Imperfect Me - Epilog

20 4 0
                                    

Untukmu yang di langit sana, 

Zen, ini adalah tahun ketiga setelah kepergianmu, maaf aku baru mampu menulis surat ini untukmu. Rasanya sangat menyakitkan setiap kali aku ingin memulainya, tapi hari ini, aku mengumpulkan seluruh keberanianku untuk menulis surat ini untukmu 

Pasti aneh mendengar aku berbicara dengan aku-kamu, padahal kamu biasa mendengarku berkata gue-lo. Tapi kali ini aja, biarkan aku mengikuti cara bicaramu ya, anak kecil yang baik. 

Zen, seandainya kamu tau, ada banyak rahasia yang seharusnya kamu tau sebelum kamu pergi. Tentang bagaimana kamu bisa tuli dan bisu, itu semua ternyata karena mamamu, tapi kamu lah yang harus menanggungnya. Selain itu, ternyata Vero sangat mencintaimu, bahkan dia terus memanggilmu "sayangnya kakak" sampai kamu tiba di rumah barumu. Dia terus memanggil kamu, berharap kamu akan kembali.   

Selama tiga tahun terakhir ini, semuanya berubah. Aku tidak ingin terdengar jahat, tapi keluarga Xavier benar-benar hancur setelah kepergianmu. 

Kakekmu membatalkan seluruh isi surat wasiatnya dan mengubahnya. Kamu tau? Keluarga Narendra mencabut seluruh saham dan kontrak kerja samanya dari keluarga Xavier. Karena kondisi yang semakin tidak stabil dan kakekmu yang juga sudah tidak memiliki keinginan untuk melanjutkannya lagi, kakekmu memilih untuk menjual perusahaan Xavier kepada perusahaan lain. Kakekmu juga memutuskan untuk mendonasikan uang hasil jual perusahaan dan sahamnya atas namamu ke seluruh panti asuhan disabilitas di negeri ini. Kakekmu sudah tidak mau bekerja, dia hanya menikmati masa tuanya. Dia sangat menyesal Zen, dia menyesal seandainya dia mementingkan kamu daripada perusahaannya, semua ini pasti tidak akan terjadi, itu pikirnya. Tidak jarang aku dan yang lain datang untuk bertamu ke rumahnya, di ruang tamunya, penuh dengan foto-foto dan lukisanmu Zen.

Papa dan mamamu akhirnya bercerai. Papamu benar-benar tidak bisa memaafkan mamamu, jadi dia menceraikannya. Mamamu sekarang bekerja di salah satu panti disabilitas, menebus dosanya kepadamu. Sedangkan papamu, dia kembali bekerja, tapi dia sekarang menjadi pribadi yang lebih baik. Dia tidak lagi kasar, dia penyayang, bahkan dengan penuh penyesalan, dia berlutut di hadapan kakekmu dan Vero, memohon maaf atas segalanya. Dia membuka usaha kecilnya sendiri dan kamu tau apa itu? Dia membuka sebuah kursus lukis karena kamu. Dan tebak namanya, papamu menamainya "Zenjiro Painting Odyssey"

Kakakmu, Vero, dia mungkin yang paling terpuruk di antara kami semua. Aku dan Jian sudah memaafkannya. Kakakmu baru saja menyelesaikan rehabilitasnya tahun lalu. Selama setahun pertama kepergianmu, kakakmu mengalami masalah mental yang cukup parah sampai dia akhirnya direhabilitasi, tapi syukurlah sekarang dia sudah menjadi sosok baru. Dia tidak melanjutkan studi program masternya, dia memilih untuk membantu papamu. Ternyata kamu dan kakakmu sama ya?? Vero ternyata juga memiliki kemampuan melukis yang hebat, aku tidak heran karena kalian berdua memang genius. 

Josefano atau yang biasa kamu panggil Arsene, dia menyelesaikan studinya dalam 3 tahun. Dan seperti kata kamu, dia penuh ambisi. Dia sekarang ada di Jepang, negara favoritmu, dia melanjutkan program masternya di sana dan akan kembali 6 bulan lagi. Dia sering mengirimi aku dan Jian foto-foto di sana, foto di tempat yang sama dengan tempat yang kamu datangi saat itu. Mendengar rencana hidupnya, yang aku tangkap adalah dia akan membuat usahanya sendiri dari 0. Aku percaya anak itu bisa. Ah ya! Aku lupa satu hal lagi, karena suratmu itu, kakekmu akhirnya setuju membagi warisan yang seharusnya milikmu menjadi milik Arsene, meski hanya 15% saja. Semua anggota keluarga kalian juga setuju, tidak ada yang berani juga untuk membantah kakekmu saat itu. 

Ah ya, Jian juga sudah menyelesaikan program masternya dan sekarang sudah bekerja di perusahaan papanya sendiri. Tentu saja, si pewaris tunggal Narendra itu sekarang sangat sibuk. Tapi jangan khawatir, kami masih bersama. 

Aku sendiri sudah menyelesaikan profesi apoteker dan sekarang bekerja di salah satu perusahaan farmasi di kota ini. Seandainya kamu masih di sini, pasti kamu akan mengikutiku kemana aku pergi kan?? 

Aku juga mau menyampaikan berita bahagia untukmu, aku dan Jian akan bertunangan bulan depan dan akan menikah kemungkinan tahun depan. Meskipun usia kami masih cukup muda, kami sudah berpikir secara matang, selain itu, nama kami sama-sama terukir satu sama lain di rencana masa depan kami. 

Zen, aku jujur berharap kamu bisa datang, kamu bisa ikut serta dalam acara bahagiaku bersama Jian. Aku dan Jian masih belum bisa melupakanmu, bahkan mungkin tidak akan bisa, terutama Jian. Jian merasa dirinya gagal untuk kedua kalinya, meski dia juga tau kalau kamu pasti akan berkata kalau ini bukan salahnya

Butuh waktu yang lama untuk Jian kembali bangkit, dia sempat menjadi sosok yang agak murung dan emosinya juga sulit dikontrol, tapi dia belajar untuk mulai merelakanmu. Meski aku tau, Jian gak pernah merelakan kepergianmu seutuhnya. 

Kami masih sering mengunjungi rumah barumu setiap satu bulan, tapi rasanya, setiap kali kami sampai di rumahmu, kami kehabisan kata-kata. Kami hanya bisa menatap fotomu yang ada di balik lemari kaca itu, bahkan saat itu kami baru menyadari kalau tidak ada seorangpun dari kami yang memiliki foto yang tepat untuk rumah barumu. Kami terpaksa menggunakan foto kelulusan SMAmu, bahkan kepergianmu tidak bisa kami antar dengan sepantasnya. 

Zen, aku masih ingin marah kepadamu jujur saja. Rasanya kami semua dipermainkan olehmu saat itu. Saat Vero berteriak kamu sudah sadar, semuanya bahagia, bahkan aku dan Jian rela mengalah agar keluargamu yang lebih dulu menghampirimu. Karena dalam pikiran kami, kami akan mendapat giliran untuk menemuimu

 Tapi dalam hitungan menit, semuanya berteriak panik. Tubuhmu tiba-tiba kejang dan kamu kembali menutup mata. Kamu menjatuhkan harapan kami semua saat itu, atau ini adalah karma dari Tuhan kepada kami karena terlalu banyak menyakitimu?? Tuhan jadi bermain-main dengan menaikan harapan kami dan langsung menjatuhkannya begitu saja

Mati otak dan gagal jantung, itu yang divonis untuk kepergianmu. Aneh sekali, padahal dokter bilang kondisimu stabil dan tidak terjadi apa-apa, bahkan dokter berkata jantungmu tetap bekerja dengan stabil sebelumnya, tapi tiba-tiba saja hal ini terjadi. Tapi sekali lagi, mungkin ini memang karma dari Tuhan untuk kami semua di sini. 

Pasti menyakitkan ya Zen?? Tapi apa kamu bahagia?? Saat kamu membuka mata untuk terakhir kalinya, kamu melihat semua anggota keluargamu ada di sisimu, berharap kamu pulang. Mungkin kamu benar-benar pulang, tapi bukan pulang itu yang kami semua maksud Zen. Kami ingin kamu pulang kepada kami semua saat itu. 

Zen, aku dan Jian juga kecewa. Kecewa karena kamu tidak bisa melihat kami di saat-saat terakhirmu. Terakhir kali kamu melihat kami adalah tepat sehari sebelum kamu bunuh diri. Padahal aku dan Jian merasa sangat bahagia karena kami berhasil membuatmu bahagia, tapi nyatanya kami gagal. 

Meski kamu berkata kalau kami tidak gagal, tetap saja ada luka tersendiri di hatiku dan Jian sampai saat ini. Banyak skenario seandainya yang terus berputar di otak kami, tapi nyatanya itu hanya terbang menjadi penyesalan sampai saat ini 

Aku rasa sudah cukup suratku untukmu kali ini, kalau aku menulis lebih banyak lagi, aku pasti akan menangis. Zen, terima kasih atas segala hal yang kamu ajarkan kepadaku dan Jian, kami belajar banyak hal darimu. Meski singkat, kamu adalah salah satu orang paling berarti untukku, bahkan Jian sudah menganggapmu adik kandungnya sendiri

Zen, aku dan Jian akan selalu merindukanmu. Kami pasti akan menemuimu, tapi mungkin kamu harus menunggu untuk waktu yang sangat lama. Tapi aku yakin kamu tidak akan menolaknya. Sampai juga, anak kecil yang mencari kebahagiaannya, sekarang kamu sudah mendapatkannya

Dariku yang berada di dunia yang kejam ini 

Imperfect MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang