Setelah anggota SGL membawa Zein dan Riley dari tempat patroli, keduanya sekarang berada di dalam UGD Zero Base. Markas besar SGL memang memiliki fasilitas yang sangat lengkap, segalanya di bangun di pulau tersebut, mulai dari rumah sakit, tempat tinggal, tempat berlatih senjata bahkan hingga pembangkit listrik dan dermaga khusus pengiriman barang dari dalam dan luar wilayah sudah mumpuni.
"Sekarang gua percaya kalo dia bukan orang sembarangan."
Hazel berdiri di depan kaca jendela ruang UGD, menatap aktivitas para anggota medis SGL yang saat ini tengah mengobati Zein di dalam sana. Gadis itu melipat tangannya lalu bersandar. "Tapi kedatangan dia malah jadi ancaman buat kita. Helikopter yang nyerang mereka pergi setelah Zein berhasil ditembak. Itu artinya kalo mereka terus memburu Zein, keberadaan SGL bisa tercium." Ujar Hazel.
Lintang menghela napasnya, ia bersandar dengan posisi kedua tangan di saku celana. "Itu perangkap."
"Maksud lo?"
"Riley yang minta, penyerangan tadi udah masuk di skenario dia."
"What?! Jadi maksud lo Riley sengaja-"
"Sssttt.." Lintang menatap Hazel penuh peringatan.
Hazel melipat bibirnya, ia mendekat merapat kepada Lintang. "Jadi maksud lo Riley sengaja ngajak Zein patroli dan ngirim pasukan kita biar dia bisa ngetes kemampuan Zein?" Tanya Hazel.
"Tepatnya ngetes kepercayaan." Tambah Lintang.
Merasa terbodohi Hazel pun langsung mendengus, ia menyugar surai rambutnya berusaha menahan teriakan kesal. "Dasar anak gila."
"Kita dipanggil Kapten untuk rapat." Sautan Akrael membuat keduanya menoleh.
Lintang menatap Riley yang masih ada di dalam UGD.
"Nanti Kapten yang langsung turun tangan sama urusan mereka. Sekarang kita rapat tanpa Riley." Ujar Akrael lagi dan berbalik pergi.
"Akra tungguin!" Teriak Hazel yang langsung menyusul.
Lintang menatap Riley yang masih sibuk mengobati luka Zein. Sekarang ia hanya berharap apa yang dirinya takutkan tidak akan pernah terjadi.
***
Ruangan khusus anggota SGL yang penuh dengan berbagai alat canggih kembali penuh. Kini 12 layar lebar yang terpajang di dinding ruangan itu menyala. Sinar biru hologram di tengah lingkaran anggota muncul.
"Utopia dan Distopia." Kapten Ganara menampilkan deretan foto para pejabat dari berbagai kalangan di sana. "Seperti yang kalian tahu, kita membagi dua kelas untuk mereka yang meminta campur tangan SGL dalam sebuah misi."
"Pertama Utopia. Para kalangan atas yang butuh koneksi penting untuk menjalani taktik bisnis atau politik mereka. Presiden, Jendral, Komandan Militer atau petinggi-petinggi negara. Mereka biasanya punya data penting yang bersifat rahasia."
"Yang kedua Distopia, mereka hanya kalangan biasa. Jika ada CEO atau petinggi-petinggi dari sebuah perusahaan yang meminta SGL untuk bantuan informasi, letakkan mereka di kelompok Distopia."
Akrael bersuara. "Untuk kelas Utopia, mereka punya peraturan yang dua kali lebih ketat. Peraturan mereka menghambat pergerakan anggota ketika mulai terjun ke lapangan, Kapten."
"Ingat pendirian kita. Taktis dan strategis. Jangan terhalang oleh peraturan. Ciptakan jalan lain untuk sebuah misi, dan tentunya hanya kita yang bisa melewati jalan itu. Paham?"
"Paham Kapten!"
Kapten Ganara menggulir hologram dihadapannya. "Lusa, misi kita adalah di Inverness. Siapkan pesawat dan cek perlengkapannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO BASE
General FictionTerdampar di tanah Kepulauan Skotlandia adalah salah satu cerita paling tidak masuk akal bagi anggota agen rahasia itu. Start: 26 Des 2023