BAB 19 | Kode QR?

2.2K 227 57
                                    

Ruangan Zero Base cukup penuh dengan beberapa anggota Sword Ghot Leger yang bertugas memantau mobilitas di sekitar wilayah Hebrides, beberapa dari mereka juga sibuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh sang Kapten. Riley yang baru saja datang bersama Lintang segera duduk di kursi yang sejajar dengan Lion membuat laki-laki itu menatap keduanya tajam karena terlambat bertugas.

Mikael menatap ke segala arah. "Si anak baru ke mana? Bolos tugas lagi dia?"

Franz pun ikut menatap kursi di sampingnya yang masih kosong. "Anak buah lo tuh, Ri. Bilangin lain kali jangan suka ninggalin tugas, cape gue kalo harus ngehandle bagian dia." Gerutu Frans.

"Gue liat Zein keluar markas tadi sore." Ujar Hazel, ia meletakan setumpuk berkas tebal yang harus dia analisis dengan kasar. "Tumben dia keluar gak sama lo, Ri?"

"Dia punya urusan lain." Ujar Akrael.

"Really?"

"Kemungkinan Kapten ngasih tugas penting buat dia." Ujar Akrael lagi.

Hazel mengernyit seraya melipat tangannya. "Anggota baru di kasih tugas penting? Bukannya yang biasa dapat tugas penting itu cuma Lintang, ya?" Tanya Hazel melirik Lintang sekilas, ia kemudian tersenyum. "Atau mungkin skill Zein udah di atas rata-rata? Oh my god, I love Zein!" Pekik Hazel membuat semuanya mengernyit menahan pendengarannya masing-masing dari teriakan gadis itu.

"Shut up, Zel." Akrael mendengus kesal.

"You know? Zein itu definisi sempurna di atas sempurna." Ujar Hazel mengagung-agungkan orang yang ia kagumi.

Riley mendengus kasar. "Bagi lo. Bagi gue dia beban."

Lintang terkekeh geli. "Dia belum terjun ke misi utama SGL dan lo udah yakin dia mampu?" Tanya Lintang menatap Hazel.

Hazel menaikan alisnya. "Of course. Zein kan lebih hebat dari lo."

"Lo yakin?"

"Kita liat aja nanti, sehebat apa dia saat jadi leader di New York." Ujar Hazel yang membuat suasana di ruangan Zero Base semakin memanas.

Hazel tahu Lintang bukan lah orang yang bisa ia ejek dengan mudah. Melihat bagaimana istimewanya laki-laki itu di Zero Base, Hazel terkadang kesal melihat perlakuan Kapten Ganara yang mengistimewakan Lintang daripada yang lain, dan tentu saja hanya keberadaan Zein yang bisa menjadi rival Lintang dalam misi apapun.

Lintang mengeraskan rahangnya. Tentu ekspresinya bisa dibaca oleh Riley dengan mudah karena gadis itu sudah hafal dengan sifat Lintang.

Riley menghela napasnya. "Buat apa lo jadi anggota SGL kalo lo masih gampang percaya orang lain." Balas Riley membuat Hazel membisu.

Sudah bukan menjadi rahasia lagi jika setiap anggota yang berada di organisasi SGL tidak bisa dipercaya. Siapapun bisa berkhianat dan siapapun bisa menjadi penghancur. Selama ini mereka hanya bisa mempercayai diri sendiri tanpa bergantung pada orang lain, dan mereka hanya percaya pada sang Kapten, Ganara Tamaharta.

"Don't believe anyone." Ujar Lintang.

***

Sayup-sayup suara deburan ombak yang menepi terdengar kala Zein menginjakan kakinya di tepi pantai. Udara dingin di bawah langit gelap malam ini cukup membuat hawa tubuhnya terasa beku, angin yang berhembus meniup rambut hitamnya seakan memintanya untuk segera mencari kehangatan.

Zein mendatangi pantai malam ini karena Kapten Ganara memberikan perintah agar dia menemuinya di tempat yang jauh dari radar penghuni Zero Base.

Suara kayu yang hangus terbakar api membuat Zein segera mendekat. Kapten Ganara sudah duduk dengan secangkir kopi panas yang sedang ia tiup pelan-pelan bersama satu api unggun kecil sebagai penghangat suhu tubuhnya.

ZERO BASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang