22. Bersama Kakek

16 7 1
                                    

Akhirnya, setelah 1 bulan penantian, hari ini akan menjadi hari pertama aku pergi trip bersama kakek. Kakek benar-benar menepati janjinya dan sekarang kami sudah di Tokyo. Sebenarnya aku sempat mengalami beberapa masalah dengan papa dan mama karena tiba-tiba malah pergi bersama kakek. Tapi untung saja ada Arsene yang membantu aku dengan menjadi tameng, meski aku tau dia juga terlibat sedikit masalah dengan orang tuanya karena membantuku.

"Zen mau kemana??"

"Mau ke Ghibli Museum, boleh?"

"Kenapa enggak?? Ayo!"

Seperti anak kecil, kakek menggenggam tanganku dengan erat, layaknya takut aku terlepas dan hilang begitu saja. Di tempat pertama ini, Ghibli Museum, aku rasanya kayak ke tempat baru. Indah banget, aku kayak di dunia dongeng dan gak pernah tau kalo tempat ini ternyata seindah itu.

"Baru pertama kali kakek liat Zen berbinar kayak gini"

Gue cuma menatap kakek bingung dengan maksudnya yang tiba-tiba berkata seperti itu

"Kakek gak pernah tau Zen suka hal kayak gini, kalo Zen suka nonton animasi dari Ghibli studio, bahkan kakek baru sadar kalo kakek gak tau apa-apa soal Zen. Maafin kakek ya, sayang??"

"Kakek gak perlu minta maaf, lagian aku sendiri juga gak pernah cerita kesukaanku ke orang-orang kok! Bisa kesini bareng kakek aja aku udah seneng banget!"

"Zen cucu kesayangan kakek, selalu berbagi kesulitan kamu sama kakek ya. Kakek bakal selalu jadi orang paling depan yang melindungi Zen"

"Iya, aku tau kok kakek!"

Aku baru sadar, di lengan kakek, dia masih memakai gelang dariku saat ulang tahunnya. Kakek ternyata menghargai kado dari aku, padahal itu mungkin gak ada harganya untuk dia.

"Ayo, kamu mau kemana lagi sekarang??"

"Makan!!"

***

Dan sekarang, aku dan kakek ada di atas Tokyo Tower, memperhatikan keindahan kota Tokyo dari ketinggian 250 meter di atas tanah. Lagi-lagi, aku cuma bisa bilang ini indah sekali

"Zen!"

CKREKK

Saat aku menoleh, kakek udah memotret aku dengan kota Tokyo sebagai latar belakang.

"Kakek!! Aku belum siap!!"

"Hahahaha, gapapa. Liat nih, cucu kakek ganteng banget"

"Kakek ngerasa aku ganteng??"

"Zen emang ganteng kok, emang ada yang bilang Zen jelek? Coba kasih tau kakek orangnya"

"Tapi aku kan cacat kek"

"Meski Zen ada kekurangan, Zen tetep ganteng kok, setidaknya itu yang kakek percaya"

Aku akhirnya tersenyum dan mengangguk, iya, aku gak peduli dengan omongan orang lain, setidaknya orang di sampingku ini mengakui aku.

***

"Kakek udah!! Aku udah gak bisa nelen lagi, udah mau muntah"

"Kamu tuh kurus, harus banyak makan"

Aku terus menggerutu karena kakek tidak henti-hentinya meletakkan makanan di piringku, membuatku mau tidak mau memakannya karena takut menyakiti hati kakek

"Zen suka makanannya??"

"Suka!!"

"Dari semua ini, apa yang paling Zen suka??"

"Aku suka semua, tapi soba ini paling enak!!"

"Kalo gitu besok kita ke tempat soba yang enak ya, kakek tau tempat yang punya soba enak banget!!"

"Boleh?!"

"Apapun untuk Zen, kakek sanggupi. Bahkan kalo Zen mau istana di Jepang pun kakek belikan"

"Gak usah segitunya kali kakek! Aku juga kan gak perlu istana di Jepang, siapa yang mau tinggalin?!"

"Bercanda sayang. Udah cepet abisin makanannya terus kita pulang"

"Kakek juga makan!! Aku gak mampu abisin semuanya!!"

***

Akhirnya, hari pertama di Jepang bersama kakek selesai juga. Sekarang kita ada di hotel, kakek menyewa satu kamar dengan double bed, sehingga kita bisa tidur di satu kasur yang berbeda.

Kita juga cuma menetap di Jepang selama 3 hari karena pekerjaan kakek yang enggak bisa ditinggal terlalu lama dan aku tentu mengerti soal itu. Jangankan 3 hari, seharian bersama kakek aja aku udah bahagia banget

Aku menepuk pundak kakek yang sedang sibuk dengan ponselnya, membuat kakek menatapku dan segera menyingkirkan ponselnya

"Kenapa, Zen??"

"Kakek jawab jujur ya??"

"Iya, kenapa??"

"Kakek malu gak punya cucu kayak Zen?? Gak bisa denger juga gak bisa ngomong"

Kakek terlihat terdiam bentar sebelum akhirnya kembali berucap

"Ada yang ganggung Zen di sekolah??"

"Ih, kok kakek malah nanya balik? Jawab aku dulu"

"Iya-iya, buat apa kakek malu?? Zen tetep manusia kok, kecuali kalo Zen itu jelmaan atau siluman baru kakek malu. Tapi kan Zen manusia utuh, trus ganteng, justru kakek bangga sama Zen"

"Bangga kenapa??"

"Bangga karena Zen gak pernah mengeluh ke kakek, pasti capek kan harus pake bahasa isyarat terus?? Pasti ada waktunya Zen mau jadi kayak orang biasa kan?? Kakek bangga Zen bisa menjalani hidup dengan sebaik ini"

Aku langsung terdiam. Kakek maaf, tapi aku gak sebaik itu. Aku gak semurni itu untuk gak pernah mengeluh atau membenci diriku sendiri, nyatanya aku juga manusia yang punya sisi egois. Meskipun aku gak pernah bilang ke kakek, aku juga mau jadi orang normal. Aku benci diri aku sendiri kek.

"Kakek, aku enggak sebaik yang kakek bayangin. Kakek bener, aku mau jadi orang normal yang bisa ngomong dan denger. Aku juga egois kok kek, aku mau itu semua, aku mau hal yang gak aku miliki itu. Aku gak suka sama diri aku yang kayak gini kek, aku cuma malu-maluin kakek, bahkan rasanya aku gak punya muka untuk ketemu kerabat atau rekan kerja kakek karena aku gak mau kakek dipermaluin"

Bukannya membalasku, kakek malah langsung memeluk aku, membuat aku terdiam dan langsung menangis. Akhir-akhir ini aku emang cukup lemah, dikit-dikit menangis.

"Zen, jangan pernah mikir kayak gitu lagi ya. Zen gak pernah malu-maluin kakek dan gak akan pernah. Jangan sekali pun mikir kalo Zen itu cuma aib, Zen itu salah satu cucu kebanggaan kakek. Maaf karena gak pernah tau kelelahan kamu ya"

Kakek, aku rasanya mau jujur aja. Aku capek kek, aku rasanya udah gak mau bertahan di dunia ini di saat musuh aku sendiri adalah keluargaku. Tapi kak Jian sama kak Kai berusaha bikin aku untuk punya alasan menetap, dan aku juga berusaha untuk menerima aku yang kayak gini

Tapi rasanya tetap sulit kek, sulit sekali sampe aku gak tau harus gimana. Kakek, boleh aku egois?? Aku mau hidup bahagia kek...

Aku mau diterima sama semua orang...

TBC

Hai, chapter kali ini mari kita saksikan kebersamaan antara kakek dan cucunya ini sebelum kita masuk ke bagian akhir cerita. Cerita ini tersisa sekitar 6 chapter lagi dan aku juga udah menyiapkan ending ceritanya

So, jangan lupa vote and comment, See you on the next chapter!! Bye bye

Imperfect MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang