Winny memandangi Satang dengan tajam dan seksama sambil tangannya memijat lengannya sendiri. "Terus, kalau jauh, kenapa kamu mau jauh-jauh kesini? Mau mencari kesempatan untuk tidur denganku?"
Wajah Satang memerah padam setelah mengucapkan itu. Winny terkekeh kecil, dia menggeleng dan memijat kecil lengannya lagi. "Bercanda."
Tapi, tanpa waktu yang lama, Winny cemberut. "Bukan begitu, aku hanya heran jarak indekost kamu ke rumahku cukup dekat, mengapa aku tak pernah melihatmu disekitaran sini."
"Jauh atau deket sih sebenernya?"
"Anggap aja deket."
Satang memasang wajah jeleknya, dia menatap Winny melalui sela-sela jemarinya. Dia melihat Winny menatapnya dengan lekat, Satang cukup malu melihatnya.
"Ya, sebenarnya, aku terlalu sibuk di kampus." jawab Satang, walau dia tak melihat lawan bicaranya tersebut.
"Oh, ya, sayang--"Hah?!"
"Satang, maaf-maaf, Satang maksudnya. Boleh aku menginap disini?"
"Kan, dibilang juga apa, kamu nyari kesempatan buat bisa tidur denganku."
Winny tersenyum kecil, ada hal yang harus dirinya selesaikan. Jadi, menumpang ke rumah temannya bukan masalah. Winny akan menemui gadis yang direkomendasikan oleh temannya itu. Salah satu taktik jitu yang sudah ia siapkan.
Waktu berlalu cukup cepat, mereka terbaring di ranjang yang sama. Sudah beberapa saat mereka terdiam dan menikmati detak jam yang berlalu, namun tidak ada dari mereka yang dapat memejamkan matanya. Ada efek yang cukup membuat mereka membiarkan mata-mata itu terbuka.
"Satang?"
"Ya?" balasnya dengan cepat.
Winny membalikkan badannya, menampilkan wajah Satang yang masih segar. Winny menatapnya dengan senyuman, tidak tahu mengapa wajah itu cukup membuatnya tenang.
"Aku punya pertanyaan."
"Apa itu? Tentang aku?"
Winny menggeleng, "Bukan. Menurutmu bagaimana penampilan Namtan? Apa dia cantik?"
Satang terdiam, dia tidak berekspektasi bahwa pertanyaan yang akan ia dengar. Nama gadis yang memang sedang hangat dibicarakan, menjadi santapan makan malam bagi Satang. Dia sedikit tidak nyaman.
"Mengapa kamu tanyakan itu padaku?" Satang yang tadinya masih menatap wajah Winny, kini terlentang. Matanya menatap langit-langit kamarnya. Winny seolah tak mengerti apa yang terjadi didepannya. Wajah yang begitu bergejolak ketika membahas itu. Satang tidak menyukainya.
"Aku heran, gadis itu jarang terlihat belakangan ini. Aku sudah berkali-kali datang menemuinya di fakultas, tapi selalu nihil."
Mendengar apa yang Winny ucapkan barusan, Satang kembali mengingat beberapa waktu yang lalu. Ya, selama hampir satu Minggu berlalu, Winny selalu ada di fakultasnya.
'Aku kira, dia datang setiap hari di fakultas untuk menemui ku, ternyata salah. Dia hanya ingin bertemu dengan gadis itu?' pikir Satang.
"Sepertinya, kamu perlu pendekatan yang cukup ekstrim. Kamu harus pergi tur terus-menerus dan mencarinya di sela-sela kesibukanmu." ungkap Satang tanpa menatap Winny sama sekali. Rasanya ada hati yang mulai bergetar nyeri. Payah, Satang terlalu dalam menanggapinya.
"Apa aku memerlukan itu? Bener memang, intinya aku ingin menaklukkannya. Wajahnya benar-benar cantik dan menarik. Kamu memang jenius kawan! Aku akan memulai pendekatan itu besok."
Satang sedikit melirik ke arah Winny. Wajahnya penuh dengan keceriaan. Sedikit demi sedikit, "Aku yo duwe perasaan." Satang berucap. Dia mengungkapkannya dengan amat lirih.
"Kowe bisa basa Jawa sekarang?"
"Belum, hanya belajar sedikit, Mas ganteng." walaupun demikian, suara yang keluar dari mulut Satang terdengar amat judes dan tidak mengenakan. Apa lagi, dia baru saja sadar, 'Dia hanya menganggap ku kawan? Yang benar saja.'
"Hebat! Terus belajar Cah ayu."
Sakit? Iya. Seolah panggilan 'cah ayu' sudah begitu melekat dan membuat Satang berpikir itu adalah panggilan sayang untuknya. Dia tidak bisa berpikir lebih jauh.
"Oh ya, aku penasaran, apakah jika aku dan Namtan bersama, itu terlihat cocok?"
"Omong kosong, kamu penasaran jika bersama gadis itu? Tanpa aku membayangkan itu terjadi pun, kalian amat cocok. Tidak perlu diragukan lagi ... aku benar-benar menyukainya sekarang."
Lanjut Satang dalam hati. Winny menghela napas. Dia membenarkan badannya, membuat dirinya sama-sama terlentang. Menatap langit-langit yang sama.
"Oke. Mungkin itu akan menjadi salah satu caraku mendekatinya."
Satang tersenyum kali ini, dia menatap wajah Winny dan terdiam cukup lama. Begitu dirinya siap, walaupun sedikit serak, Satang memberikan semangat untuk seseorang di depannya kali ini.
"Apa pun itu, kamu harus tetap percaya diri. Jangan sampai menyerah dan menyesal dikemudian hari. Aku tidak mengerti banyak hal lagi, lakukanlah sesuatu hal yang membuatmu bahagia, tetapi jangan jadi bajingan."
Setelah itu, Winny pun ikut menatap wajah Satang. Senyum di keduanya sama-sama tidak pudar. Winny dengan perasaan yang begitu bersemangat dengan untuk mendekati gadis itu dan Satang yang cukup miris, dia harus memerdekakan dirinya sendiri lagi.
"Kamu benar. Apa yang kamu katakan benar-benar memberikan semangat padaku." seraya mengucapkan kalimat itu, jemarinya bersemayam di pipi Satang. Dia mengusapnya dengan lembut dan tatapan mata yang cukup dalam.
Satang tersenyum tipis, memejamkan matanya dan menyingkirkan jemari tangan milih Winny di pipinya. Dia berbalik, memunggungi Winny dan mulai tidur. Sedang, Winny terkekeh kecil dan ikut tertidur.
...
Semarang, Oktober 2023
Satang dan sakit hati. Semalam adalah hal yang paling tidak biasa bagiku. Dia sedang menemui gadis cantik yang kita bicarakan semalam. Aku akan turut bahagia untuknya.
[To Be Continued]

KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY : CAH AYU
FanfictionBab 25-30 akan di revisi! Mohon maklum saya udah lama gak pegang ini cerita jadi kemungkinan cringe😅 📍Winny Pramudita -- Satang Digarahmana