Dengan sekejap air mata Callie sudah membasahi pipinya yang gembul. Ia tak mungkin salah lihat di pagi buta seperti ini. Lagipula ia sudah mencuci muka tadi.
Melihat wanita itu, seratus persen Callie yakin bahwa itu adalah maminya. Tidak mungkin seorang anak bisa melupakan sosok maminya dengan cepat.
Karena rasa rindu yang amat sangat menyiksa, terpaksa Callie berlari dengan sangat kencang dan menubrukkan tubuhnya ke arah wanita itu.
"Mami..." Callie menangis sembari mendekap tubuh wanita itu.
Wanita itu tentu saja terkejut bukan main. Mendapat pelukan di pagi buta dengan panggilan mami mengiringi pelukan tersebut.
Perasaan senang bercampur sedih tentu di rasakan wanita itu. Ibu mana yang tidak senang melihat anaknya yang sekarang berada di depan matanya. Tubuh dengan sehat dan menjadi gadis yang amat cantik.
Ya, Callie tidak salah orang. Wanita di depannya ini adalah Ashel, mamanya sendiri. Ashel yang sama rindunya langsung mendekap tubuh anaknya kuat kuat. Ia tak ingin menyia nyiakan kesempatan ini.
Ashel langsung menarik Callie untuk masuk ke dalam rumahnya. Mengajak Callie untuk duduk di sofanya.
"Hiks... Mami kenapa ninggalin aku?! Mami bohong! Mami pergi tapi bilangnya mau kerja."
Apakah Adel yang memberitahu semuanya? Pikir Ashel.
"Aku tau sendiri, papi juga kesepian dan setiap aku tanya dia selalu bilang mami kerja." Callie menenggelamkan wajahnya di ceruk leher maminya.
"Iya sayang, maafin mami ya."
Ashel tak bisa untuk meneruskan alibinya. Anaknya tahu dengan sendirinya.
"Tapi kenapa kamu bisa ke sini?"
"Aku ke sini sama papi karena mau liburan."
"Terus papinya di mana?"
"Aku tinggal di rumah, itu rumah sewaan aku." Callie menunjuk rumahnya yang berada cukup jauh dari rumah maminya. Namun masih terlihat dari sini. Ashel hanya mengiyakan jawaban anaknya.
°°°
"TOLONG! TOLONG! ADA MALING!!"
Callie dan Ashel yang masih asyik berpelukan dari tadi pun terkejut. Callie langsung mengalungkan kedua kakinya di pinggang Ashel. Dengan terpaksa Ashel berdiri dengan menggendong anaknya.
Memeriksa keadaan di luar rumahnya. Ia mengenali suara teriakan itu milik anak angkatnya yang bernama Ella.
Ella adalah seorang anak yatim piatu yang Ashel temui di desa ini. Rumah yang Ashel tinggali saat ini juga milik Ella. Ella meminta Ashel untuk tinggal bersama dirinya. Karena Ella yang selalu merasa kesepian dan Ashel dengan keadaan sendirinya.
Jadilah Ashel yang menganggap Ella seperti anaknya sendiri.
"Callie?" Lirih Adel.
"Ashel?" ujarnya semakin lirih dengan sedikit bergetar.
Tentu Adel kaget melihat istrinya sekaligus ibu dari Callie berada di depannya. Dengan Callie yang berada di gendongannya.
Oh astaga. Rasanya Adel tak kuat menyaksikan hal di depan matanya ini.
Singkatnya, Adel mengucapkan terimakasih kepada pak Gito karena sudah membantunya untuk mencari Callie.
"Sudah tidak apa apa pak. Saya mengerti keresahan bapak kok."
Adel merogoh kantong celana bagian belakangnya. Mengambil beberapa lembar uang berwarna merah dan meletakkan nya di tangan pak Gito.
"Loh tidak usah pak. Saya ikhlas membantu kok." ujarnya tak enak hati dengan menerima nominal uang yang cukup besar.
"Iya tidak apa pak. Saya juga iklhas memberikannya." jawab Adel dengan rendah hati.
Dengan begitu, terpaksa pak Gito menerimanya. Ia mengucapkan banyak banyak terimakasih kepada Adel. Pak Gito menutup pesan jika Adel membutuhkan sesuatu di desa ini, Adel bisa kapan saja datang kerumahnya.
Kini punggung pak Gito sudah tak terlihat lagi. Adel kembali membalikkan badan menatap dua wanita yang paling ia kasihi.
Terlihat Callie yang masih berada di gendongan Ashel. Adel menatap sorot mata Ashel yang sedikit sendu. Adel melihat banyak kesedihan dan penderitaan di sana.
"Permisi anda ini siapa ya? Ini rumah saya dengan ibu saya."
Adel terkejut. Begitu pula dengan Callie yang berada di gendongan Ashel.
Ibu? Anak itu mengaku jika Ashel adalah ibunya?
"Ayo kalian semua masuk dulu. Kita bahas di dalam saja." Belum juga Adel sempat bertanya lebih jauh. Ashel menyeret nya untuk masuk dan berbicara di dalam.
Mentari pagi yang mulai menampakkan dirinya. Mengawali pertemuan Adel dan Ashel di sebuah desa wisata. Bertemu dengan kondisi sosial dan ekonomi yang terbilang terpaut cukup jauh.
Namun, kita harus mengingat bahwa Ashel pergi tidak dengan surat cerai di tangannya. Jadi, hingga saat ini Ashel masih menyandang status sebagai istri Adel.
Walaupun nantinya Ashel mengaku memiliki anak bersama pria lain, Adel sudah memantapkan hati kecilnya. Tidak boleh menangis apalagi ada anak tercinta berada di sampingnya.
Dengan kembalinya Ella dari pasar, Ashel langsung menanyakan nasi dan memasak lauk untuk mereka makan. Ashel ingin mengajak Adel dan Callie untuk makan bersama.
Tapi sebelum itu, Ashel membuat teh untuk mereka berempat.
"Ella, tolong kamu antarkan ke depan ya nak. Temani mereka di sana sebentar." Ella yang sedang mencuci sayuran pun mengangguk.
Meraih nampan yang berisi empat teh dan beberapa camilan. "Tapi ibu cepet nyusul ke depan ya, aku malu kalau sendiri." ujar Ella yang tak begitu akrab dengan orang baru.
"Iya sayang."
Adel dan Callie pun melihat Ella yang datang dari arah dapur dengan nampan di tangannya. Ella meletakkan itu di meja di depan mereka.
"Silahkan pak, kak, minumannya." Ella menurunkan satu per satu gelas tersebut. Tak lupa dengan camilannya juga.
Ella tak kembali ke belakang. Ia ikut duduk bersama Adel dan Callie.
Adel yang melihat gelagat aneh dari anak di depannya pun beranjak, duduk di sebelahnya.
"Nama kamu siapa?" Adel tampak menatap wajah Ella dari samping. Menelisik wajah Ashel di dalam sana. Namun tidak ada kesamaan yang signifikan dari wajah mereka.
"Eum, nama aku Ella om."
"Oh Ella, kenalin nama om, Adel." Adel dan Ella saling berjabat tangan untuk berkenalan.
Ella melirik sekilas, "Mata dia cantik sekali," gumam Ella dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
T A K D I R [DELSHEL] END
RomansaDengan siapa kita sekarang merangkai komitmen, bukan berarti komitmen itu akan selalu berdiri teguh. Jangankan berpacaran, orang yang sudah menikah pun bisa berpisah karena masalah yang tidak bisa di selesaikan. Jalani lah hubungan yang saat ini k...