BAB 9| Tentang Mereka

2.4K 259 61
                                    

Riley menutup pintu jeep army yang mereka pakai untuk mendatangi pelabuhan pagi ini. Ia melirik Zein yang kini juga menatapnya dari sisi kiri.

"Sepagi ini lo ngajak gue ke dermaga?" Tanya Riley.

Tanpa menjawab Zein sibuk memasukan pistol dan senjata tajamnya ke dalam balik rompi hitam bertuliskan SGL pada punggung lebarnya itu. Tatapan Zein mengedar menatap alat berat yang masih beroprasi di pelabuhan, lalu ia menunjuk mercusuar yang tampaknya menarik dijadikan tempat bersantai.

"Kita ke sana." Ujar Zein dan melangkah lebih dulu.

Riley berkacak pinggang, ia medengus kasar mengikuti Zein yang mulai menaiki tangga menara putih setinggi 80 meter di sana.

"Lo mau ngajakin gue nonton kapal laut parkir di dermaga seharian?" Tanya Riley heran.

Zein menoleh sekilas. "Sekalian lo ajarin gue cara patroli, dan gue ajarin lo tak-tik menghadapi musuh. Adil kan?"

"Gue gak tertarik, Zein Alpha. Gue lebih tertarik sama asal usul lo yang gak jelas kaya arwah gentayangan." Gerutu Riley membuat Zein terkekeh.

Kini keduanya berdiri di ambang pintu mercusuar. Angin kencang seketika menerpa rambut panjang gadis itu membuat Riley mau tak mau harus mengikat rambutnya. Udara pagi ini tidak sepanas biasanya, mungkin karena sebentar lagi musim dingin akan datang.

Zein menatap pergerakan Riley, ia menelan saliva kasar lalu menatap ke arah alat pengangkut barang yang beroprasi di dekat kapal besar. "Cuma ada satu kapal. Baru kali ini gue liat pelabuhan sepi."

"Kalo pelabuhan rame, sama aja mancing orang luar buat ngusut wilayah Zero Base."

Zein menoleh. "Bukannya jalur kapal juga bisa di usut meskipun satu?"

Riley menghela napas panjang, tampaknya banyak hal yang harus ia jelaskan kepada laki-laki gila ini.

"Jalur kapal yang datang ke wilayah ini gak akan bisa di usut. Kapten Ganara punya koneksi yang besar di luar wilayah, dan dia masih punya ribuan orang yang akan bantu dia untuk nutup jalur pengiriman barang ke wilayah kita dari pemerintah." Tutur Riley.

Gadis itu melirik Zein. "By the way, gimana caranya lo bisa tahu lokasi pelabuhan?"

Zein mengangkat sebuah benda pipih berteknologi canggih, hal itu membuat pupil mata Riley setengah melebar.

"Gimana bis—"

"Gimana bisa gue dapat ponsel?" Potong Zein yang sudah menebak pertanyaan Riley. "Kapten. Tadi dia ngasih ponsel sekaligus ngasih gue akses untuk gunain semua fasilitas Zero Base."

"Kenapa Kapten bisa sepercaya itu sama lo?"

"Karena gue udah nyelamati chip penting kemarin, mungkin." Jawab Zein setengah tanya.

Dengan sorot memincing curiga, Riley melangkah mendekati laki-laki itu. Ia melipat tangannya. "Jujur, lo agen rahasia yang mau ngusut Zero Base kan?"

"Lo yang nyelamatin gue saat terdampar, dan lo juga yang nuduh gue ngusut Zero Base. Woman." Gumam Zein terheran.

Riley mendengus. "Dangerous and genius." Gadis itu menumpukan tangannya pada palang pembatas setinggi dada di sisi mercusuar. "Setelah gue liat aksi lo saat ada di dalam bahaya. Gue yakin lo bukan cuma korban pembuangan helikopter asing."

"Maksudnya?"

"Lo tiba-tiba terdampar di pantai pulau ini. Lo mampu bertahan hidup setelah dibuang di tengah lautan dalam keadaan tertembak. Anehnya, lo gak protes apapun saat lo siuman di dalam tempat asing, lo gak curiga kita siapa dan gue yakin selama ini lo pasti udah nyari tahu tentang Zero Base dan SGL. Jadi saat lo sadar lo ada di markas SGL, lo gak panik karena tujuan lo justru ada di sana, right?"

ZERO BASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang