HEWWOW, BERRIES!
SIAP UNTUK BACA DARGAEL?
SEBELUM BACA JANGAN LUPA TEKAN VOTE DULU, LOVE 😖
TYPO TANDAIN YAW!
34. Terimakasih untuk Hari ini.
__________________________"Dingin?"
Dargael mengambil kursi, meletakkan dua gelas cup coffe hangat di atas meja dan duduk di sebelah Cella. Kedua insan itu tengah berada di sebuah cafe, bukan di dalam melainkan di halaman luar cafe yang juga menyiapkan tempat tongkrongan di luar. Pakaian keduanya masih lembab dan tak se—basah ketika baru selesai bermain hujan dikarenakan hujan sudah mulai reda. Mereka tidak jadi ke halte dan memilih untuk berteduh atau beristirahat sejenak di cafe disebabkan halte bus di persimpangan di penuhi oleh orang-orang yang baru saja pulang sekolah, ekskul, les dan sebagian juga pulang bekerja. Dan juga dikarenakan hujan deras tadi, orang-orang itupun memenuhi halte bus yang menjadi satu-satunya di tempat itu.
Cella menoleh kearah Dargael. "Gak terlalu," balas gadis itu dengan senyum tipis walaupun bibirnya sudah pucat karena menggigil.
"Yakin?" Dargael meletakkan tangannya di atas rambut Cella yang masih lembab. Cella mengangguki pertanyaan Dargael yang mengarah ke-keraguan.
Tangan kekar yang semula di rambut Cella perlahan turun diikuti satu tangan lagi, menggenggam kedua tangan gadis itu untuk menghangatkan. "Bentar lagi kita pulang," kata Dargael dengan lembut. Manik gelapnya mengarah pada manik coklat Cella yang bergerak-gerak menghindari tatapan dalam miliknya.
"Mendingan?" bisik Dargael lembut.
Cella berdeham pelan tubunya sekarang sudah berhadapan dengan Dargael. Ia mengalihkan pandangan pura-pura menatap kearah lain. Ia mengangguk sebagai respon, membiarkan Dargael menggosok-gosok tangannya.
Dargael tersenyum tipis, "Tatap gue. Cowok lo disini," perintah cowok itu namun tidak dengan nada menuntut.
Cella mengembalikan pandangan pada Dargael.
"Gak kayak biasanya," celetuk Dargael tanpa mengalihkan perhatian dari manik cokelat itu.
"Apanya?" tanya Cella.
"Biasanya lo berani natap gue lama. Walaupun—tatapan menantang," ucap Dargael pelan di akhir kalimat. Ia ingat, sebelum mereka balikan, Cella selalu menatapnya dengan kesal, raut wajah merah dan iris coklatnya yang menampilkan rasa menantang.
Cella tergagap. "Emang sekarang nggak?"
"Nggak," balas Dargael cepat. "Sekarang kayak takut-takut gitu. Atau bukan takut, melainkan—malu?"
"Nggak, lah!" sergah Cella. "Ngapain malu? Gue—gue cuma gak terbiasa."
Dargael mengangkat sebelah alisnya tidak terlalu paham. "Maksud lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Dargael
Teen FictionDON'T COPY MY STORY. FOLLOW SEBELUM BACA, YA. BANYAK HAL TOXIC, HARAP BIJAK DALAM MEMBACA! [17+] **** Kedatangan Characella kembali ke kota kelahiran semula adalah suatu kebahagian bagi gadis itu, karena pada akhirnya ia bisa bebas dari sifat prot...