Matanya menatap figura besar yang terpajang di ruang tamu rumah Fourth. Ada rasa rindu yang tiba-tiba saja bergejolak, seperti bukan dirinya. "Kalau gitu kenapa gak ambil cuti sementara aja? Kasihan kesehatanmu."
Satang yang sedang memakan donat, tertawa. "Aku juga tahu, tapi cuti sementara bisa membuat kelas kuliahku terhambat, Fourth!"
"Satang, aku kasihan padamu, kamu terbaring tak berdaya dirumah orang lain. Lagi pula, aku tidak punya makanan selain donat itu." Fourth menghela napas pasrah, dirinya berjalan untuk duduk di sudut yang berbeda dengan Satang. Menatap Satang yang duduk disofa panjang dan menikmati donat dengan lahap.
Satang sedang tidak enak badan, beberapa hari yang lalu dirinya terlalu membebani pikirannya dengan hal yang tak seharusnya ia pikirkan, dan saat itu juga Satang harus drop dan tidur dirumah Fourth. Sebenarnya Satang tidak enak hati, hanya saja Fourth hampir setiap waktu harus bolak-balik untuk menjenguk Satang. Alhasil, mau tidak mau, Satang bersedia untuk dirawat dirumah Fourth. Bahkan Gemini dengan senang hati memberikan tempat tinggal itu.
"Hoi, aku tidak masalah dengan itu, dan kamu? Mengapa tak makan satu? atau enam? Intinya siapa peduli dengan kesehatanku. Aku akan kembali setelah ini." ungkap Satang yang membuat Fourth langsung menegakkan tubuhnya. Dia mendekat ke Satang lagi.
"Bukan begitu, tapi kamu masih harus ada yang jaga. Kalau tiba-tiba saja kamu terjatuh, aku tidak bisa membantumu." ucapan itu membuat Satang tertawa geli, dia tidak pernah sakit hingga diurus oleh orang lain. Yah, setidaknya itu menambah pengalaman barunya. Sayangnya, hidup Satang memang tidak setenang yang banyak orang pikirkan. Banyak hiruk pikuk yang harus dirinya jalani.
"Kalau begitu mengapa?"--"Apanya?"
"Kenopo aku kudu ngene iki?" ucapnya dengan bibir yang mengerucut maju. Terlihat sangat imut.
Satang tak pandai beralasan. Alasan itu juga salah.
"Hanya saja ..." Satang terdiam sesaat. "Aku merindukan keluargaku. Liburan kemarin, aku tidak bisa menyempatkan waktu untuk bertemu dengan mereka. Aku cukup kacau dan rumit. Butuh banyak waktu untuk bisa kembali menemui mereka dan aku tak mau lagi meninggalkan mereka. Aku sudah bertahan dengan kemampuanku." Satang mengakhiri kalimatnya dengan meminum segelas air hingga tandas.
"Aku tahu Satang, akupun juga merindukan mereka, tapi apa daya? Aku sudah tidak bisa menemui mereka. Huft. Bahkan ibu ku sudah tidak ingin melihatku didalam hidupnya."
Kehidupan tidaklah semudah yang ada didalam ekspektasi seseorang, didalam imajinasi dan khayalan yang sangat indah. Namun, kehiduoan memiliki banyak aturan dan menyudutkan kebenaran. Mereka pergi meninggalkan keluarga untuk meneruskan hidup. ada kalanya perasaan rindu dan sayang masih melekat dalam hidup masing-masing.
Hidup Fourth benar-benar berantakan hingga ia pergi dari rumah saat usianya 17 tahun, dan hidupnya kembali terkendali saat bertemu dengan Gemini, pemilik bar yang terkenal di Semarang. Mereka bertemu dalam keadaan yang sama-sama mengenaskan, di Jakarta, keadaan seperti itu terlalu biasa ditemukan di hotel dan bar-bar terdekat.
Memang tidak membekas, tapi saat Satang, teman karibnya datang dan mengajaknya untuk berkuliah. Ada sebuah perasaan kecil yang mendorongnya untuk berubah menjadi manusia yang setidaknya bisa dikendalikan. Hingga, saat dirinya meminta izin kepada sang ibu, secara keras, ibunya mengusir Fourth. Satang menyaksikan semuanya dengan mata kepalanya sendiri. Bahkan ssuara-suara kebencian itu masih terdengar jelas hingga sekarang. Nyata, sudah beberapa tahun berlalu. Trauma memang tidak ada obatnya.
Kendali adalah segalanya. Begitu yang Satang tahu, ibunya masih memiliki harapan besar padanya. Menjadi seseorang yang akan membanggakan kedua orang tuanya. Semua orang ingin melakukannya, tak terkecuali Fourth. Namun, selain tangisan, Fourth takkan bisa melangkah lebih jauh.
Kuncinya adalah pergi. Fourth memiliki kendali hidup dengan meninggalkan masa lalunya. Dan semaranglah yang membawa kebahagiaan dirinya melalui pertemuan singkat dirinya dan Gemini untuk kedua kalinya. Sungguh, tiada takdir yang mengecewakan, hanya waktulah yang akan mementukan.
"Ada satu hal lagi yang sedikit mengangguku. Kehadiran Winny disini, menggoyahkan segala sesuatu yang aku bangun dengan kuat. Aku ingin meninggalkan luka masa lalu, namun aku harus bisa hidup di masa depan. Dengan pertemuan itu, aku menjadi belajar banyak hal." ungkap Satang, tersenyum kuat dan merengkuh tubuh kecil Fourth dalam pelukannya.
Fourth berusaha tak menaruh kasihan pada dirinya sendiri, tapi dia menghela napas berat. "Menurutku, hidup adalah setangkai pilihan yang ada kalanya piihan itu adalah jebakan yang kita bangun sendiri. Bagaimana kamu bisa hidup bersama seseorang yang baru, kalau saja kamu masih menginginkan masa lalu? Lupakan saja dia, aku akan memilih dirimu bersama Winny. Dia pria baik."
Senyum diwajah Fourth tak kalah kuat, pelukan pun ikut semakin erat. Gampang saja memang kalimat itu muncul dari keduanya. bagaimanapun mereka adalah kesamaan yang cukup bisa dibedakan. Tetap saja, menjadi teman berarti tahu kapan harus menasihati dan kapan harus diam. Mereka berdua hanya belum siap untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya.
[To Be Conntinued]

KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY : CAH AYU
FanfictionBab 25-30 akan di revisi! Mohon maklum saya udah lama gak pegang ini cerita jadi kemungkinan cringe😅 📍Winny Pramudita -- Satang Digarahmana