DON'T COPY MY STORY.
FOLLOW SEBELUM BACA, YA.
BANYAK HAL TOXIC, HARAP BIJAK DALAM MEMBACA! [17+]
****
Kedatangan Characella kembali ke kota kelahiran semula adalah suatu kebahagian bagi gadis itu, karena pada akhirnya ia bisa bebas dari sifat prot...
⚠️Beberapa adegan tidak baik untuk di tiru. Harap bijak dalam membaca dan memahami. 😊
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
10.She's Briani. ________________
Suasana malam terasa begitu dingin dan mengecamkan. Cahaya rembulan menerobos masuk menyinari seperempat isi sebuah kamar yang gelap nan remang-remang.
Dargael, cowok dengan rahang tegas itu menatap penuh kearah sebuah foto di layar ponselnya. Yang menampilkan foto dimana Kalan dan Cella berdua di dekat gerbang sekolah. Tatapan tajamnya seolah menusuk, entah dari mana cowok itu mendapat foto itu.
Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk kecil meja di depannya. Sepanjang hari ia habiskan untuk menatap foto itu.
Marah? Tentu saja. Namun, kali ini Dargael memilih diam, karena Kalan adalah sahabatnya. Ia bahkan mencoba berpikiran positif, berharap Kalan dan Cella hanya tak sengaja bertemu saat pulang sekolah tadi.
Dargael membuang napas kasar, berusaha menetralkan amarahnya. Ia tidak suka Cella bersama cowok lain, sekalipun itu sahabatnya. Tapi kembali ke awal, kali ini Dargael hanya bisa memilih diam.
Ia menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa, lalu mendongkak menatap kosong langit-langit kamar apartemen nya.
Dengan penuh tekad, Dargael berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan memiliki Cella, segera. Bahkan menggunakan segala cara apapun.
Memejamkan mata sejenak, bell apartement nya berbunyi. Dargael segera duduk dengan tegak, lalu bediri membuka pintu.
Ia menyipit sejenak lalu tersenyum tipis ketika melihat kedatangan seorang perempuan dengan pakaian casual yaitu sweater abu-abu dengan celana jeans. Tak lupa bando berwarna biru terpasang di rambut panjang bergelombang gadis itu.
She's Briani.
Dargael menggeser tubuhnya mempersilahkan gadis itu masuk kedalam apartement nya yang remang remang.
"Dari tadi siang lo ga bales pesan gue, ga ngangkat telepon gue. Kemana aja?"
Briani dengan sigap mencari saklar lampu, lalu menyalakan lampu. Seolah sudah sering ke tempat ini.
Dargael menutup pintu apartement nya dengan santai. Tidak mengunci hanya menutup.
"Tadi ada urusan," balasnya simple.
"Urusan apa?" tanya Briani, meletakkan sebuah totebag ke atas meja.
Dargael berdecak. "Biasa. Main-main bentar."
Mendengus malas, Briani sudah paham apa yang dimaksud dengan Dargael.
"Main cewek lagi?" Gadis itu mencibir sinis. "Katanya mau berubah karena cewe yang selama ini lo tungguin udah balik."