Diary 08

141 20 0
                                        

Satang berdiri menatap wajah Winny yang masih tertidur. Matanya masih terpejam dan dengkuran lembut masih bisa ia dengarkan. Sebetulnya Satang sudah ini membangunkan pria didepannya itu sejak tadi, tapi setelah melihat wajahnya yang tetap pulas tertidur, dia menjadi ragu.

Namun, sudah beberapa saat berlalu, Winny belum juga terbangun, dia akan tergesa-gesa untuk menemui Namtan, pikir Satang. Jadi, dengan tekad yang bulat, Satang memberanikan diri untuk membangunkan Winny.

"Mas? Mas Winny, bangun." tangannya ikut mengguncang pelan tubuh Winny.

"Mas gantengnya satang? Bangunn..."

dan beberapa saat kemudian, mata itupun akhirnya terbuka. Menatap lesu wajah Satang disana. Winny merenggangkan otot-ototnya sejenak, dia menatap wajah Satang yang sudah segar.

"Mas Winny, katanya mau ketemu sama Namtan. Udah sana buruan siap-siap." setelah itu, Satang meninggalkan Winny dan berjalan untuk mencari sarapan diluar.

Beberapa saat mereka sibuk dengan kegiatannya, Satang sudah kembali dengan dua Styrofoam yang tergeletak dimeja dan Winny yang baru saja selesai mandi.

Dilanjutkan, dengan Satang yang sibuk memasukan beberapa dokumen dan laptopnya ke dalam tas untuk ke kampus.

"Maaf, aku cuma beli bubur. Pagi ini banyak yang masih tutup."

Winny berjalan dan duduk dihadapan satang. "Ini juga sudah lebih dari cukup." ungkap Winny dengan kekehan kecil dan senyum yang lebar.

Mereka menikmati sarapan itu dengan hikmat. Menyelesaikannya dengan cepat.

Winny berdiri diambang pintu, menatap gerbang indekost yang masih tertutup, "Aku akan pergi dulu."

"Ah? tidak ingin berangkat bersama?"

Winny menggeleng, dia sudah siap berangkat. Satang tersenyum dan berjalan mendekati Winny. "Hati-hati, aku akan menemui mu nanti."

Satang memasuki lobby kampus dengan langkah ringan. Sarapan tadi bersama Winny, cukup menggugah semangatnya. Ditambah lagi, mereka tidur satu ranjang, ada perasaan yang menyenangkan dan juga menyedihkan disaat yang sama. Walaupun pada akhirnya, ia tidur nyenyak selama beberapa jam.

Hari ini cukup cerah, semilir angin bertiup dari sela-sela pepohonan dan dedaunan kecil. Satang sudah memantapkan diri, dia akan siap menghadapi hari ini.

Satang melambai pada Fourth, "Pagi! Jus Strawberry sepertinya enak? Apa kita harus pergi membelinya?"

Fourth menoleh ke sebelah kirinya. "Lihat seseorang searah jarum jam."

Satang mengikuti arah pandangnya, dan matanya menangkap pria yang semalam tidur dengannya. Winny duduk dengan wajah yang tersenyum pada ponselnya. Dirinya duduk di ruang tunggu, memang disana cukup segar karena beberapa bagian dinding terbuka dan menampilkan taman utama kampusnya.

Cahaya lembut yang memantul ke arah wajah Winny, terlihat begitu mengagumkan. "Dia benar-benar luar biasa."

Kaki panjangnya yang terbungkus denim jeans dan kaos oversize dengan motif animasi keren disana. Tampak seksi dan menggoda, terlebih wajahnya yang memang tampan, banyak mahasiswa yang berlalu lalang hanya untuk melihat wajah itu.

Satang menyadari, semalam dia bisa menatap wajah itu dengan sangat lama. Seolah hanya dirinya yang bisa mendapatkan itu. Bahkan, dirinya mendapatkan sentuhan lembut dan hangat dari pria yang menjadi pusat perhatian itu sekarang.

Satang mengalihkan pandangannya, dia kembali menatap Fourth yang tengah menatapku dengan tatapan menusuk. "Itu, memang dia."

"Aku dengar, dia akan menembak gadis? Siapa dia?" pertanyaan itu, membuat Satang memunculkan slide-slide yang semalam dirinya hapus kuat-kuat.

"Bagaimana aku tahu?"

"Ouh, bukannya kamu dekat dengan pria itu akhir-akhir ini?"

Satang melotot, dia menggeleng dan tersenyum kecut. "Tidak, siapa bilang."

Fourth menghendikan bahunya dan duduk di salah satu kursi. Mereka sudah berjalan ke pinggiran, ada beberapa kursi dan meja yang disediakan. Sangat aesthetic untuk menjadi tempat bersantai.

"Duduklah, Satang." Fourth menatap Satang yang masih berdiri disana, matanya nampak melihat seseorang dia mengikuti arah pandang Satang dan bertemu tatap dengan gadis berambut panjang. Namtan, teman semasa SMA-nya.

"Apa yang di maksud itu Namtan?" tanya Fourth dengan pelan. Satang menahan bahu Fourth.

"Dia benar-benar cantik ya, sangat cocok dengan Mas Winny."--"Mas?"

"Hah? enggak, bukan!"

Wajah Fourth nampak sinis, dia menatap wajah Satang dengan ejekan. Tak berselang lama, Fourth memaksa Satang untuk duduk. Dirinya duduk, satu hal yang baru saja ia notice, sepatu putih yang viral baru-baru ini melekat di kaki Fourth.

"Aku pikir, uang jajanku sebulan belum bisa membeli sepatu itu." ungkap Satang nyata. Dia berhasil membuat Fourth tertawa, dia menunjukkan sepatunya.

"Hei, aku meminta kepada Gem untuk membelikannya satu. Dia tidak akan kehilangan banyak uang. Hahaha."

Ah, benar. Satang tidak memikirkan hal itu. Fourth sudah bersama Gemini cukup lama, dan hal semacam ini hanya kedipan mata bagi Gemini. Dia sudah menjadi pengusaha yang sukses. Itu impian ku.

"Jadi, apakah aku harus memiliki pasangan untuk mendapatkan barang seperti itu?"

"Tidak perlu, dari pada makan hati terus. Hahaha."

Satang mendengus kesal, dia menatap Fourth runcing. Dia mengeluarkan Laptop dan mulai membuka beberapa dokumen yang akan mereka kerjakan.

[To Be Continued]

DIARY : CAH AYU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang