BAB 3| Melacak Identitas

3.2K 316 28
                                    

"Ini mudah, Mrs. Riley. Gue jadi tertantang buat luluhin hati lo juga."

Riley mendesis, bisikan Zein tentunya tidak akan mampu menaklukan Riley begitu saja.

"Riiiii... ley?" Hazel yang baru saja datang melihat posisi keduanya tentu terkejut. "Sorry, jadwal kita hari ini menembak, bukan beradegan romansa, wahai Tuan dan Nyonya." Ujar Hazel sambil tersenyum geli melihat adegan ini.

Riley segera menyentak kasar tangannya dan mendorong Zein. "Kayanya gue butuh 100 tembakan peluru biar gue gak bunuh orang gila ini." Hardik gadis itu dan segera pergi.

Hazel menatap Riley yang tampak pergi dengan amarah. Kemudian ia menatap Zein. "Gue Hazel. Hazel Mega Hernandez." Ujarnya menjulurkan tangan.

Zein menerima uluran tangan itu. "Zein Alpha Bagaskara."

"Kayaknya lo bukan orang yang cocok disandera. Gak ada salahnya ikut kita latihan, come on." Ajak Hazel menarik senyum sekilas kemudian pergi lebih dulu.

Zein menaikan alisnya, ia mulai mengikuti langkah Hazel yang menuju ke arah lorong utara. Sesaat Zein menelisik bangunan abu yang tertangkap pandangannya. Rasanya ia ragu jika ini merupakan markas khusus organisasi. Meskipun luas, tidak ada alat khusus canggih untuk keamanan atau alat lacak yang sering dia lihat. Tempat ini persis seperti penjara, minim ventilasi dan hanya ada beberapa jendela buram pada bagian dinding. Jadi ia merasa harus mencari tahu dulu tentang tempat ini secara pasti.

Zein dituntun naik ke lantai dua. Ia menatap ke bawah, menelisik berbagai senjata ringan yang tersimpan di lantai dasar. Lalu laki-laki itu mengernyit saat Hazel membuka pintu besi yang menghubungkan sebuah halaman luas dengan markas mereka.

"Ini tempat khusus kita latihan rutin. Kalo lo mau liat tempat yang lain di sekitar markas, lo bisa minta gue buat nunjukin tempatnya nanti, kecuali kalo lo butuh makian lo bisa minta Riley." Ujar Hazel setengah bercanda.

Bunyi bising akibat pelatuk yang ditarik cukup membuatnya mengernyit. Zein mulai paham dari mana asal suara yang berhasil membangunkan dirinya saat pingsan. Tempat ini cukup ramai karena di tempati beberapa anggota SGL yang tengah berlatih menembak. Beberapa dari mereka bahkan menggunakan senapan laras panjang.

Organisasi detektif gak mungkin punya senjata dan tempat selengkap ini. Zein menelisik ke arah lain seraya menerka keadaan.

"Kayanya luka peluru di tubuh lo gak mempan. Gimana kalo gue kasih lima peluru lagi?" Tanya Riley seraya sibuk menembak.

Dor!

Dor!

Dor! Dor! Dor!

Semua peluru mendarat tepat sasaran pada titik target. Zein mengakui kelihaian Riley, tampaknya gadis itu benar-benar sudah terlatih.

"Lo yakin tembakannya bakalan tepat sasaran?" Tantang Zein.

"Of course, gue ahli kalo soal membunuh orang gila."

Dor!

Tembakan terakhir meleset, Riley langsung mendesis kesal, sedangkan laki-laki di sampingnya menarik senyum mengejek.

"Tembakan penutupnya meleset jauh, itu artinya fokus lo gak konstan."

"Oh ya? Emang ada manusia yang punya tingkat fokus 100% konstan?"

Pertanyaan Riley menarik minat Zein. Laki-laki itu mendekat hendak mengambil alih posisi Riley sebelum gadis itu menepisnya dengan kasar.

"Orang asing gak berhak menggunakan senjata Zero Base." Ujar Riley.

Zein tersenyum simpul. "Lo udah kenal gue, jadi gue rasa kata orang asing gak berlaku lagi."

Lantas Riley hanya bisa mendengus saat Zein menggeser tubuhnya. Ia membiarkan Zein mengambil posisi, Riley bukan orang yang punya energi banyak untuk memperdebatkan hal tidak berguna apalagi dengan orang gila semacam Zein.

ZERO BASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang