Azizi yang masih setengah sadar di bopong masuk oleh Marsha. Terlihat Marsha yang sedikit kesulitan mengendalikan langkahnya. Beberapa kali menyeka keringat yang menumpuk di dahi. "Astaga, berat banget." Berbeda dengan Ashel yang mengatakan bahwa Adel ringan. Marsha membanting tubuh Azizi di sofa yang empuk.
Karena Azizi yang mencengkram kuat baju Marsha, membuat Marsha ikut tertarik dan menimpa tubuh Azizi. Marsha merasa sedikit sakit saat tubuhnya menimpa Zee.
Marsha hendak berdiri namun di tahan oleh Zee. Ia ditarik lalu di dekap dengan erat. Zee mengunci pinggul Marsha dengan kedua kakinya. Kedua tangannya mengalung sempurna di leher Marsha.
"Diem di sini Sha, temenin aku." Azizi menarik tengkuk Marsha lalu menenggelamkan kepalanya di leher Marsha. Sedikit memberikan sentuhan kecil dengan ujung hidungnya.
"Sshhh Zee, geli." Marsha sekuat tenaga menahannya. Karena ingin lepas pun tidak bisa. "Ahh Zee!." Marsha sedikit berteriak, merasakan lehernya yang di gigit. Zee terus mengecup dan menggigit leher Marsha, tangannya tak tinggal diam. Ia mengelus elus punggung Marsha secara sensual.
Berusaha membuai gadisnya agar mengikuti permainannya. Marsha yang tak ingin memiliki bercak merah sendiri pun memulai permainannya. "This is the real game baby." Zee sedikit merinding dibuatnya.
"Nghhh Shaa, pelan-pelan." Marsha secara beringas menerjang bibir serta leher jenjang Zee. Mengecupnya dan berusaha meninggalkan jejak disana.
"Salah gak sih kalau kita biarin?." Kathrina tak mengalihkan perhatiannya. Gito tampak berpikir, "Di diemin salah, apalagi di ganggu," Namun terdengar masuk akal di benak Kathrina.
"Kamu mau main juga nggak?." Kathrina tak bergeming, melihat ganasnya Marsha jika sudah di atas Zee. Gito menarik pinggang Kathrina agar menempel padanya. "Hey, kalau mau bilang dong." Gito sadar arah tatapan Kathrina yang terkunci pada adegan panas tersebut. Kini terlihat pipinya yang mulai memerah.
"Aaaa Gito, jangan lari nanti jatuh." Kathrina semakin mengeratkan pelukannya di leher Gito. Gito menggendongnya dengan sedikit berlari.
Gito masuk ke dalam unit hotelnya, mengunci pintu lalu membawa Kathrina mendekat ke ranjang. "Mandi aja yuk, badan aku lengket banget." Gito tampak merasakan tubuhnya, tercium bau alkohol yang sedikit menyengat. Ia pun mengangguk.
Gito menggendong Kathrina hingga ke kamar mandi, menurunkan Kathrina untuk melepas pakaian.
Keduanya sudah melepas pakaiannya, Gito mengajak Kathrina untuk berendam di dalam bathtub.
Gito masuk terlebih dahulu, dimana sudah berisi air hangat di dalamnya. Kemudian ia menarik Kathrina secara lembut. Menuntunnya untuk duduk membelakangi dirinya.
Dengan leluasa Gito dapat memeluk Kathrina dari belakang. Membasahi tubuh kekasihnya lalu menyabuninya. Sedikit elusan hingga ke lekukan tubuhnya.
Setelah merata, Kathrina membalikkan tubuhnya berniat ingin menyabuni Gito juga. "Ya boleh deh, tapi jangan mancing ya?." Kathrina pun hanya terkekeh menanggapinya.
Kathrina mulai menyentuh area dada bidang Gito. Berputar disana meratakan sabun. Lalu perlahan turun, menyentuh roti sobek yang di miliki Gito. Ia tersenyum melakukan hal tersebut.
Singkatnya mereka berdua sudah usai menyabuni pasangan mereka. Sedikit mengambil air lalu mengguyur tubuh keduanya. "Ah hangat banget." Merasakan guyuran air itu membasahi kulitnya.
Gito melirik jam yang ada di atas nakas. Menunjukkan pukul dua dini hari. Dirinya lantas meletakkan handuknya lalu memakai pakaian nya, begitu pun dengan Kathrin.
"Kita tidur aja ya, gausah kayak mereka." Kathrina pun mengangguk. Naik ke atas ranjang lalu mencari posisi yang nyaman sembari memeluk Gito. Mereka berdua mendengar sayup-sayup suara teman mereka. Tapi mereka memutuskan untuk acuh saja.
"Besok pasti ada gaya jalan yang baru." Kathrina yang sudah memejamkan mata sontak terkekeh mendengar celetukan Gito.
"Seenggaknya besok mereka masih bisa jalan lah." Kini Gito yang di buat terkekeh.
Seakan sebagai penghantar tidur, suara tersebut perlahan membawa mereka ke alam mimpi. Dan semoga bunga mimpi tak searah dengan apa yang mereka dengarkan saat ini.
Jarum jam hampir menyentuh angka 6, suara mereka tak lagi terdengar. Lantunan jangkrik malam pun kian menghilang, seakan di telan sang mentari yang menunjukkan kegagahannya. Namun kegagahan dari sang mentari tak mampu menarik beberapa orang yang ada di alam mimpi mereka. Alam mimpi yang begitu sempurna membuat mereka yang berada di dalamnya enggan mengembalikan kesadaran mereka.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
T A K D I R [DELSHEL] END
RomansaDengan siapa kita sekarang merangkai komitmen, bukan berarti komitmen itu akan selalu berdiri teguh. Jangankan berpacaran, orang yang sudah menikah pun bisa berpisah karena masalah yang tidak bisa di selesaikan. Jalani lah hubungan yang saat ini k...