BAB 15| The Big Apple

2.1K 240 32
                                    

Baru inget masih punya cerita On Going🤣 Komenan saking dikitnya jadi ketumpuk nontifikasi cerita satunya lagi guys😭 Makanya lupa Up.. Happy Reading yaa, maaf terlambat🙏🏻

***

Tetes demi tetes air yang sengaja dijatuhkan di atas kepalanya membuat rasa pening dan cemas berbaur menjadi satu. Sang tahanan Sword Ghost Leger itu mengerang frustasi, sakit di sekujur tubuhnya benar-benar sudah menyiksa, kedua tangannya dirantai seperti makhluk buruan, ditambah ruangan berdebu yang sangat gelap membuat pernapasannya sesak, hanya ada satu cahaya rembulan yang tembus dari atap ruangan misterius itu.

Detik berikutnya pintu terbuka lebar tatkala sang pemimpin Sword Ghost Leger memasuki ruangan bawah tanah dimana sandera hasil penangkapan malam ini terkurung.

Kapten Ganara menatap tajam seorang pria yang kini bersimpuh lemah dengan tangan kanan dan kirinya yang terikat di kedua besi kokoh. Darah masih berlumuran dari lengan pria itu, menetes jatuh membasahi debu lantai di sana, bahkan peluru yang menembus lengannya sama sekali tidak SGL ambil.

"Long time no see." Ujar Kapten Ganara dan duduk di hadapan pria tersebut. Kapten Ganara menyalakan pematik api dan membakar sebatang rokok.

Sedangkan Serda Lim menatap tajam ke arahnya. "Puas?"

Kapten Ganara terkekeh, kepulan asap menguar mengakibatkan bau nikotin itu tercium cukup kuat. "Tempat ini adalah neraka bagi para pengkhianat."

"Dan anda adalah pengkhianat yang seharusnya sudah mati di tangan kami tiga tahun lalu." Tekan Serda Lim dengan rahang yang mengeras penuh rasa dendam.

Kapten Ganara mengendik. "Tidak ada yang suci di antara kita, Lim. Jabatan, data-data rahasia, korupsi, aset negara yang dipalsukan, atau bahkan nepotisme seakan hal lumrah. Saya yang pada saat itu hanya bekerja sebagai Komisaris Jendral yang berusaha jujur justru diinjak dan diberhentikan secara tidak hormat. Jadi menurut anda, siapa yang lebih kotor dibanding mereka yang mengkhianati rekan sendiri demi jabatan?" Kapten Ganara menatap Serda Lim penuh tuntutan.

"Jika anda bermain lebih rapi segalanya tidak akan sefatal ini, Gara!" Serda Lim menarik tangannya yang terikat besi, ia menunduk merapatkan matanya. "Andai saja anda lebih sabar dan konsisten. Mereka akan kalah, saya sudah berjuang keras!"

"Sabar?" Kapten Ganara bangkit dari duduknya. Pria berusia 45 tahun itu menggerakan ujung jarinya seraya membuang abu dari gulungan putih itu, ia mendekat pelahan, lalu terkekeh sinis. "Game over, Lim."

Sorot mata Kapten Ganara berubah tatkala ia kembali mengingat memori kelam di masa lalunya yang sangat pedih. Perjuangannya dalam menegakkan keadilan dan memperkuat keamanan negara bersama Serda Lim di tahun itu bukan hal yang mudah. Banyak hal yang mereka korbankan, sampai suatu saat Kapten Ganara sadar bahwa ia telah dibodohi oleh petinggi di negaranya sendiri, dan dikhianati oleh rekannya ini dalam waktu yang bersamaan.

"Bahkan sejak kita mulai melangkah kita sudah kalah. Anda harus sadar bahwa mereka telah menjadi sutradara dalam hidup anda. Sekeras apapun kita berusaha, petinggi-petinggi itu tetap akan menang, karena mereka punya rantai yang mustahil diputus."

"Segala hal punya kelemahannya Gara. Sekalipun itu monster, ada titik kuncinya, dan yang kita butuhkan adalah waktu."

"Tidak berlaku untuk dinasti politik." Kapten Ganara menghela napas kasar. "Mereka bisa bergerak 10 kali lebih cepat jika kita terlambat 1 detik. Mereka menjadikan kita boneka tanpa harga diri, Lim. Sebagai seorang prajurit negara seharusnya anda tahu mana yang layak dipatuhi atau tidak."

"Saya tidak akan patuh tanpa bayaran yang setimpal! Mereka memiliki kode hitam yang penting bagi militer! Saya berkorban demi seluruh anggota militer!"

Kapten Ganara membuang puntung rokoknya tepat di hadapan Serda Lim dan menginjaknya hingga melebur. "Ini adalah akhir perjuangan anda demi militer."

ZERO BASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang