BAB 8| Friend?

2K 254 73
                                    

Akrael mengernyit kala melihat Hazel yang sibuk menatap layar ponselnya. Sejak tadi Hazel terus menatap benda pipih itu seraya tersenyum, terkadang ia sedikit terkekeh geli kemudian menggigit bibirnya sendiri karena gemas. Bahkan mie yang ada di hadapannya sama sekali belum gadis itu sentuh.

Akrael mendengus, ia menyentakkan sendoknya kesal. "Biar gue yang makan kalo lo gak mau."

Hazel tidak menggubris ucapan Akrael dan malah mendorong mangkuknya. Tentu hal itu semakin membuat Akrael kesal setengah mati.

Tiba-tiba Akrael merebut ponsel Hazel membuat gadis itu terkejut.

"Akra!"

"Lo liat—" ucapan Akrael terhenti saat melihat foto anggota baru SGL yang tak lain adalah Zein ada di ponsel Hazel.

Jempol Akrael menggulir layar ponsel ke arah kiki lagi beberapa kali, melihat banyaknya foto koleksi Zein yang tampak seperti paparazi membuat Akrael menatap Hazel.

"Lo naksir dia?"

Hazel mengangguk. "Ganteng kan? Manis, pinter, keren, sekali tembak musuh mati, bayangin dia nembak gue, pasti sekali aja gue langsung jatuh hati." Ujar Hazel meletakan kedua tangannya di dada dengan ekspresi yang seakan tengah mendambakan seseorang pangeran surga.

Akrael mendengus. "Keren darimananya?" Tanya Akrael lalu memakan mi nya kasar.

Hazel merebut kembali ponsel itu. "Dia bahkan bisa nyetir mobil mundur, lima kali nembak tepat sasaran, dan yang paling utamanya postur tubuh dia yang beuuuhh.. amazing." ujar Hazel menopang dagunya kagum.

Akrel mengunyah mi nya dengan raut terpaksa. Bahkan rasa panas dari mi yang ia makan tidak berpengaruh lantaran hatinya lebih terasa panas karena terbakar.

"Dia gak bisa ngeretas sistem data." Ujar Akrael.

"Eyy.. kalo soal itu bisa dilatih. Bahkan sebelum gabung SGL gua gak bisa apa-apa selain nulis artikel berita." Ujar Hazel.

"Maksud lo sebelum gue mungut lo dari kolong jembatan?" Tanya Akrael.

Hazel mencebik dan mengangkat garpunya seakan siap mencakar wajah Akrael. "Gue bukan warga kolong ya. Gue ini putri CEO yang kebetulan diusir ibu tiri dari istana gue sendiri, paham?" Tekan Hazel.

Laki-laki itu meneguk air nya seraya menatap Hazel datar. "Miris."

Hazel melipat tangan di dada menatap Akrael dengan wajah kesal. "Kenapa lo malah ngatain gue? Harusnya lo cemburu Akra!"

"Gue gak punya waktu buat cemburu."

"Lo yang bawa gue ke sini dan lo harus urusin gue, termasuk perasaan gue, understand?"

Akrael mengendik. "Urus aja diri lo sendiri."

"Bener-bener lo ya—"

"What is going on?"

Atensi keduanya teralih saat suara Lintang menggema di dapur Zero Base. Laki-laki itu datang diikuti Riley yang kini menarik kursi untuk duduk di samping Hazel.

"Lagi berantem?"

"Biasa, Kakak lo. Hati nya emang beku, gue jadi lahar pun mungkin dia gak akan pernah cair." Gerutu Hazel.

Lintang terkekeh mendengar gerutuan Hazel. Hubungan antara Akrael dan Hazel memang tidak berubah meski mereka sudah saling mengenal dan berteman selama tiga tahun. Menurutnya Akrael memang sengaja membuat batasan kepada Hazel. Entah apa alasannya, namun Lintang yakin Akrael punya rasa peduli yang tidak ia tunjukan secara langsung kepada gadis itu.

"Lo harusnya udah tau kalo dia itu tsundere, Zel." Ujar Lintang.

Riley mengangguk. "Tampangnya bodo amat tapi hatinya peduli banget sama lo."

ZERO BASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang