Chapter 5 : Strategi adu domba

101 7 3
                                    

Gemericik air mancur menjadi melodi tersendiri bagi pemuja teknik meditasi. Rumput-rumput hijau yang mulai layu akibat lama tak menegak air sama sekali tidak mengurangi eksistensi taman utama Berdikari. Taman seluas setengah hektar itu ditanami macam-macam pohon hias. Dari yang ditanam di pot seperti bunga mawar sampai ditanam langsung seperti pisang kipas. Udara disana pun terasa sejuk belum tercemar sebab, para OSIS selalu rajin memberi denda bagi yang membuang sampah sembarang. Apalagi sampai merokok dilingkungan sekolahan.

Namun sayangnya kepulan asap tebal berasal dari Vape yang sengaja dihembuskan kuat-kuat mampu menciptakan polusi udara. Keadaan masih gelap, fajar bahkan belum menyingsing. Jay, anggota dari Benthala menghisap Vape nya kembali lalu dihembuskan perlahan.

"Begitu rupanya."

Dia manggut-manggut setelah mendengar rencana yang dibeberkan anggotanya.

"Lo udah bekerja dengan baik, Sunoo."

Sunoo, sang Spy Benthala tersenyum senang. Baginya mendapat rahasia dari lawan adalah bentuk kepuasan tersendiri.

"Ada rencana untuk kedepannya?"

Jay sekali lagi menghembuskan asap, "kita butuh Heeseung untuk menyusun rencana. Tapi gue rasa, gue punya rencana yang bagus."

Netra Suno berbinar takjub, "apa itu?"

Bibir tipis itu tersungging senyum sinis, "kita gunakan strategi adu domba."

|•••|

Renjun membelalakkan matanya ketika membuka pintu dan disambut markas mereka seperti kapal pecah. Kipas angin berdiri disudut ruang telah terpisah kepala dan kakinya. Bantal sofa terlempar kemana-mana. Meja kayu yang awalnya dipenuhi camilan dan buah-buahan tergolek remuk dilantai. Sementara buah-buahan seperti jeruk terpijak peyot dan meninggalkan bekas telapak kaki.

"HOOII ULAH SIAPA INI??!!" Teriaknya sekuat tenaga.

"HAECHAN!!!!"

Hanya nama itu yang terlintas setelah melihat kekacauan. Kakinya menghentak penuh dendam mencari ke segala penjuru.

"DIMANA LO??!!"

Tepat ketika dia mencari dikolong sofa, Haechan berdiri mematung didepan pintu mencangklong tasnya, "Lo cari apa? Kenapa sampai berantakan begini?"

Sama sekali tak merasakan aura kelam disudut ruangan, dia justru memungut apel yang menggelinding disamping pintu. Dengan santainya dia mengusapkan pada seragam putihnya sebelum memakannya.

"Serius deh, Lo cari apa? Kenapa sampai hek--"

Lehernya dicekik kuat oleh Renjun, apel ditangannya sampai terlepas dan kembali menggelinding. Dia yang baru tiba semakin bingung dibuatnya.

"Woi lepas!"

"Seharusnya gue yang bertanya Lee Haechan. Kenapa tempat ini sampai sehancur ini?" bisiknya horor.

Belum sempat menjawab mereka dikejutkan dengan suara benda terjatuh didepan rumah. Mereka segera berlari keluar, tetap waspada kalau-kalau musuh yang menyerang.

Benar juga, jangan-jangan musuh?!

Renjun mengawasi sekitar sementara Haechan mendekat ke semak-semak. "Ada apa disana?" tanya Renjun was-was.

Nabastala vs Benthala [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang