Part 52

3.3K 211 6
                                    

Adel menyeka keringat yang ada pada dahi kekasihnya. Mereka kini sedang duduk di bawah pohon yang rindang di sebuah taman. Dengan es krim yang berada di genggaman masing masing. Memakan es krim sembari menikmati pemandangan danau yang bersebelahan langsung dengan taman. 

"Nggak kerasa ya, bentar lagi status kita bakal berubah." Ashel terkekeh seusai mengatakan hal itu. Sesuatu yang kemungkinan besar tidak akan terjadi di masa lalu. 

Adel pun ikut terkekeh mendengarnya, "Ya, aku juga nggak nyangka kalau kamu bakalan jadi pasangan hidup aku." Lalu Adel mengecup pipi Ashel dan membawanya ke pelukan. 

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, mereka berdua memutuskan untuk pulang ke rumah. Dalam perjalanan, mereka sesekali mengobrol dan ditemani oleh musik di dalam mobil.

Lampu berubah menjadi merah, memaksa Adel untuk berhenti sejenak menunggu lampu berubah warna. Adel mengedarkan pandangannya ke segala arah. Betapa terkejutnya dia saat melihat orang yang sangat ia kenali berada di sekitarnya, lagi.

Di seberang sana, dia orang sedang berbicara sedikit serius. Tak sempat melihat lebih lama, lampu kini sudah berubah menjadi warna hijau. Mengharuskan Adel untuk melajukan mobilnya.

Dengan suasana hati yang tak menentu, Adel melanjutkan perjalanannya hingga sampai di rumah dengan selamat.










Setelah mendapatkan pesan dari Aldo, Feni bergegas memanggil Gracio dan juga Shani. Berkumpul di ruang tengah untuk membahas rencana mereka. Bisa Feni simpulkan bahwa Aldo mengemasi barang barangnya untuk terbang kembali ke Indonesia.

"Jadi orang itu udah balik ke sini lagi?." Gracio menghembuskan nafasnya berat. Jika tau akan berakhir seperti ini, ia tak perlu repot repot mengirim suruhannya hingga ke negeri sana. Cukup duduk manis menunggu kedatangannya.

"Kayaknya sih gitu, soalnya Aldo kirim pap kalau dia lagi beres beres." Dengan cepat Feni menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Apakah ada perkataan Feni yang salah?.

Gracio mengerutkan keningnya, berbeda dengan Shani yang menyunggingkan senyumnya.

"Kok bisa ngirim pap segala?." Feni kelu, tak tau harus mengatakan apa. Gugup, sudah pasti. Feni tak ingin di pikir buruk oleh Gracio.

"Eumm..."

"Kami pulang," Sungguh Feni sangat beruntung memiliki Adel sebagai penyelamat hidupnya. Tanpa kedatangannya, Feni akan terjebak terus menerus di pertanyaan Gracio.

"Eh udah pulang." Shani menepuk sofa sebelah dirinya. Mengajak kedua anak itu untuk duduk.

"Ada apa?, kok tumben kalian kumpul di sini?." Adel melihat ampas kopi di dalam gelas di depannya. Dengan remahan remahan camilan yang menghiasi nampan tersebut.

"Oh iya mi!." Kejut Adel dan langsung mendapat atensi dari semua orang yang ada di sana.

"Aku liat orang itu lagi. Di lampu merah." Feni membulatkan matanya, begitu juga dengan Gracio dan Shani.










"Jadi orang yang ngincer perusahaan itu kamu sendiri Del?." Feni, Shani dan juga Gracio akhirnya sepakat untuk menceritakan rencana mereka bertiga. Dengan mengutus orang suruhannya untuk terbang ke luar negeri. Menghancurkannya di sana.

Namun mereka bertiga lebih terkejut, karena yang sedang mengincar perusahaan itu adalah Adel sendiri. Yang di mana ini akan semakin menguntungkan mereka.

"Kok kalian nggak ada bilang rencana ini sih. Kalau gitu kan aku ikut." Gracio dan juga Shani kompak menunjuk ke arah Feni. Feni pun terkekeh dan mengelus tengkuknya.

"Ya kan rencananya ini bakal jadi hadiah pernikahan kamu Del." Adel menggeleng, tak menyangka maminya melakukan semua ini. Tapi tak apa, sudah kepalang tanggung jadi di lanjut aja.

"Nanti malam suruhan papi sampai di sini. Bakal papi suruh kumpul di sini." Setelah mengatakan itu, semuanya kembali lagi ke kegiatan masing masing. Dengan Adel dan Ashel yang kembali ke kamar untuk membersihkan diri. Sedangkan para orang tua masih mengobrol santai di ruang tengah.

T A K D I R [DELSHEL] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang