Imperfect Me - Epilog (2)

32 4 1
                                    

Untuk adikku, Zenjiro 

Hai? Zen, ini aku, Jiantara. Kali ini, giliranku yang menulis surat untuk menyampaikan perasaanku kepadamu. Sudah 5 tahun semenjak kepergianmu dan dengan kesadaran penuh, aku memilih untuk menulis surat padamu, menggantikan Kairina. 

Pasti menggelikan ya melihatku berbicara aku-kamu?? Aku juga merasa geli dengan diriku sendiri, tapi Kai memaksaku untuk menulis seperti ini, katanya sekali-kali mengikuti cara Zen menulis.

Aku pengecut ya Zen?? Aku baru berani berbicara denganmu setelah 5 tahun. Aku minta maaf, tapi memang tidak mudah untukku membenahi hati yang hancur berkeping-keping. Kehilanganmu salah satu pukulan terbesar dalam hidupku, lagi-lagi aku gagal untuk kedua kalinya. 

Zen, kamu mungkin belum tau, tapi aku sebenarnya memiliki adik yang seumuran denganmu. Namanya Daviandra Peter, dipanggil Andra. Dia juga pergi meninggalkanku 12 tahun yang lalu, tepat saat dia masih duduk di bangku SMP. Kalau kamu bertanya kenapa, alasannya karena aku ceroboh. Aku tidak pernah memperdulikan presensinya dalam hidupku. Mungkin itulah kenapa saat aku melihat kamu, aku merasa melihat sebuah kesempatan kedua untuk menebus kesalahanku, sekaligus membuktikan kepada adikku kalau aku bisa berubah menjadi kakak yang baik

Tapi nyatanya, aku juga gagal di kesempatan kedua. Aku benar-benar hancur Zen, bagaimana ini... Aku sampai takut bertemu orang, aku takut untuk memulai, aku takut untuk segalanya. Aku tidak ingin kesempatan ketiga, semuanya sudah cukup.

Sekarang aku hanya ingin hidup apa adanya, aku akan hidup bersama Kairina sampai tua nanti, aku akan hidup bersama keluarga kecilku. Ah ya, apa kamu tau, kakak perempuanmu ini sekarang sedang mengandung lho, dia mengandung seorang anak laki-laki yang sudah kami siapkan namanya. Coba tebak, nama apa yang kami berikan??

Yap, Kenjiro Xander Narendra. 

Mungkin agak lancang, tapi aku dan Kai mohon izin ya, Zen. Kami mengutip namamu untuk malaikat kecil kami nanti. Aku juga sudah meminta izin dari papa dan kakekmu, mereka dengan senang hati menyetujuinya. 

Zen, mungkin ini terdengar memuakan, tapi sekali lagi aku berjanji. Aku berjanji akan menjadi orang tua yang baik untuk Kenjiro nantinya, aku tidak akan membiarkan Kenjiro merasakan apa yang kamu rasakan selama hidupnya. Karena aku tau, kamu pasti akan menghajarku habis-habisan kalau Kenjiro tidak bahagia, iya kan?? 

Tapi tenang saja, kamu tidak perlu khawatir. Aku dan Kairina akan menjadi orang tua yang baik, kami sudah belajar dari kesalahan kami dan akan memperbaikinya saat kelahiran Kenjiro nanti. 

Ah ya, Zen. Ternyata selama ini aku salah paham dengan kakakmu, Vero. Selama ini aku merasa dia salah satu orang yang paling jahat terhadapmu, tapi nyatanya dia orang yang paling mencintaimu. Tapi aku tetap tidak bisa memaafkan caranya untuk melindungimu. Selain itu, apa kamu tau?? Kakakmu berlutut di hadapan Kai, meminta ampun karena kejadian masa lalu yang aku ceritakan kepadamu. Dan tentu saja, gadis baik itu memaafkannya dengan mudahnya. 

Zen, bagaimana ini?? Aku sangat merindukanmu, aku rasanya sangat ingin mendekapmu, mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja dan aku ingin mendengar kata "aku bahagia" darimu. Hei, anak kecil cengeng, apa kamu tidak merindukanku?? Padahal kamu yang selalu mengikutiku kemana-mana, tapi kenapa sekarang malah kamu yang tidak bisa aku gapai?? 

Zen, aku masih mengingat hari itu, hari dimana kamu menutup matamu untuk selamanya. Saat menatap dirimu yang tanpa jiwa itu, aku tersadar, ada bercak air mata di sana. Apa kamu juga menangis?? Apa kamu menangis karena sedih? Apa kamu menangis karena bahagia akan pergi?? Atau malah kamu menangis karena kesakitan?? Melihat sosok dirimu dengan bercak air mata itu adalah kenangan paling menyakitkan dalam hidupku. Karena aku tidak bisa menebak apa arti air matamu itu. 

Aku teringat kata-katamu saat itu, bersatu dengan laut?? Aku tidak tau pikiran gila apa yang menguasaimu sampai kamu benar-benar berani melakukan itu. Seandainya saja, aku tidak kesana, apa kami semua akan menemukanmu sampai saat ini?? Saat itu aku menjawab kalau aku tidak mengerti dengan pikiranmu dan jujur saja, sampai sekarang aku juga tidak mengerti. Apa saat itu terlalu menyakitkan sampai kamu benar-benar tidak kuat lagi?? Kamu mencari kebebasan bukan?? Tapi kenapa kamu memilih mati?? Kenapa kamu tidak datang kepadaku dan Kai lalu kita lari bersama-sama?? 

Zen, sampai sekarang aku masih sering bertanya-tanya, apakah usahaku dan Kai benar-benar gagal?? Apa usaha kami memang tidak ada artinya sama sekali untukmu?? Atau justru usaha kami yang masih belum cukup sehingga kamu tetap tidak merasa bahagia.

Meski papa dan mamamu sudah mengaku salah dan berusaha memperbaiki kesalahannya, sampai mati pun aku tidak akan pernah memaafkan mereka. Aku pernah bersumpah, jika sesuatu terjadi padamu, aku akan menghancurkan Xavier. Nyatanya, memang aku yang menghancurkan keluarga Xavier itu sendiri. Kamu boleh marah kepadaku, tapi aku tidak peduli, aku justru senang karena menghancurkan semuanya. 

Ah, aku jadi terlalu emosional, padahal niatnya aku hanya ingin bertukar cerita ringan denganmu. Zen, ada hal yang ingin aku tanyakan kepadamu sekarang, apa kamu sudah bebas?? Apa kamu bahagia?? 

Aku memang tidak bisa 100% merelakan kepergianmu, tapi kalau memang kamu bebas dan bahagia, aku tidak bisa berbuat apa-apa karena sejak awal keinginanku memang membuatmu bahagia meski kamu harus bahagia dengan jalan ini. 

Ah ya, satu hal terakhir yang ingin aku sampaikan. Semuanya baik-baik saja Zen, kamu tidak perlu khawatir. Kakekmu masih sehat, dia suka mengajakku, Vero, dan Arsene untuk mendaki atau memancing dan kamu tau? Kakekmu malah lebih kuat daripada kami bertiga yang dengan mudahnya kelelahan

Kakakmu juga baik-baik saja, usaha kursus lukisnya sukses besar dan dia sedang mempersiapkan untuk membuka cabang keduanya. 

Sepupumu yang keras kepala itu, Arsene ya kamu memanggilnya? Dia sekarang bekerja untukku, menjadi sekretaris pribadiku. Ya jujur saja aku muak melihatnya setiap hari, tapi aku tidak bisa mengelak juga kalau dia bekerja dengan sangat baik. Awalnya dia ingin membangun karir atas nama Xavier lagi dari 0, tapi tentu saja, dia membutuhkan pengalaman terlebih dahulu jadi aku menawarkannya untuk bekerja denganku. 

Zen, mungkin itu saja dariku, aku terlalu banyak berbicara omong kosong jadinya. Tunggu aku dan Kai ya? Mungkin agak lama, tapi anggap saja itu hukuman dari kami karena berani-beraninya pergi tanpa izin. Zen, sekali lagi, aku merindukanmu dan berbahagialah, anak kecil. 

Dari kakakmu, Jiantara. 

END

Hai guys, aku triple update sekalian dan ini bener-bener chapter terakhir dari "Imperfect Me". Mungkin kalau aku niat atau ide, aku akan bikin epilog dari sisi Arsene dan Vero, tapi itu kalau aku niat dan ada yang tertarik ya

Sekali lagi, aku mau ucapin terima kasih sebesar-besarnya karena udah baca Imperfect Me dari awal sampai tamat. I hope you like it and sorry I cannot give you the happy ending. See you on another story!

Imperfect MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang