"Kenapa lo suka laut, Zen??"
Aku terdiam sebentar, berpikir apa yang harus aku jawab ke Kak Jian. Kenapa aku suka laut? Selain karena dia indah dan tenang, ada alasan lain kenapa aku sangat menyukai laut
"Kak, laut itu tenang dan airnya juga bebas untuk bergerak ke sana kemari. Aku suka laut karna walau berbagai macam air tercampur, laut tetap enggak kehilangan jati dirinya. Laut ya tetap laut yang punya kandungan air asin meskipun banyak air yang berusaha mengubah agak menjadi air yang punya rasa berbeda"
"Itu mengingatkanku kak, sebanyak apapun hal yang aku terima, pada akhirnya aku tetap Zenjiro Xavier dan gak akan berubah. Meski banyak yang menyuruhku pergi atau mati, aku tetap berpegang teguh sama prinsipku. Sampai kapanpun, Zenjiro Xavier itu aku dan aku gak akan pernah berubah"
Kak Jian hanya diam membaca tulisanku kemudian mengangguk kecil. Tidak lama kemudian dia tersenyum dan mengusap kepalaku
"Bagus kalo lo punya prinsip lo sendiri, Zen. Lo keren meski banyak orang jahat yang berusaha menjatohkan lo, lo tetep percaya sama diri lo sendiri"
"Gak jarang aku benci sama diriku sendiri kak, tapi mau gimana pun, tubuh ini tetap milikku, tubuh ini tetap Zenjiro Xavier"
"Lo bener, lagi pula ada kalanya semua orang pasti membenci dirinya sendiri kok. Gue juga kalo bisa, gue berharap gue gak pernah terlahir jadi Jiantara Oliver Narendra"
"Kenapa gitu kak?"
"Intinya begitu, ceritanya panjang. Oh ya! Gue punya satu pertanyaan lagi, apa keinginan lo, Zen??"
Pertanyaan yang dilontarkan Kak Jian kali ini benar-benar membuatku berpikir keras. Apa keinginanku??
"Aku mau bebas kak"
"Maksudnya??"
"Aku mau bahagia, aku mau bisa ngelakuin apa aja tanpa ada orang yang memandang rendah. Aku juga mau bersatu dengan laut..."
"Bersatu sama laut??"
"Aku mau kayak laut, bisa tenang dan bebas, tapi juga dianggap indah sama orang-orang"
"Gue gak ngerti jalan pikir lo"
Kak Jian tertawa kecil dan akhirnya bangkit, aku sendiri ikut bangkit karena Kak Jian sepertinya udah mau mengajak pulang.
***
Aku tersentak saat membuka pintu apartmentku. Tepat beberapa detik lalu, seseorang terus menekan bel rumahku seperti kesetanan, aku awalnya kira itu papa atau mama tapi ternyata,,,
Arsene??
Lelaki yang lebih mudah dariku setahun itu tampak menatapku dengan pandangan yang gak aku mengerti. Kenapa Arsene tau aku di sini?
"Gue boleh masuk?"
Aku mengangguk dan membiarkan Arsene, sepupuku itu masuk ke dalam apart kecilku itu
"Jauh lebih kecil daripada dugaan gue" gumamnya
Aku sendiri langsung menggerakan tanganku, iya, Arsene mengerti gerakan tanganku karena bisa dibilang, Arsene itu cukup sering memperhatikanku sejak dulu tapi dia tidak pernah peduli.
"Ngapain kesini, Arsene?"
Arsene bersiul kecil saat membaca gerakan tangan yang membuatku kebingungan, ada apa dengannya
"You still called me Arsene? Udah lama gak denger orang lain selain keluarga manggil gue Arsene"
"Aku keluargamu"