3. Aku ini cacat

100 7 0
                                    

Aku ini adalah seorang yang bisu dan tuli sejak lahir. Aku tidak pernah bisa mendengar atau berbicara. Untuk pertama kalinya, saat usiaku 5 tahun, aku bisa mendengar melalui suatu alat yang dipasang di telingaku

Saat itu, rasanya duniaku yang sempat abu-abu kembali berwarna. Aku berpikir dengan aku yang bisa mendengar saja, aku akan bahagia. Tapi nyatanya, aku salah, aku yang bisu juga merupakan masalah

Orang tuaku tidak pernah menyayangiku karena aku yang cacat. Aku yang dianggap aib oleh keluargaku sendiri. Mereka enggak pernah memperdulikan hidupku, bahkan jika aku mati sekalipun mereka enggak akan peduli.

Orang tuaku hanya menyediakan uang untukku, tapi aku enggak perlu semua uang itu. Aku juga enggak pernah meminta untuk dilahirkan dengan kondisi seperti ini. Aku juga ingin bisa berbicara, bisa mendengar, dan hidup normal seperti anak lainnya

Aku ingat sekali saat usiaku 5 tahun, untuk pertama kalinya aku menyadari kalau aku ini berbeda saat mamaku tidak mengizinkanku untuk datang ke acara besar seperti kakakku

"Kamu itu berbeda dari kakak kamu, Zen"

Iya, semuanya karena aku berbeda. Aku hanya orang yang terlahir cacat, tidak bisa berbicara ataupun mendengar tanpa alat bantu

Aku berbeda, aku e bisa berkomunikasi seperti orang-orang pada umumnya. Aku ini adalah aib dari keluargaku

Tidak cukup sampai di sana, ada lagi suatu kisah yang membuatku sadar kalau aku itu berbeda dari orang lain. Saat menginjak bangku sekolah dasar, pertama kalinya akumerasakan jatuh cinta dan menyatakan cintaku kepada gadis itu. Tapi tentu saja, jawabannya sangat berbeda dari ekspetasiku, kembali menyadarkan kalau aku ini berbeda dan enggak tau diri

"Zen? Lo gila?? Lo suka sama gue?? Gue ngerti kalo gue ini sempurna, tapi sadar Zen, orang cacat kayak lo gak akan pernah bisa bersanding sama sosok yang sempurna kayak gue"

Orang cacat tidak pernah bisa bersanding dengan mereka yang sempurna. Ya,itu benar. 100% benar, tidak ada salahnya sama sekali dengan kata-kata itu

Aku saja yang tidak tau diri, berani-beraninya menyatakancinta kepadanya. Masih bagus diberikan kehidupan oleh Tuhan, jangan melewati batasmu, Zen.

***

Sampai di bangku sekolah menengah, orang tuaku membuangku. Mereka membelikan sebuah apartment minimalis yang jauh dari rumah dan mulai membiarkanku hidup sendirian

Siapa yang menginginkan aku di dunia ini?? Tidak ada, siapa juga yang menginginkan seorang yang bisu dan tuli??

Sendirian, aku hanya pantas hidup sendirian dengan segala kesunyian itu. Aku ingat bagaimana wajah takutnya teman-temanku saat mendengar suara yang berusaha aku keluarkan

"Suara monster"

"Suaranya mengerikan sekali"

"Kalo emang bisu tuh diem aja"

"Suara lo itu gak pantes didengar siapapun"

Aku tidak pernah diterima dimanapun. Aku ingat dengan pukulan dan cemoohan orang lain kepadaku. Kapanpun dan dimanapun.

"Berteriaklah dan minta tolong jika kau disakiti"

Tapi dengan apa aku berteriak? Suaraku bahkan enggak bisa keluar. Tanpa perlu kudengar pun, aku tau mereka menertawakanku yang cacat ini.

Seandainya bisa memilih, aku lebih memilih enggak pernah lahir atau mati saat aku lahir daripada harus merasakan ini semua

"Kamu ini berbeda"

Ucapan itulah yang terus-terusan keluar dari mulut papa dan mama. Iya, aku berbeda, tapi apakah aku harus mendapatkan perlakuan yang berbeda juga?? Guru di sekolah pernah berkata jika semua orang berhak bahagia, tapi kenapa aku enggak bisa?? Kenapa aku enggak boleh??

"Muka lo emang ganteng, tapi apa gunanya kalo lo bisu dan tuli?

"Lo ganteng, tapi lo itu cacat. Apa yang bisa lo banggain??"

Itu mungkin alasanku tidak mau memakai alat bantu dengar, karena aku tidak ingin mendengar ucapan orang-orang itu. Lebih baik aku tidak mendengar suara apapun daripada mendengar hinaan orang lain

Siapa aku dan dimana tempatku?? Aku, Zenjiro Xavier dan aku tidak memiliki tempat di manapun. Tidak ada yang menerimaku, aku sudah biasa dikucilkan.

Tentu saja aku sudah berkali-kali berpikir untuk mengakhiri hidupku, tapi selalu saja gagal. Tuhan seperti menahanku untuk tetap menderita di dunia ini.

Aku juga ingin menjadi seperti laki-laki normal pada umumnya. Aku juga ingin berpakaian keren atau bercanda tawa dengan banyak orang.

Tapi apa gunanya?? Semua orang tetap akan melihatku sebagai Zenjiro Xavier yang bisu dan tuli, Zenjiro Xavier yang cacat

Tapi hari ini, aku menemukan seseorang yang menyadari keberadaanku di dunia ini. Kak Kairina, orang pertama yang menghampiriku, tidak pernah memandang kekuranganku, bahkan rela belajar bahasa isyarat untuk berkomunikasi denganku

"Gue ini manusia, lo juga manusia. Apanya yang berbeda??"

Apanya yang berbeda?? Kita ini sama-sama manusia, bukan?? Apa yang membedakan kita?? Tentu saja jawabannya jelas, karena aku ini cacat

"Lo mungkin punya kekurangan, tapi bukan berarti gue enggak. Gue juga punya kekurangan, gak ada manusia yang sempurna, Zen"

Kalimat itu menghantam dadaku sangat kencang. Rasanya seperti diserang oleh sesuatu, tapi aku sendiri tidak tau apa itu

Tidak ada manusia yang sempurna?? Tapi itu hal berbeda dengan yang dikatakan Jeanne saat aku masih sekolah dasar dulu

Sejak berusia 5 tahun, mama sudah mengatakan aku berbeda, tapi apa yang membuatku berbeda dari kakakku?? Apa kakakku begitu sempurna sehingga aku tidak pantas di sana?? Apakah kakakku tidak memiliki kekurangan apapun??

Kak Kairina, kenapa tidak ada orang yang bisa melihat aku seperti itu selain kakak?? Kenapa orang-orang hanya melihat kekuranganku??

Tanpa aku sadari, air mata tiba-tiba saja mengalir dari mataku ini. Apakah ini rasanya diterima? Apakah ini rasanya saat seseorang menyadari keberadaanmu?? Terima kasih karena sudah menerima kekuranganku

"Eh, Zen! Kenapa nangis??"

Aku menggeleng dan tersenyum sambil menyeka air mataku. Aku bahagia, kebahagiaan yang pertama kali kurasakan dalam hidupku. Aku tersenyum dengan air mata yang mengalir sambil menatap kak Kairina. Aku melihat tangan kak Kairina bergerak dan memasangkan sesuatu di telingaku.

Alat bantu dengar yang sedari tadi aku letakkan di sampingku, tanpa berniat kupakai sama sekali

"Lo bisa denger gue, Zen??"

Aku mengangguk dan tersenyum, ternyata suara kak Kairina seperti ini, sangat menenangkan

"Lebih enak kayak gini kan?? Lo bisa denger suara gue lebih leluasa, daripada gue pake bahasa isyarat ato nulis karna makan banyak waktu"

"Tapi kakak jago pake bahasa isyarat"

"Lo terlalu muji gue. Lo gak ada kelas abis ini??"

"Ada, tapi nanti siang. Kak Kai sendiri gak ada??"

"Enggak sih, gue cuma dateng buat ngasih ringkasan materi ini ke lo"

"Enggak perlu serepot ini padahal kak, aku bisa baca dari buku"

"Buku pak Julian aja setebel itu, mau sampe kapan lo baca buku? Udah terima aja materi dari gue"

Aku hanya bisa tersenyum kecil dan mengangguk, kembali mengucapkan terima kasih. Aku tidak pernah menyesal memilih tempat ini dan bertemu dengan Kak Kairina.

TBC
Hai lagi semuanya, aku balik dengan chapter terbaru yang menceritakan dunia dari sisi Zen

Cerita ini bakal ngambil point of view dari banyak karakter soalnya aku juga pengen pembaca tau bagaimana masing-masing karakter melihat dunia mereka

Jangan lupa vote and comment, see you in next chapter!!

Imperfect MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang