BAB 25 | Dinding Abu

2K 201 25
                                    

Lion, Zein serta Riley mendatangi sebuah tempat yang letaknya jauh dari kemewahan New York.

Saat menginjakan kaki di tempat ini. Riley merasa dibohongi. Ia dibohongi oleh gedung pecakar langit yang bisa membuat semua orang terkagum, ia dibohongi oleh artikel yang menyebutkan bahwa kota ini adalah kota impian dan menjadi tempat paling menarik di dunia.

Sedangkan di sudut-sudut kota yang jarang terpijak, Riley baru menemukan tempat kumuh dan segelap ini. Bahkan aroma debu yang menusuk indra penciumannya membuat gadis itu terbatuk. Namun Riley tetap mengikuti langkah Lion yang menuntun dirinya pergi bersama Zein untuk menemui seseorang yang mampu membantu mereka dalam menjalankan misi menemukan Liberaliden.

Zein memperhatikan jalanan lengang yang mereka lewati, suasana sepi seakan tidak ada penghuni di wilayah ini membuat dirinya lebih waspada. Laki-laki itu segera mendekat, melirik Riley dan memastikan gadis itu dalam posisi aman.

Lalu Lion menghentikan langkah. Hal itu membuat Zein dan Riley kompak mengernyit. Pasalnya Lion berhenti tepat di sebuah gudang kosong yang tertutup rapat. Banyak bekas coretan tak teratur yang pudar, jadi Riley pastikan tempat ini sudah lama tak berpenghuni.

Lion menunjuk sebuah logo tombak yang terukir di dinding itu. "Mereka mantan anggota Liberaliden."

"What the f—"

"Sssttt.." Zein segera menghentikan Riley sebelum gadis itu meradang.

Sedangkan Riley masih terkejut dengan fakta yang baru saja dia dengar. Dari mana dan sejak kapan Lion bisa mengenal para mantan perompak Liberaliden? Dan kenapa laki-laki itu tidak membagi informasinya selama ini?

"Lo gila, Lion." Geram Riley, bahkan rahangnya sudah bergemelutuk keras menahan gejolak amarah.

Zein menatap logo tombak itu, ia menyipit. "Logo tombak, artinya mereka pengkhianat."

Lion mengangguk. "Jadi dipastikan mereka bukan di pihak Liberaliden lagi."

"Tapi kita belum tahu siapa penjahat sebenarnya. Bisa aja mereka ngebantu pihak lain buat ngehancurin Liberaliden sedangkan pihak yang mereka dukung adalah dalang utamanya." Ujar gadis itu.

"Misi utama kita cuma nemuin Liberaliden demi kebenaran black code itu kan? Jadi ngejaga Liberaliden bukan termasuk tugas kita."

Kepalanya nyaris meledak. Riley menyugar rambutnya dan menarik napas dalam-dalam. "Stop Li, gue yakin mereka gak bodoh."

"Cuma mereka satu-satunya akses terbaik saat ini, Ri. Ikutin aja arahan Lion. Berhasil atau enggaknya itu udah jelas resiko yang akan kita hadapi." Zein menatap Riley. "Percaya sama dia."

Riley diam, menimbang apa yang Zein katakan. Hatinya masih bimbang dengan hal ini, bagaimana ia bisa mengambil keputusan disaat dirinya baru saja mengetahui fakta bahwa hari ini dia akan bertemu para perompak yang sudah Sword Ghost Leger buru selama bertahun-tahun.

"Tapi gimana caranya lo ngebuat mereka percaya?"

Lion mengetuk pelipisnya. "Gak ada yang bisa merusak besi selain karatnya, jadi gak ada yang bisa merusak siapapun selain mindset mereka sendiri"

Sudut bibir Zein terangkat. "Kita harus lebih manipulatif dari mereka."

Kemdudian Lion membuka pintu besi itu dan mengawali langkah mereka untuk masuk. Riley dan Zein mengibaskan tangan menghindari debu yang begitu banyak.

Bahkan Riley masih mencari jawaban bagaimana bisa ada manusia yang tinggal di daerah ini.

"Tempatnya bener-bener jauh dari kemewahan dan teknologi." Gumam Riley.

ZERO BASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang