Chapter 21 : Terjebak dalam jeratan

17 4 0
                                    

Kaki panjang milik Niki dan Sunghoon terus dipacu dari gedung kelas tambahan menuju taman sebelum sampai pada asrama. Mereka dihubungi salah seorang anggota yang mengatakan Benthala diserang oleh Nabastala. Kali ini katanya mereka datang dengan persiapan matang. Anggota Benthala yang tak sepenuhnya dari Berdikari cukup kewalahan sampai menghubungi anggota senior yang berasal dari luar. Niki jelas tahu maksud mereka datang. Apa lagi jika bukan tentang permata kayangan.

Manik tajam miliknya menangkap postur tubuh yang dikenalnya akhir-akhir ini. Langkahnya dibawa kembali berlari mengelilingi air mancur ditengah taman mengejar sosok Haechan dan Mark yang tengah membawa senjata tajam didepan.

"Berhenti sialan!" pekik Niki penuh amarah. Meski dia tahu kedatangan mereka membawa janji kedamaian tetapi saja senjata tajam itu terlalu berlebihan. Sunghoon melirik Niki yang dibalas anggukan. Langsung saja mereka berpencar dari sisi kanan dan kiri memblokir jalan kedua lawan.

"Apa yang kalian inginkan?" Jantung Niki terasa bertalu-talu sejak satu jam yang lalu tak henti-hentinya berlari. Dia harap mereka dapat diajak berbincang daripada beradu mekanik. Dia maupun Sunghoon tidak membawa senjata sama sekali. Akan menjadi pertarungan yang tidak seimbang nanti.

"Tunggu dulu, kami datang ingin menyelamatkan kalian."

"Benar, kami hanya ingin melepaskan kalian dari ancaman Benthala. Ayo hidup damai tanpa ketakutan."

Niki terdiam dengan netra yang memicing pada keduanya. Sedangkan Sunghoon berusaha memproses. Tadi Niki telah menjelaskan kejanggalan tentang permata kayangan, leader Benthala. Mereka sendiri tentu saja tak yakin dapat mengalahkan si pemilik permata kayangan.

"Keluarga ku ditawan oleh mereka," ujar Niki memulai.

Haechan terbelalak, ternyata benar Benthala tak sepenuhnya berisi anggota yang bergabung sukarela. Mereka dipaksa.

"Apa kalian yakin bisa memastikan keselamatan mereka jika tetap melawan Benthala?"

|••••|

"Heeseung, terimalah berkat iblis ini dari neraka."

Ditengah-tengah rooftoof  si pemilik permata kayangan mulai melancarkan aksinya. Meliukkan tangannya membentuk segel-segel aneh yang diarahkan pada ketua OSIS yang setengah sadar. Dibawahnya terdapat logo aneh dimana Heeseung berada tepat ditengah nya bersiram cahaya bulan. Dengan kepala yang terasa bertalu-talu, Heeseung berusaha membuka kedua iris matanya.

Sekelebat sosok berbaju putih melayang menyerang sang leader Benthala membuatnya tak sempat menyelesaikan ritual, "Zhong Chenle," geramnya.

Chenle menyeringai, "tidak akan ku biarkan kau melakukan hal yang sama seperti pada ku dulu." Dia melirik tubuh Heeseung yang kembali tak sadarkan diri sekujur tubuhnya penuh luka yang didapat entah dari siapa, "cukup aku yang menjadi korban mu, Jake."

Sosok itu tertawa terbahak-bahak menikmati semilir angin yang menerbangkan surainya. Sebelum kurva itu tertarik miring, "sudah terlambat Chenle."

Heeseung bangkit dari tidurnya. Tertunduk dalam dengan netra terpejam. Meringsek cepat kearah Chenle yang terkejut melihatnya. Sebelum Heeseung menyentuhnya, Chenle melayangkan tangannya menggores lengan Jake dengan belati yang disembunyikan dari awal.

"Akh," tubuh Jake terjatuh dengan darah segar mengalir dari lengan kanannya. Begitu juga tubuh Heeseung yang ikut terjatuh, masih tak sadarkan diri.

Belum, dia belum terlambat seperti dulu.

"Jake, terlepas dari kutukan yang telah kau bagikan padaku." Chenle menatap jauh kearah keramaian dari gerbang belakang asrama. Cukup banyak yang tumbang disana tapi dapat dipastikan tidak ada nyawa yang terancam. Sebab semalam Jaemin berhasil menyembunyikan senjata milik Benthala, hingga mereka kini bertarung dengan tangan kosong. Ditambah Renjun yang memimpin mereka lewat earphone untuk menyerang titik lemahnya. Tak banyak darah yang tumpah seperti dulu. Meski sekarang dia sendiri yang menumpahkan darah.

"Aku tahu penderitaan mu. Benthala benar-benar kejam. Tapi kau tidak ada bedanya."

"Tentu saja karena aku bagian dari mereka," sahutnya percaya diri meski sempat oleng saat ingin berdiri. Chenle benar-benar menyerang titik lemahnya. Darah yang tumpah bukan hanya terasa menyakitkan namun juga menyadarkan Jake dari gelapnya mata batinnya.

Chenle terkekeh, menyembunyikan kedua tangannya dibelakang tubuh. Jubah putih miliknya berkibar agung. "Siapa pemimpin Benthala yang sebenarnya? Dia pasti bisa dikalahkan jika kita berkerja bersama-sama."

"Percuma, kalaupun dia tertangkap bahkan tewas sekalipun kutukan ini tidak akan bisa lenyap," tuturnya rendah. Sepertinya dia sudah mulai sadar dari pengaruh kutukan.

Kepalanya tertoleh menatap Jake yang bersandar lunglai sembari memegang lengannya yang terluka. "Jangan lupa jika aku memegang separuh dari kutukan milik mu."

Langkahnya dibawa mendekati Jake, "lihat aku yang sekarang. Aku bisa hidup kembali setelah berjuang melawan sakit selama ini. Sakit tak masuk akal yang bahkan dokter pun tak tahu obatnya. Tapi aku tidak menyerah Jake, aku memegang kendali pada diriku sendiri. Aku lah yang memegang kendali, bukan mereka! Ini tubuh ku, milik ku, ini pikiran ku berada pada kendali ku. Tak akan ku biarkan mereka masuk dan mengacau."

"Ayo Jake, keluar lah pada zona ini, kau dalam bahaya. Jadilah dirimu yang tidak bisa dikendalikan orang lain."

Kepala Jake terasa berputar-putar, perut nya teraduk-aduk dan berakhir merasa mual, "kita beda Chenle, kutukan mu hanya seperempat dari milikku. Jika kau berhasil mengendalikan diri itu hal yang wajar. Lain halnya dengan ku. Aku tidak bisa lepas, satu-satunya cara adalah memberikan kutukan ini pada orang lain."

"Sebelum itu mata batin milikku juga harus ditutup dahulu. Ini menyakitkan, Chenle. Benar-benar menyakitkan."

Nabastala vs Benthala [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang