31. Dargael Sakit

33.9K 1.3K 133
                                    

31

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

31. Dargael Sakit.
_______________

Dargael memarkirkan motornya di halaman depan sebuah rumah besar yang bernuansa biru gelap dari luar. Lelaki itu melepaskan helmnya, mendongak menatap rumah yang selama beberapa hari ini ia tempati bersama seorang monster.

Rahang lelaki itu mengetat mengetahui  bagaimana nasibnya jika sudah memasuki rumah itu. Mengambil napas dalam-dalam, ia menghembus perlahan. Merangkul helmnya lalu melangkah memasuki pintu besar rumah itu.

Berdiri sejenak tepat di hadapan pintu megah lalu mendorong untuk membuka.

Seperti biasa, cahaya di dalam remang-remang, tidak seperti rumah pada umumnya. Memiliki interior mewah serta bersih namun terasa dark. Ia melangkahkan kaki masuk, menutup pintu di belakangnya.

Semula ia bertemu ruang tamu, namun bukan ruang yang seharusnya ia datangi. Dargael melanjutkan langkah, menelusuri lorong remang-remang seisi rumah itu. Meletakkan helmnya di atas sebuah meja sebelum menerobos masuk ke sebuah ruangan.

Dargael menahan napas ketika melihat tidak ada siapapun di ruangan kerja itu, hingga ia mendengar pintu yang sempat ia tutup di belakangnya perlahan terbuka.

Ia berbalik, menemukan Luca-papa nya yang sudah tersenyum lebar.

"Sudah puas melepas rindu dengan wanita kesayangan mu?" Nada dalam, yang sontak memberi reflek kewaspadaan itu mengalun tenang namun mampu membuat siapapun bergidik, kecuali Dargael yang sudah terbiasa.

"Ya," balas Dargael singkat, tidak memperdulikan tatapan sang papa yang sudah menajam. Ia tidak mengelak, memberi berbagai macam alasan apapun karena pada akhirnya, hukumannya tetap ada. Di siksa.

"Bagus." Sang papa melewatinya, lalu duduk di kursi putar, meletakkan kedua lengan di kedua sisi kursi, menatap santai Dargael, namun dengan santai yang berbeda.

"Kamu masih ingin menunda pertunjukannya, anakku?" Tanya papa Luca dimana Dargael segera mengerti apa yang di maksud pria paruh baya itu.

Kedua tangan Dargael mengepal, ia tak mampu berkata-kata. Ingin sekali memaki pria tua itu, namun ia menahan diri. Tetap menghargai nya sebagai orangtua walaupun sudah tidak menganggap sebagai ayahnya.

"Berlutut," tekan Papa Luca. Dengan perlahan Dargael menjatuhkan diri di lantai, berlutut menghadap sang papa. Tiba-tiba dua pria kekar bersetelan memasuki ruangan. Membawa dua alat yang sangat Dargael hafal.

Tapi pinggang dan Cambuk.

"Pilih," ucap papa Luca, berdiri dari kursinya mengambil dua alat itu. Pria paruh baya itu berjongkok di hadapan Dargael. "Saya meringankan hukuman mu kali ini, karena saya dalam mood baik." Ia meletakkan dua alat itu di hadapan Dargael, menunggu lelaki itu untuk memilih.

Dengan berani Dargael memilih cambuk, karena jika ia memilih yang lebih tidak menyakiti, papanya akan membagikan sisa hukuman kepada mamanya.

Papa Luca tertawa. Tawanya bergemuruh, menepuk pelan kepala Dargael. "Benar-benar anak baik." Pria paruh baya itu kembali berdiri, memerintahkan kedua anak buahnya untuk merobek kaus hitam yang Dargael kenakan.

He's DargaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang