Pukul 09.24 WIB, mereka terbangun. Setelah membereskan kamar dan mandi, dengan segera mereka sudah duduk di meja makan. Kali ini, ibu Satang pun ikut makan bersama. "Jangan sungkan, saya ibu kalian juga," ujarnya dengan lembut.
Hati Satang menghangat mendengar kalimat yang terucap dari bibir ibunya. Keakraban yang terjalin di antara mereka membuat suasana pagi itu terasa lebih hangat dan penuh kasih. Mereka menikmati sarapan bersama dengan tawa dan cerita yang mengalir.
"Terima kasih banyak, Bude," ucap Fourth. Satang terkejut dan segera menatap wajah ibunya dengan cemas, namun ibunya hanya memberikan senyum tipis yang menenangkan. Fourth tersenyum lebar, menunjukkan ketulusan dalam ucapannya.
"Sudah-sudah, ayo dimakan. Saya sudah memasakkan kalian banyak," ujar ibu Satang dengan lembut, mengajak mereka semua untuk menikmati hidangan yang telah disiapkan. Satang tersenyum lega dan menyuapi dirinya dengan satu sendok penuh, merasakan kehangatan makanan dan cinta yang terpancar dari setiap hidangan.
...
Hari ini, Winny mengusulkan ide untuk berjalan-jalan di kota. Satang menyetujuinya, tapi tidak dengan Gemini yang menolak, "Apa kalian nggak pengen di kampung aja? Di kota juga setiap hari," elaknya. Fourth hanya tertawa kecil, sementara Satang menatap Winny, menanti jawaban.
Dengan tatapan penuh harap dari Satang, Winny akhirnya mengangguk setuju. "Ah, aku tahu," seru Satang tiba-tiba dengan semangat. "Ayo ke sawah."
Ide itu segera mendapat tanggapan positif dari semua orang. Mereka bersemangat dengan rencana baru ini, melihatnya sebagai kesempatan untuk menikmati keindahan alam pedesaan. Sawah yang hijau dan luas menjanjikan suasana yang berbeda dan segar dari hiruk-pikuk kota.
Dengan semangat, mereka berganti baju menjadi kaos santai dan menyiapkan beberapa camilan. Satang memimpin perjalanan mereka, karena letak sawah tidak jauh dari rumah.
Begitu mereka sampai, hamparan luas persawahan menyambut dengan hijau yang menyejukkan mata, sementara angin lembut bertiup, membawa kesejukan alami. Keempatnya berjalan sambil bercanda dan menikmati pemandangan yang menenangkan.
Winny dan Satang berjalan beriringan, menikmati setiap langkah di antara pematang sawah. Gemini dan Fourth mengikuti dari belakang, sesekali memetik bunga liar di tepi jalan dan saling melempar canda. Mereka menemukan tempat yang nyaman di bawah pohon rindang di tepi sawah dan duduk di sana, menikmati camilan yang mereka bawa sambil memandang langit biru.
"Mas, main lumpur yuk?" ajak Satang tiba-tiba, berdiri dan menarik Winny yang sedang duduk dengan nyaman. Dia berjalan di atas hamparan sawah yang baru saja dipanen, di mana terlihat tanah kosong dengan genangan air.
"Hey! Aku juga mau ikut!" seru Fourth dari tepi, berlari kecil dengan antusias. Gemini, yang awalnya hanya menonton, menatap Fourth dalam-dalam dan tertawa begitu melihat Fourth terguling di lumpur.
Winny tertawa melihat keceriaan teman-temannya. "Awas, Mas!" seru Satang sambil melempar segenggam lumpur ke arah Winny, yang berhasil menghindar dengan cekatan.
Fourth, yang sudah basah oleh lumpur, bangkit dan balas mengejar Satang, membuat semua tertawa. Gemini akhirnya tidak tahan untuk hanya menonton dan bergabung dalam permainan, melompat ke lumpur dengan penuh semangat.
"Gem, tangkap!" seru Fourth sambil melemparkan segenggam lumpur ke arah Gemini. Dengan sigap, Gemini mencoba menangkapnya, namun sayang, wajahnya justru dipenuhi oleh lumpur yang dilemparkan Fourth.
Gemini menggelengkan kepala, berusaha membersihkan lumpur dari wajahnya. "Fourth, sini kamu!" teriaknya sambil berlari mengejar Fourth, yang tertawa terbahak-bahak dan mencoba menghindar.
Satang dan Winny tertawa keras melihat Gemini dan Fourth yang asik bermain lumpur. Mereka merasa terhibur oleh keceriaan teman-temannya, ikut menikmati momen kebahagiaan yang sederhana ini.
Winny, yang berdiri dengan cengiran di bibirnya, melihat ke arah Satang dengan senyum lebar. "Dek, ini seru banget!" ucapnya, sementara Satang mengangguk setuju. Tanpa ragu, Winny berlari dan bergabung dengan Gemini dan Fourth, membuat permainan lumpur semakin seru dan berantakan.
Keindahan itu berlalu dengan cukup cepat, mereka harus berhenti bermain dengan lumpur saat tubuh mereka mulai kedinginan. Sambil tertawa dan menggigil, mereka bergegas pulang untuk membersihkan diri.
Sesampainya di rumah, mereka langsung menuju kamar mandi untuk mandi dan mengganti pakaian yang basah dan kotor. Ibu Satang yang melihat kondisi mereka hanya tersenyum dan menggelengkan kepala, mengerti betapa senangnya anak-anak itu menikmati hari mereka.
"Kalian ini, ada-ada saja." ujar ibu Satang diiringi dengan tawa kecil.
Setelah semua bersih dan segar kembali, mereka berkumpul di ruang tamu dengan pakaian hangat. Satang membawa minuman hangat untuk semua, dan mereka duduk bersama, ruangan itu kembali dipenuhi oleh tawa dan obrolan hangat dari mereka.
"Habis ini langsung perawatan, " kata Winny sambil menyeruput teh hangatnya.
"Iya, apa lagi wajah Gem, imut banget," tambah Fourth, dengan senyum lebar di wajahnya.
Gemini mengangguk setuju. "Habis ini langsung ya, suruh siapa melemparkannya padaku," ujarnya sambil tersenyum.
Satang melihat teman-temannya dengan perasaan hangat. "Aku benar-benar tidak menyangka, kalian ini bermain lumpur, seperti di bermain air."
Sore itu, mereka masih dilengkapi dengan tawa dan canda, menikmati momen-momen kebersamaan yang hangat. Namun, suasana tiba-tiba berubah hening ketika seorang pria muncul di ambang pintu.
"Satang, kamu kembali?" kata pria itu, berdiri dengan senyum sambil membawa karangan bunga yang begitu indah.
Winny mengerutkan keningnya, merasa bingung dan meminta penjelasan dari Satang mengenai pria yang tiba-tiba muncul ini. "Siapa dia, Dek?" tanyanya pelan, matanya penuh tanya.
Satang hanya diam dan menggeleng, terlihat bingung dan cemas. Suasana yang tadinya penuh tawa kini berubah menjadi tegang dan penuh pertanyaan. Teman-temannya ikut terdiam, menunggu penjelasan dari Satang.
[To Be Conntinued]

KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY : CAH AYU
FanfictionBab 25-30 akan di revisi! Mohon maklum saya udah lama gak pegang ini cerita jadi kemungkinan cringe😅 📍Winny Pramudita -- Satang Digarahmana