4. Aku lelah

55 5 0
                                    

"Itu dia si bisu tuli itu" aku sempat berhenti sebentar, tapi berusaha melanjutkan makan siangku. Padahal aku cuma ingin makan siang dengan tenang, tapi kenapa orang-orang enggak bisa membiarkanku tenang sedikit saja

"Lo yakin itu dia?? Mukanya ganteng banget gila!" 

"Ya, emang ganteng, tapi apa gunanya kalo ngomong sama denger aja gak bisa??"

"Bener juga sih. Aduh gila, kalo lo gak kasih tau itu dia, gue bisa naksir kali sama itu orang" 

Memangnya apa yang salah kalau menyukai orang yang menyandang status disabilitas? Memangnya aku bukan manusia juga? Cuma karena aku cacat jadi aku bukan manusia?? 

Baru aja aku ingin mengangkat nampan di hadapanku, tiba-tiba muncul sebuah nampan lain di depanku

"Zen, ayo makan bareng!"

Aku akhirnya tersenyum dan mengangguk saat menyadari kehadiran Kak Kairina di depanku.

"Gak usah dengerin omongan orang lain, lo yang paling tau diri lo itu gimana" kata Kak Kairina sambil memberikan sepotong udang di atas nasiku 

Aku kembali mengangguk, ya memang benar jika aku adalah orang yang paling mengerti soal diriku sendiri. Untuk apa mendengar omongan orang lain? Mereka bahkan enggak berarti di dalam hidupku

***

"Mau makan dimana??" tanya gue ke Jian saat kita berdua membawa nampan masing-masing untuk makan siang berdua 

"Itu dia si bisu tuli itu" Jian yang baru saja ingin membuka mulut langsung terhenti saat kita berdua sama-sama mendengar ucapan itu. Saat itu juga, gue menyadari kehadiran Zen di pojok kantin, dia memakai alat bantu dengarnya, berarti dia sadar semuanya. Gue juga bisa melihat makannya menjadi lebih lambat dan enggak bernafsu sama sekali 

"Nyebelin banget sih" gumam gue tanpa sadar 

"Kai??"

"Emang apa salahnya bisu sama tuli?? Itu juga bukan dia sendiri yang mau, kenapa orang-orang demen banget ngehakimin dia?" 

"Samperin gih" 

"Hah?"

"Kamu samperin anak itu, kamu khawatir sama dia kan??" 

"Tapi kamu"

"Aku mau negor 2 cewek itu"

"Eh?"

"Gapapa, nanti kita makan barengnya pas pulang aja"

"Oke" 

Gue bersyukur ketemu dengan cowok seperti Jian, dia benar-benar cowok yang baik dan sangat mengerti gue. Gue buru-buru lari menghampiri Zen saat melihat dia siap untuk bangkit. Gue juga bisa melihat Jian menghampiri 2 cewek itu sampai 2 cewek itu pergi dengan muka yang penuh kekesalan 

Jian memang seperti itu, mungkin dia enggak akan mengeluarkan emosi, tapi dia bakal berbicara pelan tapi cukup menusuk. Gue sendiri kembali menatap Zen, anak ini sudah mulai tenang dan melanjutkan makan siangnya

Udah hampir sebulan gue mengenal Zenjiro dan gue yang udah bosan mendengar orang-orang membicarakan dia, tapi dia sendiri tetap diam. Kasihan sekali, apa ini yang selalu lo rasakan seumur hidup lo? Kenapa anak semuda lo harus merasakan ini semua? Lo pasti kesulitan, tapi gue sangat kagum karena lo masih bisa menahan semuanya dan memilih diam 

"Lo capek gak?" tanya gue tiba-tiba yang membuat dia berhenti dari acara makannya

"Capek??" balasnya dengan jari-jarinya, ya, gue udah mulai lancar mengerti bahasa isyarat yang dia gunakan

"Iya, lo capek gak terus-terusan denger orang ngomongin lo?" 

"Soal itu, memang butuh membiasakan diri, lagian aku juga udah mendengarnya jutaan kali, jadinya aku udah biasa sekarang" 

"Jangan boong, mata lo ngomong hal yang beda" 

Anak itu langsung mengalihkan pandangannya dari gue, ya gimana pun pasti enggak mudah buat dia

"Udah, gak usah dipikirin. Lanjutin lagi sana makannya" 

"Capek, aku capek banget. Enggak jarang aku berpikir buat menyerah kak"

Gue seketika terdiam setelah dia menyelesaikan gerakan tangannya. Menyerah? Jujur, gue paling enggak suka sama kata itu, kenapa harus menyerah? Lo bisa berusaha sekuat mungkin dan tunjukkan ke orang-orang itu

Tapi kasus kali ini berbeda, Zen bukan tidak mau berusaha, tapi dia memang enggak bisa. Dia tidak bisa berusaha untuk berbicara atau mendengar karena memang dia terlahir seperti itu. Dia tidak meminta dilahirkan seperti itu, tapi kenapa orang terus menghakimi seperti ini memang salahnya? 

"Udah berkali-kali aku coba buat mengakhiri hidup ini, tapi kayaknya Tuhan masih pengen liat aku menderita"

"Zen! Berhenti!" teriak gue tanpa sadar 

Zen terdiam dan menatap gue, tapi dengan sebuah senyum kecil yang masih bertengger di wajahnya itu. Kenapa lo masih bisa senyum di saat kita membahas hal seperti ini?? 

"Enggak ada yang mengerti rasa sakitnya kak. Sakit yang dibuang oleh keluarga sendiri dan dikucilkan orang lain" 

Tunggu, apa?? Dibuang keluarga sendiri?? Maksudnya dia bahkan diusir oleh keluarganya sendiri karena dia seperti ini?

"Lo tinggal sendiri, Zen??" 

"Iya, orangtuaku membelikan apart sederhana di dekat sini dan mengusirku dari rumah" 

Apa-apaan?? Kenapa sebagai keluarga, mereka bukannya mendukung Zenjiro tapi malah ikut mengucilkan, bahkan mengusirnya dari rumah? 

Melihat Zen yang udah sepasrah ini, gue yakin hatinya udah benar-benar hancur sampai dia udah gak peduli lagi dengan ucapan orang-orang. Makian dan hinaan orang-orang itu makanan sehari-harinya, makanya dia bisa setenang itu, walau gak bisa memungkiri kalau rasanya tetap sakit

"Zen, inget ya. Meskipun orang lain menghina lo, gue tetep bakal mendukung lo kok" 

Saat omongan gue itu keluar, gue bisa melihat sorot terkejut dari matanya, seperti gak menduga kata-kata itu akan dia dengar

"Gue tau lo anak baik, bukan salah lo juga lahir kayak gini. Bahkan kalo dunia membenci lo juga, gue tetep ada di pihak lo. Jadi Zen, gue mohon, jangan mikir buat nyerah lagi ya? Lo bisa bagi kesulitan lo ke gue kok" 

Gue bisa melihat matanya berkaca-kaca dan mengangguk sambil tetap tersenyum kecil. Zen, asal lo tau, kehadiran lo membuat gue semakin membuka luas pandangan gue terhadap dunia. Gue awalnya benci dengan orang yang mau menyerah dan enggak mau berusaha, tapi gue sadar, enggak semua orang bisa berusaha terus dan bahkan ada orang yang enggak bisa berusaha karena memang udah ditakdirkan seperti itu. Tapi, makasih karena udah mau bertahan, Zen..

TBC

Happy New Year everyone!! Semoga tahun ini menjadi tahun yang lebih baik daripada sebelum-sebelumnya. Sebagai pembuka di tahun ini, aku memutuskan untuk update chapter baru. 

Jangan lupa vote and comment, see you in next chapter!! 

Imperfect MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang