Chapter 24 : The past [2]

19 3 0
                                    

Hari itu penerimaan peserta didik baru telah dibuka didukung ijazah yang telah dibagikan, Jake menaruh mimpinya lewat SMA Unggulan Berdikari. Sekolah favorit dengan akreditasi A+ berbasis sains yang menjadi minatnya. Waktu itu usia Jake masih dipenuhi rasa penasaran tinggi. Dengan diberi kesempatan berkeliling satu sekolah, Jake dengan berani berkelana seorang diri. Benar-benar mengelilingi satu sekolah mesti sekolah itu luasnya melebihi stadion.

Mungkin karena ujian telah selesai kelas-kelas terlihat sepi, sebagian besar dari mereka mengikuti class meeting yang dilakukan outdoor sisanya lebih memilih mendekam di asrama. Langkahnya melambung-lambung begitu berjumpa dengan laboratorium.

BRAK

Orang-orang yang berada didalam terdiam dengan netra memicing tajam pada Jake. Begitu pula Jake yang membatu diambang pintu. Sebuah tali tambang menggantung tak jauh dari pintu dengan seseorang yang menggantung terjerat diatas. Iris matanya melebar mengeluarkan suara seakan tercekik. Anehnya orang-orang disana hanya diam menyaksikan seolah menikmati nyawa orang itu ditarik secara perlahan.

Jake melangkah mundur perlahan. Situasi tak normal seperti seharusnya ini, "mau kemana Lo?"

Tubuh Jake didorong masuk kedalam lalu pintunya kembali ditutup, dijaga oleh orang luar. Badan Jake bergetar ketakutan tidak ada orang lain diluar yang bisa dia mintai tolong. Siapa dan mengapa mereka melakukannya, Jake tak mengerti. Satu hal yang dia lakukan yang dia sesali dikemudian hari, menyelamatkan orang itu.

"Uhuk-uhuk,"

Sosok itu ditarik menjauh dengan mengumpulkan keberanian Jake berteriak lantang, "siapa kalian? Kenapa kalian melakukan ini?"

"Lo tanya siapa? Gue?"

Salah seorang disana bertingkah kebingungan lalu menyeringai lebar, "Sunoo cari tahu identitas dia," titahnya seenak jidat.

Namun Sunoo sendiri tak keberatan mengutak-atik gawainya kemudian tersenyum puas setelah menemukan apa yang dia mau. "Shim Jake, 14 tahun, golongan darah O. Siswa baru tahun ini, lulusan SMP Nusa dengan nilai akhir 4,0. Si jenius yang suka dengan fisika dan olahraga."

Jake membisu ditempat terlampau shock dengan kejadian yang baru saja terjadi belum termasuk identitas yang baru saja dikuak oleh Sunoo. Jake siswa yang cerdas ia sendiri mengakui disaat ancaman besar muncul dan mengepung dia masih terlihat santai meski raut wajahnya terlihat serius mendeteksi mara bahaya.

"Kau punya saudara rupanya. Dia tinggal di Aussie bukan? Bagaimana jika anggota kami yang ada disana menemui saudara mu? Sebagai balasan adiknya telah mengacau disini, mungkin nyawa taruhannya." Sunoo tergelak sendiri, "tenang saja jantungnya akan ku kirim kan padamu untuk kenang-kenangan."

"Tidak perlu Sunoo." Sosok yang hampir mati terjerat berhasil mengumpulkan kesadarannya berdiri sempoyongan dibelakang Jake yang berusaha melindunginya.

"Kebetulan kita sedang butuh anggota baru, Jake. Bergabunglah bersama kami sebelum jantung mu dicabut paksa dari tempat semestinya." Dia menyeringai mencengkeram lengan Jake yang dibantu sosok lain disana.

"Siapa kalian ini? Kenapa? Lepaskan aku!"

"Leader butuh jiwa yang tenang untuk menggantikan nya. Bawa dia ke markas."

"Sebelum itu, Jay, kemari lah!"

BUAK

Pukulan telak diterima oleh Jay, "balasan telah menuduh ku."

Kali ini tendangan dia layangkan menuju kepalanya, "dan telah menggantung ku."

"Ingat Jay, orang tua mu berada dibawah pengawasan Benthala, jangan berani-beraninya kau berbuat ulah."

Dibelakangnya Jake melakukan perlawan semampunya meski jumlah mereka lebih banyak, dia tidak mau berakhir mati konyol dengan keadaan pasrah. Menjauhi tubuh Jay yang terkapar sosok itu mendekati Jake dan mencekik lehernya. "Terimakasih telah menyelamatkan aku Jake. Tapi kau benar-benar naif, kau salah telah menyelamatkan monster ini Jake. Heeseung, panggil aku begitu."

Setelahnya tubuh Jake disiksa begitu melawan. Dari matahari masih bersinar sampai meredup diganti cahaya bulan Jake masih berusaha memberontak membuatnya terus menerus mendapat balasan yang lebih kejam. Sampai pemimpin Benthala datang dan membawa Jake ke tengah lapang, diseret dan dikelilingi obor seperti ritual-ritual sebelumnya.

"Bawalah neraka ini disisa hidup mu Jake."

Teriakan memilukan terdengar menggelegar. Ilmu ghaib yang terus diajarkan turun-temurun kembali diturunkan pada Jake, siswa baru Berdikari yang tak tahu apa-apa. Sorak-sorai tawa mengelilingi tubuhnya, lolongan anjing terdengar silih berganti, dedaunan tersapu angin berbisik ditelinga nya. Entah mengapa indra pendengarannya jauh lebih tajam dari biasanya. Namun kedua kelompok matanya masih terpejam erat enggan terbuka. Sampai tubuh Jake hilang keseimbangan dan jatuh tengkurap dibawah sang rembulan.

|••••|

Sunoo menutup mulutnya dengan tangan, sepasang manik nya menatap tak percaya pertarungan didepan sana. Dimana Chenle melayangkan belatinya membabi buta ke arah Jake yang menerima setiap luka baru ditubuhnya. Bahkan tangan kosongnya dengan berani menangkap belahan besi itu hingga menggores telapak tangannya. Darah segar kembali menetes namun Chenle enggan menyadari perbuatannya. Ini demi kebaikan mereka semua.

"Eh itu bang Heeseung bukan sih?" seru Niki berlari menghampiri kakak kelasnya yang terbujur penuh luka. Sunghoon mengikuti langkah Niki dengan perasaan yang tak lagi damai. Jelas ini sesuatu yang besar.

"Heeseung!" Lita turut mendekat memeriksa nadi pemuda itu. Tingkahnya membuat Angel merasakan firasat buruk. "Ini gawat, cepat bawa ke rumah sakit!"

Pernyataannya Lita semakin memperkeruh keadaan. Jungwon berlari mendekat mencoba mencari tahu setitik petunjuk yang semoga menjadi akhir perjalanan mereka.

Sunoo bergeming ditempatnya. Semua ini salahnya. Andai dia tak memberikan informasi tentang Jake, mungkin pemuda itu dapat hidup normal seperti seharusnya atau minimal dia hanya menjadi anggota Benthala bukan menjadi pemilik permata kayangan. Jauh sebelum Jake, Sunoo telah melewati ritual itu hampir merenggang nyawa sebelum ritual dinyatakan gagal dan pemegang permata kayangan sebelumnya masih mencari-cari sosok lain yang lebih pantas.

Tak terasa bulir-bulir air mata jatuh bercucuran bercampur keringat dan darah. Ingatan lama yang terhapus kembali muncul ke permukaan seolah kaset lama yang diputar. Dia telah sadar sepenuhnya. Bukan lagi berada dalam bayang-bayang. Kepalanya tertoleh menatap gerbang belakang yang saling diam-diaman. Anggota Benthala mulai sadarkan diri. Mencoba memproses dan memahami kilas balik masa lalu juga masa depan yang kini terpampang.

"Aku telah bebas," gumamnya tak percaya.

|••••|

Halo halo, menurut kalian cerita ini masuk rate M nggak sih? Banyak action yang aku masukin dan niatnya setelah revisi nanti mau aku tambahin adegan kekerasan biar feel nya makin dapet. Semoga nggak mengganggu kalian ya, thank u.

Nabastala vs Benthala [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang