Tertanda, Z

17 4 0
                                    

Untuk siapapun yang membaca ini, entah itu kakek, Arsene, kak Jian ataupun kak Kai, aku ingin meminta maaf dulu karena keputusanku yang mendadak ini. Aku hanya ingin mengucapkan salam perpisahan karena setelah kalian membaca surat ini, aku pun enggak tau kalau aku masih di dunia ini atau enggak 

Mereka menyuruh pergi, pergi ke tempat dimana orang gak akan bisa menemukanku dan tempat yang paling cocok untuk itu adalah kematian. Beberapa waktu ini, aku udah mulai merasa enggak enak, untuk pertama kalinya hidupku berjalan begitu mulus tanpa ada satupun gunjingan atau olokan. Membuatku sadar kalau akan ada sesuatu besar yang terjadi, dan benar saja, hari ini, aku mendapat amukan dan pukulan. 

Kakek, aku jujur enggak pernah tau soal warisan yang kakek berikan dan aku juga jujur, aku enggak mau memilikinya. Semua itu enggak berguna dan hanya sia-sia kalau kakek berikan kepadaku, lebih baik kakek berikan itu semua kepada Arsene yang di masa depan nanti bisa menggunakannya dengan lebih baik. Lagipula kakek enggak seharusnya memberikan kepada orang yang bahkan enggak punya harapan untuk hidup selama mungkin kayak aku kek. Aku izin pamit kek, maaf aku gak pernah membagikan luka aku ini ke kakek, aku emang bukan cucu yang baik. Kakek tenang aja, di sana, nenek bakal menjagaku kok, nenek selalu ada untuk aku dan menerima aku. 

Kak Jian dan Kak Kai, aku minta maaf karena menyia-nyiakan usaha kalian yang berusaha sebaik mungkin untuk bikin aku bahagia, untuk bikin aku sadar kalau ada tempat di dunia ini yang masih menginginkan aku. Kalian gak gagal kok kak, tapi aku aja yang gak mau bertahan lebih lama di sini. Kalian berhasil bikin aku lebih bahagia, membuat aku menikmati hidup di masa akhirku. Maaf karena keputusanku ini malah menyakiti kalian, tapi akhirnya, Zenjiro juga hanya seorang manusia biasa yang bisa merasa lelah dan kali ini, dia ingin tidur untuk waktu yang sangat lama. Jadi aku mohon, jangan tunggu aku ya kak, karena aku enggak janji akan bangun kayak waktu itu. 

Arsene, aku tau kamu sebenarnya anak yang baik. Kamu berbeda dari semuanya, kamu itu anak yang polos dan jahil, persis seperti Arsene yang aku kenal sejak dulu. Kamu gak pernah berubah sedikit pun. Kamu pasti kecewa dengan pembagian warisan itu ya?? Gapapa, kamu boleh ambil bagianku. Aku gak perlu semua itu, aku dengan senang hati memberikan itu kepada kamu kok. Kamu harus tumbuh jadi anak yang lebih kuat, buktikan diri kamu yang sesungguhnya, karena aku tau, kamu adalah cucu kakek yang paling hebat, Arsene. Aku titip kakek ya, Arsene?? Aku mohon untuk tolong jaga kakek, jangan biarin kakek nyusul aku terlalu cepat. 

Papa, mama, dan kak Vero, aku minta maaf. Aku minta maaf karena terlahir di keluarga kalian, aku minta maaf karena merusak kebahagiaan kalian, aku minta maaf karena hanya menjadi pembawa sial untuk kalian. Aku tau, aku gak pernah menjadi anak dan adik yang baik untuk kalian. Aku juga gak pernah bisa memberikan apapun untuk kalian, jadi untuk itu, aku akan mengabulkan keinginan kalian. Aku akan pergi, aku akan pergi sejauh mungkin sampai kalian gak bisa menggapaiku lagi 

Aku yang dulu mungkin terlalu naif. Aku selalu berpikir kalau suatu saat nanti papa akan datang dan membanggakanku, mama akan datang dan memelukku, atau kak Vero yang akan bermain lagi denganku. Tapi aku sekarang sadar, hal itu gak akan pernah terjadi. 

Pa, ma, aku cuma mau bilang, lahir dengan keadaan seperti ini juga bukan kemauanku dan ini juga di luar kehendakku. Aku kalau bisa memilih juga, aku gak mau lahir, lebih baik aku mati sejak di kandungan mama. Aku juga punya perasaaan, aku juga bisa merasa sakit. Aku sampai bertanya-tanya, apa aku memang tidak seberharga itu?? Apa memang aku enggak pernah ada artinya di dunia ini? Kalau memang tidak pernah menginginkanku, kenapa tidak bunuh aku saja dari lahir?? Kenapa harus menahanku di dunia ini dan terus menderita?

Tapi aku juga mau berterima kasih ke kalian, terima kasih karena setidaknya kalian mau membesarkanku sampai saat ini, meski aku tumbuh dipenuhi luka. Terima kasih karena mau membesarkan seorang cacat seperti aku. 

Terima kasih, tapi aku berharap, kita enggak akan bertemu lagi di kehidupan selanjutnya. Aku berharap di kehidupan selanjutnya nanti, aku bukan anak kalian lagi. Aku harap kalian mendapatkan anak sempurna yang kalian inginkan itu. Jadi, mari untuk tidak bertemu lagi di kehidupan selanjutnya atau dimanapun.. 

Tertanda,
Z

---

Chapter ini special buat kalian yang penasaran apa sih yang ditulis Zen saat itu. Ini surat yang Zen tulis, surat yang ditemuin dengan penuh darah di apartmentnya itu. Hope you guys like it!!

Aku masih ada epilog, jadi stay tune ya!!

Imperfect MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang