Gue masuk dengan napas yang memburu. Saat mendengar kalau anak itu melakukan percobaan bunuh diri, rasanya jantung gue seketika mau copot dan gue tanpa pikir panjang langsung tancap gas ke sini.
"Brengsek, Zenjiro Xavier!!"
Gue langsung masuk ke ruangan itu tanpa mempedulikan dua sosok lain di sana. Gue menatap sosoknya yang tidur dengan damai dan langsung menarik kerah bajunya sampai badannya sedikit terangkat
"Bangun lo brengsek!!"
"Josefano!!" Jiantara berusaha menarik tubuh gue menjauh dari Zenjiro, sedangkan cewek yang gak gue kenal itu berusaha melepaskan tangan gue yang mengcengkram kerah baju rumah sakit itu.
"Lo jangan mati gue gitu aja ya sialan!! Udah gue bilang lo harus liat gimana gue ancurin keluarga lo itu!! Jangan seenaknya malah mau mati dari dunia ini!!"
Tubuh gue mulai melemas dan Jiantara berhasil menarik gue menjauh dari sana. Gue menggigit bibir gue sendiri dan menatap sosok Zenjiro Xavier yang masih memejamkan mata dan sosok cewek yang menatap gue tajam sambil menutupi sosok Zen, berusaha melindungi anak itu dari gue
"Lo jangan seenaknya pergi!! Lo kira dengan lo mati gini, keluarga lo bakal nangis buat lo, hah?! Mereka malah bakal berpesta karna kepergian lo, tolol!!"
"Kalo lo mati, buat apa gue jatohin sosok Cavero Xavier?! Buat apa gue hancurin keluarga lo itu?!"
Gue bisa merasakan rangkulan dari Jiantara melemah, disertain dengan tubuh gue yang perlahan merosot ke lantai
"Kalo lo mati... emangnya lo bahagia?? Kalo lo mati sekarang... kebenarannya gak akan pernah terungkap, tolol!!"
"Bangun, Josefano"
Gue menoleh dengan mata yang berkaca-kaca, Jiantara menatap gue dengan sorot mata tajam dan enggak bersahabat.
"Bangun, cepet"
Aura menuntut dari orang ini rasanya sangat kuat, membuat gue seketika bangun dan menatapnya
"Dengerin kata gue" ucapnya
"Gue gak ngerti otak lo ada dimana, tapi tindakan lo barusan itu lebih tolol dari apapun! Zen belum sadar dan kepalanya cedera, lo jangan berlagak paling tersakiti di sini! Gue gak akan maafin lo sama sekali kalo kondisi Zen tiba-tiba ngedrop!!"
"Dan juga.." gue sontak menoleh ke sosok satu lagi, cewek yang gue gak kenal siapa
"Gak usah sok berlagak lo peduli sama Zen. Jangan kira dengan lo teriak-teriak kayak orang gila, Zen bakal seneng dan mikir lo ada di pihaknya. Sadar, lo dan keluarga lo itu yang buat Zen kayak gini"
"Jian gak manggil lo buat teriak-teriak, Jian cuma ngabarin lo soal kondisi Zen. Kalo tau sejak awal bakal kayak gini, emang paling bener gue sama Jian gak perlu kasih tau keluarga kalian sama sekali"
Atmosfernya terasa sangat dingin, apalagi untuk gue yang mendapat tatapan dingin dan penuh kebencian dari dua sosok di sana. Gue gak sadar sama emosi gue sendiri, tanpa sadar badan gue bergerak gitu aja dan langsung menarik tubuh ringkih itu.
Jiantara terlihat mengusap mukanya kasar dan kembali menatap gue, tapi tatapan itu mulai melunak
"Duduk, lo tenangin diri dan kita bicarain baik-baik" ucapnya
Gue mengangguk dan langsung duduk di sofa sana, sedangkan Jiantara tampak memeriksa kondisi Zen, memastikan tidak ada luka atau cedera yang terbuka karena aksi gue barusan. Cewek itu sendiri membenarkan posisi Zen dengan hati-hati, dan gue baru menyadari kalau ada perban yang melilit di kepala dan lengan Zen.
***
"Jadi, kenapa Zen bisa ada di sini??" tanya gue setelah 10 menit menenangkan diri gue.
"Gue sama Kai, ah ya. Ini Kairina, pacar gue dan kakak tingkatnya Zen. Kai tadi punya firasat gak enak, jadi kita mutusin buat samperin Zen dan kita nemuin dia udah gak sadar, dengan lengan yang berdarah dan kepala yang cedera"
"Bunuh diri??"
"Iya, tepat sebelum sama Kai masuk, kita denger pecahan dan di sana gue menduga kalo Zen ngambil pecahan itu buat lukain lengannya sendiri"
"Apa dia begitu karna ucapan gue??" tanpa sadar, gue berucap seperti ini yang membuat dua sosok di sana langsung menatap gue
"Maksudnya??"
Gue pun mencerita kejadian tadi saat gue datang ke apartment Zen dan tiba-tiba, sosok cewek yang bernama Kairina itu bangun, menghampiri gue
PLAK
"Kai!!"
Tamparan yang gak pernah gue sangka akan gue terima membuat gue terdiam seketika, sampai gue sadar saat pipi gue mulai terasa panas
"Lo bisa gak kalo emang mau ngehancurin Vero, gak usah bawa-bawa Zen?! Zen punya salah apa sih di hidup lo sampe lo perlakuin dia kayak gini?! Apa belom cukup lo liat anak ini disakitin sama keluarganya sendiri?!"
"Kalian tuh keluarga Xavier emang punya gangguan jiwa ya sampe kayak gini?! Suka banget merendahkan orang yang gak mampu apa-apa?!"
"Kai, udah, biar aku yang ngomong"
Jiantara langsung menarik pacarnya itu untuk duduk di kursi sebelah ranjang Zen lalu mendekati gue
"Gue gak membenarkan perbuatan lo tadi, Jose. Gue juga gak bisa menebak, usaha lo itu semata-mata emang buat dapetin takhta ato ada keinginan buat nolongin Zen juga. Tapi gue berani jamin, Zen coba bunuh diri bukan karena lo"
Gue menatap Jian dengan kebingungan, kenapa dia bisa ngomong kayak gitu??
"Kenapa lo tau??"
"Karna cedera kepala Zen itu gak mungkin tindak bunuh diri. Kepalanya bocor, dia juga mimisan, itu lebih kayak luka karna diserang"
"Hah??"
"Gue gak paham gimana, tapi gue punya firasat entah Vero ato papa dia yang udah nyakitin dia, sampe itu mempengaruhi emosi Zen dan berakhir dia milih bunuh diri"
Gue terdiam seketika, sumpah, gue gak pernah ngira kalau om Richard atau Vero bakal berani bertindak sampai sejauh itu. Apa yang mereka lakuin sampe kepalanya bisa bocor?? Apa mereka gak mikirin konsekuensi yang mereka terima kalo ngelakuin ini??
"Josefano, gue gak tau lo ada di pihak siapa, tapi gue mohon, kalo lo emang gak peduli sama Zen, setidaknya gak usah ngatur dia. Setidaknya biarin Zen nyari kebahagiaan dia sendiri"
"Lo udah tau sejak dulu juga kan?? Zen gak pernah bahagia sama kalian, bahkan gue yakin, kalo Zen bisa, dia udah melepas nama Xavier sejak dulu. Oleh karena itu, gue sama Kai pengen setidaknya Zen bisa menemukan kebahagiaannya, entah sekecil apapun. Jadi, gue mohon sama lo, Josefano Arsene Xavier. Gue mohon, biarkan sepupu lo ini bahagia ya?"
Sepupu ya...
TBC
Halo semua!! Aku kembali lagi setelah ngilang lama banget T_T. Belakangan ini aku agak sibuk jadi gak sempet buka wattpad sama sekali. So ya, I hope you enjoy this chapter
Jangan lupa vote and comment ya, see you on next chapter!!