Semarang, September 2023
Perumpamaannya seperti ini, menjadi asing dan semakin asing, tapi kita banyak bertemu dan berbicara.
Aku tiba-tiba saja mengingat wajah itu, mas ganteng katanya. Dia, lagi apa ya sekarang?
Udah hampir sama satu Minggu berlalu, perkuliahan pun sudah mulai. Sebenarnya, aku melupakan sesuatu. Kita tidak saling tukar nomor telepon. Padahal itu--sesuatu banget.
Hari ini aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku, membantu anak-anak organisasi yang akan menyelenggarakan kegiatan semarak musik.
...
Satang menurunkan bolpoin yang ada di jemarinya. Di lobby utama kampusnya, dia tengah menyelesaikan tugas dan beberapa laporan yang harus diserahkan. Bunyi bisik dari musik yang mengalun lirih menempatkan Satang untuk bisa menikmatinya. Sebelahnya, Fourth, mahasiswa semester dua yang juga sedang sibuk mengurus laporan.
Dia adalah anak musik, dia mengambil prodi sebagai musisi. hebat, mungkin.
Fourth memandangi Satang yang terdiam memainkan bolpoin dijemarinya. Kemejanya sedikit terbuka, menampakkan dada putih milik Satang.
“Kamu kenapa?”--“Hah? Enggak! Gak apa-apa!”
Pria didepannya ini, nampaknya sedang memikirkan sesuatu yang sangat penting. Lihat saja, dia menjadi gugup, sama persis dengan kejadian waktu itu. Satang terlihat memikirkan sesuatu yang serius, sampai-sampai dia harus terkejut seolah sudah mencuri sesuatu.
Disaat pikiran mereka saling beradu, dalam maksud mereka sedang menerka-nerka satu sama lain apa yang akan terjadi selanjutnya. Sebelum itu, mata Satang mengerjap, melihat sepasang kaki jenjang yang berjalan dengan lugas. Kemeja biru muda yang melekat ditubuh pria itu, seakan mengingatkannya tentang seseorang.
Satang memandangi Winny yang berjalan di trotoar, celana kain hitam itu terlihat mencolok, memperlihatkan kakinya yang jenjang dan panjang. Kemejanya dibiarkan terbuka, menampilkan kaos putih besar.
Pria itu memakai kaos yang sama dengan waktu itu. sama persis. Melihatnya berjalan dengan setumpuk buku dan earphone yang bersandar di telinganya. Satang tersenyum mengingatnya.
“Namanya Winny, kan?” tanya Satang pada Fourth. Dia masih menatapnya, walaupun Winny sudah cukup jauh berjalan. Mata Fourth mungkin akan susah mengenalinya.
“Ya, kamu kenal dia?”
“Dia kuliah disini juga? Kenapa baru tahu?” sebenarnya, Satang berbicara dengan dirinya sendiri kali ini. Fourth hanya menghendikan bahunya, tanda tak mengerti.
Satang menyesap minumannya yang ia beli disela-sela kesibukannya tadi. Dirinya sudah hampir beberapa hari kembali ke kampus. Tapi, baru kali ini dia melihat Winny berjalan disekitar fakultasnya.
Sebenarnya, Satang dan Fourth sudah berada di kampus sejak pagi tadi, mereka memilih untuk duduk di lobby karena udara diluar sana cukup panas. Akhirnya mereka membeli satu cup minuman, tidak jauh dari sana ada truk yang menjual minuman.
“Itu, Winny. Dia tidak selalu datang ke kampus, dengar-dengar dia punya beberapa problem di kampus jadi jarang masuk. Lagi pula dia beda fakultas, jauh dari gedung ini. Tapi, yang aku tahu dia selalu membeli kopi di truk minuman itu.” jelas Fourth, cukup detail. Satang mengangguk paham.
Satang tersenyum menatap Fourth, mungkin untuk berterima kasih. Dia bisa mengetahui Winny a.k.a Mas Ganteng yang membuatnya penasaran hari ini.
Satang memikirkan sesuatu, menurutnya Winny benar-benar ganteng. Ada hal yang baru saja ia sadari. Sekarang, rambut Winny lebih pendek, padahal sebelumnya, waktu mereka berada dikereta yang sama, rambut itu masih menutupi telinganya. Satang menyukai gaya rambut Winny waktu dikereta, tapi gaya rambutnya yang sekarang juga tidak buruk. Satang akan tetap menyukainya. eh, gaya rambutnya.
Semuanya bagus. Satang dan Winny, mereka dekat dalam beberapa jam lalu hilang dalam beberapa hari. Mungkin, mereka setara dalam beberapa hal.
Serangkaian instrumen musik yang mengalun lirih tadi, sudah berganti menjadi lagu pengantar tidur. Ya, Satang memejamkan matanya. Dirinya tak bisa fokus sekarang. Kecuali, Fourth akan membantu menyelesaikan laporannya.
“Bangun.” satu kata. Benar-benar membangunkan Satang. Tidak, belum ada lima menit berjalan, Satang sudah terbangun. Dia melupakan perihal Winny sejenak. Dia akan fokus dengan laporan yang sebentar lagi harus ia kumpulkan.
Fourth hanya sesekali memandangi Satang yang tiba-tiba tersenyum atau entah yang sedang memikirkan sesuatu hingga laporan miliknya juga belum selesai hingga sekarang. Benar-benar melelahkan.
Hanya butuh beberapa jam untuk mereka menyelesaikan laporannya. Sorot matahari sudah bersemayam di barat. Waktunya terlalu mepet, mereka dengan segera mengirimkan laporan itu.
Satang dan Fourth, keduanya masih amat remaja jika harus pulang larut malam nanti. Sebabnya, akan ada kegiatan khusus dikelas mereka. Ya, keduanya sekelas. Beberapa propen nya masih sama.
“Aku duluan. Masih ada yang harus aku kerjakan.”
“Ya, aku akan menyusulmu nanti."
Fourth berlari cukup cepat, Satang tahu maksud Fourth, bukan ada sesuatu yang akan ia kerjakan. Hanya saja, Fourth akan bertemu dengan kekasihnya.
Faktanya, sekarang Winny berada di kampus yang sama dengannya. Bukankah itu takdir? Satang terus tersenyum setelah meninggalkan lobby dan berjalan kembali ke indekosnya.
[To Be Continued]

KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY : CAH AYU
FanfictionBab 25-30 akan di revisi! Mohon maklum saya udah lama gak pegang ini cerita jadi kemungkinan cringe😅 📍Winny Pramudita -- Satang Digarahmana