Part 44

6.2K 267 3
                                    

Gorden putih dengan nuansa bersih, senada dengan kasur yang di tempati oleh sepasang kekasih tersebut. Tidur dengan posisi saling memeluk satu sama lain. Seakan jika mereka melepaskan pelukan itu, pasangan mereka akan menghilang. Tubuh polos yang masih di selimuti hingga ke pangkal leher.

Hari juga sudah tidak bisa dikatakan muda lagi. Jam sebelas mungkin setimpal untuk membayar waktu yang mereka habiskan hingga dini hari.

Salah satu dari mereka harus terganggu dan kesadarannya kembali, kala mendengar perutnya yang berbunyi. "Hmm, laper." Ia sedikit mengucek matanya, guna menyesuaikan cahaya yang ada di sekitarnya.

Ia tersenyum. Tersenyum dengan apa yang ia lihat di depannya. Orang yang akhir-akhir ini menjadi alasan untuk dirinya bahagia.

"Cel, bangun yuk sayang." Ia mengelus pipi Ashel dengan lembut, lalu mengecup bibirnya sekilas. "Udah jam berapa Del?." Sontak Adel mengalihkan pandangannya menuju ke atas nakas. "Mau jam sebelas Cel." Dengan perlahan, Ashel membuka matanya dan tersenyum. Mencuri kecupan singkat pada orang di depannya.

"Kamu mandi duluan gih." Adel mengangguk lalu menyibakkan selimutnya. Matanya sedikit membulat, sadar akan dirinya yang tak mengenakan apa-apa. Begitu juga dengan Ashel. "Nanti bantuin aku ke kamar mandi ya Del."

Adel mulai beranjak dan merapikan pakaian mereka yang berceceran. Mengambil baju ganti serta handuk, Adel berlari masuk ke dalam kamar mandi. 15 menit sudah berlalu, kini Adel keluar kamar mandi, menghampiri Ashel. "Yuk, aku gendong ya?." Ashel mengangguk dan merentangkan kedua tangannya. Lalu Adel membawanya masuk ke kamar mandi dan di letakkan di bathtub.

"Kamu mandi ya, aku siapin baju kamu." Setelah mendapat jawaban dari Ashel, Adel keluar dan menutup kembali pintunya. Berjalan ke arah lemari dan menyiapkan baju untuk Ashel.

"Kesel nggak sih punya temen iman setipis tissue di bagi tujuh?, kita kesini buat liburan, malah tiduran hampir setengah hari." Gita seketika meledakkan tawanya. Air matanya tak tertahankan keluar dari matanya mendengar kekasihnya mengatakan hal itu. "Ya terbukti dong kalau aku kuat di segala hal?." Gito menaikturunkan alisnya. Meminta validasi dari gadisnya. "Jangan ditanya lagi Gits."

Gito mengelus surai panjang yang di miliki gadisnya. Tersenyum kala melihat mata itu yang begitu cantik. "Sabar, palingan mereka udah bangun itu. Kita tonton cara jalan mereka." Setelah mengatakan itu, Gito terkekeh ke arah tangga atas. Terlihat chika yang sedang menggendong koala.

"Tuh baru juga di omongin." Tunjuk Gito ke arah tangga. Kathrina sedikit mengerutkan keningnya. "Bukannya kebalik itu ya?." Pasalnya Chika kini turun dengan menggendong Christy. "Apa jangan-jangan Christy yang di bantai kemarin malem?." Keduanya bergeridik ngeri melihat pemandangan itu.

"Kalian ngapain ngeliatin gw kayak gitu?." Keduanya menggeleng dan beralih menatap orang yang berada di gendongan Chika. "Christy kenapa?."

"Capek dia."

"Lu gempur kemarin malem anaknya ya?." Chika langsung memberikan tatapan tajamnya. "Enak aja lo, enggak ya." Chika menyangkal ucapan si Kathrina. Chika pergi ke area dapur untuk mengambil air minum.

Kini pandangan Gito dan juga Kathrina teralihkan dengan Ashel yang meringkuk di depan tubuh Adel. Menenggelamkan kepalanya di leher Ashel.

"Yakin banget mereka berdua yang main sampai jam enam tadi." Kathrina terkekeh mendengar bisikan dari Gito. Ia mengangguk tanda setuju.

"Ada apa nih, semuanya pada gendong-gendong?. Ga bisa jalan kah manies?." Wajah tengil turut menghiasi Kathrina. Ashel yang mendengar pun enggan untuk menanggapi. Lagian benar kan dia tak bisa berjalan.

Chika dan Christy muncul dari dapur dengan Christy yang masih di gendongan Chika. "Marsha sama Zee mana?." Heran Chika tak melihat kedua orang itu.

"Mereka di depan, langsung tidur di sana kayaknya." Mereka semua bergegas menuju ke depan-ruang tamu. "Astaga, kayak ga punya kamar aja." Terlihat Zee yang tidur tertimpa tubuh Marsha. Dengan mulutnya yang masih menyesap kepunyaan Marsha. "Itu mulut enteng banget kayaknya." Mendengar ucapan Adel, Ashel lalu menoleh.

"Del, mata kamu ih." Ashel sedikit menjitak kening Adel. Adel meringis memegangi keningnya.

"Hey, Zee, Marsha." Gito menggoyangkan tubuh keduanya. Harap-harap dapat membangunkan mereka. Bisa di pastikan tubuh keduanya akan sakit.

Plup

Bibir Zee terlepas dari kegiatan menyesapnya, sekaligus terbangun dari tidurnya. "Nghh, sshhh, Shaa bangun." Zee mulai merasakan tubuhnya yang kesemutan.

Tak lama Marsha pun bangun dan terkejut mereka menjadi tontonan teman temannya. Dengan segera Marsha kembali merapikan pakaiannya dan beranjak dari tubuh Zee.

"Enak banget kayaknya Sha?."

"Hahahaha"









































TBC

T A K D I R [DELSHEL] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang