Part 62

2.9K 163 3
                                    

Aldo yang bosan beranjak dari duduknya dan memutuskan untuk berkeliling di dalam rumah tersebut. Melihat lihat apa saja yang ada di sana. Mulai masuk ke kamar yang ada di sana.

Kamar tamu, tertata rapi. Di peruntukkan untuk tamu yang kemungkinan akan menginap di rumah ini.

Lalu dapur, terbagi menjadi dua bagian. Ada dapur bersih dan dapur kotor.

Jinan juga memiliki dua ruang kerja yang terletak di lantai satu dan lantai dua. Kebetulan sekarang Aldo lagi ada di depan ruang kerja tersebut. Tanpa pikir panjang, Aldo langsung membuka pintunya dan masuk.

"Wow,"

Aldo menelusuri setiap sudut ruangan itu. Lalu matanya terfokus ke arah meja kerja Jinan. Dengan laci meja tersebut.

Aldo membuka laci tersebut dan mendapati sebuah surat dengan map merah. Dibukanya secara perlahan dan teliti.

Di sana tertera surat perpindahan tangan dan pergantian nama perusahaan Jinan.

"Pucuk di cinta, ulam pun tiba"

Aldo sama sekali tak ada niatan untuk mencari berkas ini. Namun apa daya, ketaksengajaan membawa Aldo kemari.

"Do... Aldo..."

Aldo segera merapikan kembali mejanya dan menutup rapat rapat lacinya. Segera berjalan keluar dan menutup serta mengunci ruangan tersebut.

• • •

"Masih sakit kepalanya?." Cindy menggeleng dan mulai mendudukkan dirinya di kepala ranjang.

Aldo juga duduk di tepi kasur menghadap Cindy. "Aku buatin minum ya?."

Cindy pun mengangguk lemah, membiarkan Aldo membuatkan dirinya minuman.

Aldo sedang menunggu airnya mendidih. Dua gelas sudah berisi racikan minuman yang akan mereka minum. Tak lupa Aldo menaburkan bubuk ke salah satu gelas.

Setelah mendidih, Aldo menuangkan ke gelas lalu di susul dengan air dingin.

"Nih buat kamu." Cindy menerimanya. Menggenggam erat dengan kedua tangannya. Merasakan telapak tangannya yang menghangat saat bersentuhan dengan gelas.

Aldo sudah menyeruput minumannya. Tak lama kemudian, Cindy mengikuti langkah Aldo yang meminumnya.

Cindy meletakkan gelasnya yang sudah tersisa setengah. Kembali ia rasakan matanya yang memberat.

"Do, kayaknya aku mau lanjut tidur lagi." Aldo pun membantu membaringkan Cindy agar ia merasa nyaman.

Sepuluh menit berlalu, Aldo lantas menelfon Feni. Meminta mereka untuk bersiap karena sebentar lagi ia akan datang bersama Cindy.






"Ruang bawah tanah sudah di buka?." Feni mengangguk dan memimpin jalan. Dengan Aldo yang sudah membopong Cindy. Ternyata semua orang sudah berkumpul di ruang bawah tanah.

Aldo meletakkan Cindy di sebuah kursi. "Kalian urus ya, aku akan menghubungi Jinan." Aldo keluar dan kembali menancapkan gasnya kerumah Jinan.

"APA!, KOK BISA!"

Jinan panik dan segera pulang menuju rumahnya. Aldo memberi tahu dirinya jika Cindy di bawa kabur oleh seseorang. Aldo mengaku dirinya sedang berada di taman belakang, tidak melihat Cindy yang berjalan ke depan rumah.

"Lu beneran ga liat Do?!"

"Gw cuma liat mobilnya doang, ke arah sana tuh."

Jinan bergegas mengajak Aldo mengejar mobil tersebut. Harap harap belum terlalu jauh. Jinan tak menghiraukan jika Aldo duduk di kursi penumpang belakang.

Di tengah perjalanan, "Di pertigaan ini dia kemana Do?." Bukannya jawaban yang Jinan dapatkan melainkan mulutnya yang di bekap dengan kain.

Jinan yang terkejut berusaha melepaskan bekapannya. Namun sepertinya, kain tersebut berisi cairan bius yang membuat Jinan semakin melemah dan akhirnya pingsan.

Kedua sudut bibir Aldo terangkat sempurna. Rencananya berjalan dengan baik. Sekarang Aldo yang mengambil alih kemudi, membawa tubuh  lemas Jinan ke rumah Gracio.

•••

"Kerja bagus Do." Gracio menepuk pundak Aldo sebagai rasa senangnya. Begitu juga Feni yang tersenyum lebar ke arahnya.

Jinan dan Cindy sudah terikat rapi di depan mereka.

Lenguhan dari dua orang yang terikat menarik atensi Feni dan Aldo. Anggota yang lain kembali ke atas. Mereka akan turun jika di butuhkan saja. Saat ini biarkan Feni dan Aldo yang beraksi.

Jinan mengerjakan matanya berkali kali. Ingin mengucek matanya namun tidak bisa. Sadar kedua tangannya terikat.

Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, mendapati Cindy yang bernasib sama seperti dirinya.

"Cindy." Panggilnya lirih. Berharap Cindy mendapatkan kesadarannya. Dan benar saja, Cindy mulai sadar dan menggelengkan kepalanya. Mungkin rasa pusingnya kembali menyerang.

"Kita di mana, Nan," Jinan menggeleng. "Aku juga nggak tau."

Tiba tiba lampu di dalam ruangan menyala dan muncul lah Aldo bersama seorang wanita di belakangnya.

"Aldo?!"

T A K D I R [DELSHEL] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang