Part 63

3K 186 5
                                    

Jinan masih tidak menyangka dengan apa yang ia alami. Mempercayakan semuanya pada orang yang sekiranya bisa di percaya namun di hianati di tengah jalan.

Jinan mulai menyesali telah mempercayai seseorang secepat itu. Bahkan tak menimbulkan kecurigaan yang berlebih.

Bagaimana bisa percaya dengan orang yang wajahnya mirip dengan mantan kekasihnya?. Dengan dalih hilang ingatan, seharusnya Jinan tak percaya begitu saja. Tapi apa boleh buat, dirinya dan Cindy sudah terikat tak berdaya di sini.

Menunggu dirinya yang akan di adili.





"Gimana, sudah puas menghindarnya?." Wanita yang berada di belakang tubuh Aldo mulai bersuara. Perlahan memperlihatkan wujudnya pada Cindy dan Jinan.

"Tante Feni?,"

"Tan, maafin kita. Kita terpaksa ngelakuin itu karena kebutuhan kita yang menipis." Jinan mulai berbicara, membeberkan tujuannya melakukan hal tak terpuji itu.

Feni pun mengirim pesan di grupnya untuk semua orang turun termasuk Adel dan Ashel.

Tak lama, mulai lah terdengar langkah kaki yang mendekat ke arah mereka.

"Hallo Jinan."

Jinan dan Cindy semakin dibuat menganga. Bagaimana tidak, ia melihat dua orang yang memiliki kemiripan wajah dalam versi perempuan dan laki laki. Bagaimana bisa?, apa mereka operasi hanya untuk rencana ini.

"Aku Adel, masih inget kan?." Jinan menggeleng tanda tak terima. 

"Apaan!, bukannya Adel yang ini?." Tunjuk Jinan dengan dagunya ke arah Aldo.

"Loh, bukannya saya sudah memperkenalkan diri sebagai Aldo ya?."

Jinan diam tak bergeming. Pikirannya bercabang dan berkecamuk. Memikirkan hal yang terlalu cepat ini.

"Mami aku yang bakal urusin kalian di sini, jadi tenang aja." Adel menggeser sedikit tubuhnya agar maminya bisa berjalan ke depan.elipat kedua tangannya di depan dada dengan raut wajah datar.

"Oh iya," Aldo berucap, mengambil berkas yang ia letakkan di atas meja dekat sana. "Ini Feni."

Feni pun menerimanya dan mulai membuka berkas tersebut. Senyumnya mulai mengembang lalu berbalik badan dan langsung memeluk Aldo. Ia tak peduli dengan reaksi yang ditimbulkan semua orang di sana.

Feni berterimakasih karena telah menemukan berkas pindah tangan dan pergantian nama perusahaan tersebut.

"Astaga Aldo, makasi banyak yaa."

Aldo tersenyum dan membalas pelukan Feni.

"Kalian di sini dulu, kita semua masih ada urusan." Mereka semua naik satu per satu kembali ke permukaan. Meninggalkan Jinan dan Cindy di bawah sana. Mungkin nanti sore Feni akan kembali sembari membawakan makanan untuk mereka.

Setidaknya Feni masih baik hati dalam hal ini.











Ternyata rencana mereka mengalami sedikit perubahan. Mereka memutuskan untuk tetap mengurung dua orang itu di bawah sedangkan pernikahan Adel dan Ashel akan segera digelar.

Tentu saja setelah pengurusan surat dan lain lain, kini perusahaan itu jatuh kembali ke tangan Adel.

Sesekali mereka akan berkunjung ke bawah sekedar untuk memberi makan ataupun menyiksanya. Maafkan mereka yang mendadak menjadi psikopat.


•••


Senyum dari orang tua Ashel dan juga Adel tak dapat di tutupi lagi. Anak anak mereka kini sudah resmi menikah dan memiliki kehidupannya sendiri. Memang sebagai orang tua pasti berat melepaskan anaknya, namun mereka bisa apa. Selagi mereka bahagia dan baik baik saja tak ada yang perlu di pikirkan.

Mereka semua sibuk melayani tamu tamu yang datang satu per satu. Memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai. Memasukkan amplop ke dalam kotak yang sudah di sediakan.

"Huft,"

Tak terasa acara pun sudah selesai. Adel melirik jam yang melingkar di pergelangannya. Sudah menunjukkan waktu tengah malam.

Lalu perhatiannya teralihkan lagi ke arah wanita yang sedang kesulitan membuka gaunnya.

"Bilang dong kalau kamu nggak bisa buka," Ashel pun hanya tersenyum dan diam. Membiarkan tangan Adel menurunkan resleting gaunnya.

Tampak Adel yang selalu terpesona melihat tubuh pasangannya yang mulus itu. Namun sebisa mungkin Adel menjauhkan pikirannya tersebut karena tak ingin Ashel atau anak yang di dalam kandungan menjadi terganggu.

Adel memiliki pengetahuan jika umur kandungan masih tergolong muda, maka jangan melakukan hubungan badan terlebih dahulu. Nanti jika usia kandungan sudah menginjak lima sampai enam bulan baru boleh melakukannya.

Setau Adel sih gitu, kalau salah mohon dikoreksi ya.

"Kamu mau mandi lagi Cel?." Ashel menggeleng. Ia memilih untuk membersihkan make up nya saja setelah itu mencuci muka. Malas katanya kalau harus mandi lagi.

Adel pun sama, ia hanya menggosok giginya dan membasuh muka. Lalu merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk. Menunggu Ashel yang masih membersihkan make up.

"Good night baby," Adel mengecup kening istrinya dengan sayang, lalu tangannya terulur mengelus perut Ashel.

T A K D I R [DELSHEL] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang