BAB 16 | About Riley

1.8K 223 40
                                    

Satu jam lamanya Zein hanya berdiam di atas rooftop gedung pengawasan. Dia tidak mendapat tugas untuk menindaklanjuti target yang sudah mereka tangkap dua jam lalu seperti anggota yang lain.

Srak.

Zein spontan menoleh saat suara gesekan benda menarik atensinya. Dia menatap Riley yang baru saja datang, tatapannya bergeser ke arah sebuah kotak putih berlogo palang merah yang baru saja gadis itu letakkan di bangku lebar setinggi 60 cm.

"Belum tidur?" Tanya Zein.

Riley tidak menjawab dan mulai membuka kotak obat-obatan yang ia bawa.

"Lo masih marah?" Tanya Zein lagi.

Namun Riley masih enggan menjawab, gadis itu menatap Zein dan mengela napas kecil. "Luka lo belum sembuh." Ujar Riley sembari menatap tetesan darah yang mengalir di sikut Zein.

Kontan Zein menatap lengannya yang ternyata memang dialiri oleh cairan darah, dia bahkan baru menyadari hal ini lantaran pikirannya terlalu sibuk berkelana sejak tadi.

"Buruan, gue udah ngantuk." Ujar Riley.

Zein menarik senyum simpul dan mendekat, kemudian dia duduk di bangku dan mulai membuka kaos hitam agar gadis itu bisa leluasa mengobati tiga luka tembak yang ada di tubuh kekarnya. Satu pada bagian dada, satu pada lengan kiri, dan satu goresan kecil di bagian paha.

Kadang Riley cukup terheran-heran dengan ketahanan tubuh Zein yang masih bisa terjun di medan perang meski tubuhnya penuh dengan luka.

Zein itu seperti baja, susah untuk dihancurkan.

Tanpa ambil pusing Riley mulai membersihkan darah Zein dengan telaten menggunakan kapas.

"Lo gak tugas jaga bawah tanah bareng yang lain?" Tanya Zein.

Riley mengoleskan etanol pada bagian luka di lengan laki-laki itu secara perlahan. Sebagian dari dirinya masih belum terbiasa mendengar seseorang yang terus-terusan bertanya tentang SGL sebanyak ini, namun karena Riley mulai paham bahwa Zein belum mengetahui organisasi mereka sedalam dirinya, ia aja menjawabnya jika rasa sabarnya untuk menghadapi laki-laki ini masih tersisa.

"Ri?"

"Pangkat gue belum tinggi." Balas Riley.

"Berarti cuma Lintang yang bisa masuk ke ruangan itu selain Kapten?"

Riley mengangguk.

Zein menghela napas kasar. "Padahal lo yang nangkap dia, kenapa cuma dia yang dikasih kewenangan." Ujar Zein setengah bergumam.

Riley menghela napasnya setelah selesai melilit lengan Zein menggunakan kai kasa. Gadis itu menatap Zein teduh. "Dapat kepercayaan di organisasi rahasia gak semudah yang lo pikirin, Zei."

Zein diam saat Riley mulai bicara.

"Sword Ghost Leger. Aturan utama saat lo ada di dalam SGL adalah wajib waspada." Riley kembali mengoleskan kapasnya pada bagian dada kiri laki-laki itu. "Karena manusia itu dinamis. Mereka bisa berubah kapan aja. Bahkan teman bisa jadi musuh, dan musuh bisa jadi teman dalam situasi tertentu."

Gadis itu meniup pelan luka Zein, tindakannya tentu membuat Zein membeku dalam sepersekian detik. "Dunia SGL bukan dunia aman yang dengan mudahnya lo bisa percaya hanya karena satu kebaikan mereka. Terlalu banyak rahasia di sini, dan terlalu banyak hal yang perlu lo korbankan demi menjaga rahasia itu, bahkan nyawa." Tutur Riley.

Zein mendengarkan dengan seksama setiap kalimat yang gadis itu ucapkan, ia menatap intens ke arah Riley yang masih sibuk mengobatinya.

"Aakhh sss.."

ZERO BASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang