Callie yang melihat ayahnya sedang berkenalan pun merasa tertarik. Tapi tidak berani, karena masih malu.
Adel yang tanggap pun langsung meraih tangan anaknya dan di arahkan ke depan Ella. Callie di beri isyarat untuk mengatakan sesuatu.
"Ah, eum, ini. Apa namanya..." "Kenalin namaku Callie," Ella mengangguk dan membalas uluran tangan callie. "Aku Ellaa." Callie sempat terpaku sepersekian detik saat melihat senyum Ella yang begitu manis.
Tangan mereka pun belum terlepas sama sekali karena Callie yang masih menggenggamnya. Ella pun merasa sedikit kikuk karena ditatap dengan mata indah tersebut.
"Kalian lagi pada ngapain?" Suara Ashel datang dari arah dapur. Membuyarkan tatapan Callie ada Ella. Callie juga melepas genggaman tangannya dan melihat ke arah maminya.
Terlihat maminya yang sedang membawa makanan ke arah mereka.
"Sini mi, biar Callie bantu," "Ella juga mau bantu." Ashel tersenyum dan mengajak mereka berdua untuk ke belakang. Karena memang Ashel harus mondar mandir untuk membawa semuanya. Adel hanya diam menyaksikan interaksi anaknya dan maminya.
Callie memimpin perjalanan dengan membawa nasi. Lalu diikuti oleh Ella yang sedang membawa sayur yang sudah matang. Dan Ashel yang paling belakang membawa piring dan daging.
Untuk air sendiri tidak ikut dibawa ke depan, supaya tidak repot aja.
"Tehnya udah di minum kan? Yuk kita sarapan bareng." ajak Ashel setelah meletakkan piringnya.
Callie dan juga Adel langsung meraih gelas mereka masing masing dan meneguknya hingga tandas. Terlihat seperti orang yang tengah kehausan.
Lalu Callie meraih dua gelas lainnya dan membawanya duduk bersama di bawah. Yang sudah beralaskan karpet.
"Ini punya mami dan ini punya Ella." Callie meletakkan teh tersebut di depan Ashel dan juga Ella. Ella mengucapkan terimakasih dan meminum tehnya. Ah enak sekali.
Manis, batin Ella, setelah menegak teh tersebut. Tatapannya tidak lepas dari wajah Callie.
Ashel juga melakukan hal yang sama. Namun pandangannya tak lepas dari Adel yang juga tengah menatapnya. Ashel merasakan hangat dua kali. Ingin rasanya menghamburkan pelukan namun urung karena ada anak anak.
Adel sedikit mengelus lengannya. Ia merasakan dingin karena tak memakai baju yang sedikit tebal. Berbeda dengan Callie yang sepertinya tidak merasa kedinginan. Anak itu tengah asyik memainkan gawainya.
"Gimana? Mau sarapan sekarang?" Mereka berempat bersitatap dan mengangguk.
Ashel mulai membagikan satu per satu piringnya. Lalu Callie mulai menyendokkan nasi secukupnya ke piringnya. Lalu disusul oleh yang lain.
Mereka semua menikmati sarapan mereka. Bukan lagi masalah makanan yang mahal dan tempat yang mewah, melainkan kebersamaan keluarga seperti ini yang mereka inginkan.
°°°
Begitu banyak pertanyaan yang timbul dibenak Adel. Setelah mereka selesai sarapan dan merapikan semuanya, mereka kembali mendudukkan diri. Adel menatap Ashel, meminta untuk berbicara empat mata.
"Ella," panggil Ashel. "Ajak Callie main dulu ya, kemana aja boleh asalkan kamu jagain Callie-nya. Ibu mau bicara sebentar."
Ella pun paham dan mengajak Callie untuk keluar. Sekalian berkeliling melihat desa ini, begitu pikir Ella. Callie pun tak menolak dan mengikuti langkah Ella karena tangan kanannya yang di genggam erat.
Mereka berdua berjalan dengan perlahan. Matahari yang mulai meninggi tak membuat mereka berdua kepanasan. Nampak suasana hati mereka membaik saat pipi mereka terkena bias matahari.
Ella mengajak Callie untuk pergi taman wisata yang berada di dekat sana. Ella baru menyadari bahwa Callie ini adalah gadis yang mengikuti dirinya pada saat mengangkat ibunya yang pingsan.
Ya Ella ingat. Ia kala itu melihat Callie di sana.
Kembali ke dalam rumah yang kini tersisa hanya Adel dan juga Ashel. Mereka berdua memutuskan untuk duduk kembali di atas sofa.
Adel menatap tajam ke arah Ashel yang sedang memainkan ujung bajunya. Tidak ada yang ingin memulai percakapan.
Begitu banyaknya pertanyaan yang ada hingga Adel bingung harus menanyakan yang mana.
"Del?"
Adel langsung menoleh dan meraih tubuh Ashel yang lebih kecil dibandingkan tubuhnya. Daster yang sedikit lusuh tidak dapat mengurangi kecantikan Ashel.
Adel meletakkan tubuh Ashel di atas pangkuannya. Menatap wajah sang empu yang terlihat sedikit tirus dengan bibir yang sedikit pucat.
Adel merengkuh dan mendekapnya dengan erat. Akhirnya Adel bisa merasakan pelukan hangat ini setelah beberapa tahun menghilang. Adel berjanji tidak akan melepaskan Ashel begitu saja.
"Kamu tau baby, aku kangen banget sama kamu. Tapi aku nggak tau harus cari kamu kemana." ujar Adel dalam pelukannya.
"Ya aku juga. Tapi aku nggak mau bikin posisi kalian jadi bahaya." Adel meremas daster bagian belakang Ashel.
Adel masih tidak mengerti tentang ucapan Ashel kala itu hingga saat ini.
"Please, sekarang kita udah ketemu. Jangan main tebak tebakan lagi sama aku."
Ashel melingkarkan kedua tangannya di leher Adel. Meletakkan pipinya di pucuk kepala Adel. Ingatan Ashel kembali terlempar beberapa tahun yang lalu. Awal mula Ashel yang meninggalkan rumah.
Ashel juga kurang paham dengan maksud orang tersebut. Orang itu sepertinya hanya menginginkan Ashel dan Adel untuk berpisah. Tidak ada yang dilakukan orang tersebut, baik kepada Ashel maupun Adel dan Callie.
"Yaudah deh! Kalau kamu nggak mau jawab! Tapi tolong bilang kalau Ella itu bukan anak kandung kamu kan?!!"
Gak terasa udah part ke sekian! Dan gak nyangka masih ada yang baca. Padahal kan karakter utamanya udah grad.
Jadi tetep tungguin terus ya!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
T A K D I R [DELSHEL] END
RomanceDengan siapa kita sekarang merangkai komitmen, bukan berarti komitmen itu akan selalu berdiri teguh. Jangankan berpacaran, orang yang sudah menikah pun bisa berpisah karena masalah yang tidak bisa di selesaikan. Jalani lah hubungan yang saat ini k...