap Riley. "What's your name?"

"Not your business." Desis Riley, gadis itu hendak bangkit sebelum tangannya ditarik paksa oleh laki-laki kurang ajar ini.

Riley berusaha melepaskan pergelangan tangannya. Namun genggaman laki-laki itu terlalu kuat.

"Not your business? Setelah lo mukul kepala gue sampai nyaris mati?" Tanyanya.

Riley menelan saliva kasar. Sial, dia inget.

"Lepasin gue." Gadis itu masih berontak berusaha melepaskan diri.

"Gue lepasin lo, dengan syarat sebutin nama lo."

"Gak... lepas—"

"Riley! Kita dipanggil Kapten!" Suara sautan teman laki-lakinya yang berlari tergesa meninggalkan lantai ini membuat Riley menoleh.

"Riley? Beautiful name." Seringai jahil muncul di bibir laki-laki itu.

Riley segera menyentak tangannya dengan kasar hingga berhasil terlepas. "Cowok gila." Desis Riley dan segera pergi.

Dia hanya menatap kepergian Riley, setelahnya meringis kecil seraya berusaha menyandarkan tubuhnya. Tangan laki-laki itu merongoh saku celana hitam yang belum sepenuhnya kering, ia mencari sebuah kartu hitam berukuran 2×2 cm yang memuat kode batang. Napasnya berhembus lega kala kartu itu masih aman di sakunya.

Perlahan tangannya menyingkap kaos yang ia kenakan, ia menatap luka tembak yang sepertinya telah diobati oleh seseorang. Jemarinya mengusap tatto sebuah huruf di bagian atas luka itu.

ZERO BASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang