Riley langsung mendatangi dapur setelah menyelesaikan jogging paginya. Gadis itu segera menuangkan air putih ke dalam gelas dan meneguknya hingga tandas. Kemudian Riley mendengus. "Bisa-bisanya dia ngejek gue, dasar cowok gak tau diri. Apa susahnya bilang terima kasih, harusnya dia bersyukur karena udah gue tolongin, malah ngasih julukan gak jelas. Angry bird? Hah... cowok gila."
"Masih pagi, Ri."
Akrael menghampiri gadis itu saat tidak sengaja mendengar gerutuan kesal dari dapur. Tampaknya Riley tengah dirundung suasana hati buruk hari ini.
"By the way, Hazel kenapa keluar bareng Lintang? Bukanya anggota yang tugas kemarin gak boleh keluar?" Tanya Riley.
"Sesuai izin. Mungkin Lintang punya tugas dari Kapten."
Gadis itu menyandarkan tubuhnya pada counter table dapur setinggi pinggang. Ia menghela napas kecil. "Kak.."
"Hm?" Akrael membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol air dingin.
"Menurut lo, pelaku penembakan kemarin itu bagian dari SGL atau justru penyusup baru yang berhasil masuk tanpa kita sadari?"
Sang Kakak menatapnya dengan kening sedikit mengernyit. Sejujurnya Akrael sudah memikirkan hal ini semalaman, ia tidak bisa tidur hanya karena menerka-nerka siapa pelaku yang berani melenyapkan bukti penting di ranah Sword Ghost Leger.
"Kenapa? Lo punya firasat pelakunya adalah salah satu dari kita?"
Riley mengangguk. "Penyusup gak mungkin bisa masuk semudah itu. Diliat dari kedatangan kapal yang cuma punya satu penumpang, mungkin orang Liberaliden kemarin punya tujuan lain saat datang ke Sword Ghost Leger."
"Maksud lo, mereka gak berniat ngukur strategi keamanan kita?"
"That's what i mean. Gua rasa ada hal lain yang kita gak tau."
Ingatan Riley kembali memutar kalimat sang perompak Liberaliden yang terus menghantui pikirannya.
"Long time no see, brother." Ujar Riley membuat Akrael semakin bingung.
"Dia bilang itu sambil natap gue, Kak. Coba cermati ucapan dia. Rasanya kalimat itu seakan-akan nunjukin bahwa dia udah ngenal salah satu dari kita. Kemungkinan besar dia datang ke tempat ini buat membongkar sesuatu." Riley melotot terkejut, sekarang ia paham polanya. "Ya, makanya dia dibunuh, karena dia informan yang bisa ngebongkar rahasia si penembak ini."
"Tapi kenapa dia natap lo?"
Riley diam sejenak. "Sebenarnya dia gak natap gue sepenuhnya. Justru dia ngeliat ke arah samping." Ujarnya memelan.
"Siapa yang ada di samping lo?"
Bibir Riley terasa kelu saat ia ingin bicara sedangkan akalnya baru menyadari siapa orang disampingnya yang saat itu tengah ditatap oleh perompak Liberaliden. "Ze.. in,"
***
"Jadi unit dua cuma ada di area utara dan timur?" Tanya Hazel tatkala ia mengamati poros arah datanganya peluru di area pelabuhan bersama Lintang. "Dan kejanggalannya, peluru melesat dari arah barat, right?"
"Harusnya gak ada peluru yang bisa melesat karena pada saat itu semua unit penyerangan ditahan." Ujar Lintang. Sorot matanya menatap bercak darah yang mulai mengering di atas lantai dermaga.
Hazel melipat tangannya seraya berpikir. "Kalo dia nembak pake pistol biasa, gak mungkin tembakannya tepat sasaran, tapi kalo dia pake senapan, gak mungkin ada penyusup yang bisa bawa senapan secara sembunyi-sembunyi sampai berhasil masuk wilayah kita, Li."
"Itu berarti pelaku kemungkinan adalah salah satu dari anggota SGL." Ujar Lintang.
"Li!"
Keduanya kompak menoleh tatakalah teman mereka yang juga merupakan agen SGL mendekat. Laki-laki itu menyerahkan satu foto polaroid yang ia ambil setelah menginvestigasi wilayah penyerangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO BASE
General FictionTerdampar di tanah Kepulauan Skotlandia adalah salah satu cerita paling tidak masuk akal bagi anggota agen rahasia itu. Start: 26 Des 2023