"Ligam!" Riley terus mengikuti langkah Lintang yang bergegas menjauhi lapangan.
"Lii..." panggil gadis itu sembari mengimbangi langkah Lintang.
"Kenapa lo kesel? Just game, winning and losing are normal."
"Temenin gue cari angin." Ujar Lintang. Tanpa membuang waktu dia segera mengambil satu kunci mobil dan menarik tangan Riley untuk mengikutinya. Gadis itu pun juga tak ingin menolak karena ia paham bagaimana suasana hati Lintang saat ini, bahkan ketika mobil yang mereka naiki keluar dari markas Lintang masih diam.
Sekilas Riley menatap ke arah lapangan, dimana Zein, Akrael, Hazel dan Lion yang masih berada di tempat itu. Sepersekian detik tatapan Riley dan Zein bertemu, saling menatap dengan sorot yang tak bisa mereka gambarkan karena suasana hatinya yang juga tak bisa mereka jelaskan, namun Riley segera memalingkan wajahnya membiarkan mobil yang ia naiki menjauh dari Zero Base.
"Harusnya lo gak membuat taruhan di permainan tadi."
Riley tahu, bagaimana sifat ambisius Lintang yang dua kali lipat lebih gila dari dirinya. Lintang adalah seseorang yang penuh ambisi besar, bahkan laki-laki itu juga memiliki sifat perfectsionis, melakukan segalanya dengan sangat hati-hati, dan yang paling penting emosinya tidak mudah dipengaruhi apapun. Namun karena hal tadi, Riley cukup terkejut melihat reaksi Lintang yang benar-benar tidak seperti biasanya.
"Fyi, gue gak pernah nganggap lo kalah."
Akhirnya Lintang memilih membelokan setir kemudinya dan berhenti tepat di area tebing luas yang menghadap langsung ke arah lautan lepas. Kini keduanya turun, mereka duduk di ujung tebing menikmati semilir angin yang berhembus meniup helaian rambut keduanya.
"Gue gak pernah menang, Ri." Ujar Lintang. "Sebelum gue berhasil dapetin apa yang gue mau, gue gak bisa disebut menang."
Ungkapan Lintang yang terdengar diantara suara deburan ombak yang semakin senyap siang ini membuat sebuah kalimat yang Zein lontarkan malam itu terngiang kembali di benak Riley. Bukannya jadi orang ambisius itu cape?
Rasanya Riley ingin melontarkan pertanyaan yang sama kepada Lintang hari ini, ia ingin tahu bagaimana jawaban Lintang, apakah laki-laki itu akan menjawab hal yang sama? Ataukah dia punya jawaban lain dari pertanyaan sederhana ini?
Tapi ketika Riley mengingat jawaban dari pertanyaan Zein yang ia katakan semalam membuat dirinya diam. Saat itu mulutnya hanya berbohong. Riley hanya menjawab Zein dengan kalimat tegas agar laki-laki itu tidak menganggapnya lemah. Padahal jauh dari dalam hatinya, Riley lelah.
"Beberapa manusia kadang gagal memahami dirinya sendiri, apalagi orang lain. Jadi gue gak akan bilang apapun, cukup jadi pendengar lo aja." Ujar gadis itu.
Lintang tersenyum, ia juga melakukan cara yang sama ketika Riley mengeluhkan berbagai hal padanya selama ini. Lintang bisa menjadi pendengar yang baik bagi Riley dan begitupun sebaliknya.
"Lo emang bener-bener penasaran sama dia, Ri?" Lintang menopang tubuhnya dengan meletakkan kedua tangan di atas tanah sejajar dengan bahu, ia menyipitkan matanya menatap garis pemisah laut dan langit yang membentang sejauh mata memandang. "Lo gak punya perasaan sama dia, kan?"
Sebuah tawa menguar detik itu juga.
Riley meninju lengan Lintang. "Kenapa emangnya? Lo takut gue pacaran sama dia?"
"Lo harus inget sama rencana awal, jangan keluar jalur cuma gara-gara perasaan."
"Calm down, dari awal gue gak percaya Zein. Dia pake pola musuh pada umumnya yang cukup pasaran. Karena biasanya mereka emang rela ngelakuin segala cara agar target mereka percaya dan gampang dikelabui." Balas Riley.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO BASE
General FictionTerdampar di tanah Kepulauan Skotlandia adalah salah satu cerita paling tidak masuk akal bagi anggota agen rahasia itu. Start: 26 Des 2023