Chapter 17 : Satu langkah maju

33 3 0
                                    

Hari kedua karnaval nampak semakin meriah disoraki siswa-siswi dari sekolah-sekolah lain yang di undang. Mereka memang tidak memanggil band manapun untuk memeriahkan acara namun pertunjukan dari club' tambahan SMAU Berdikari cukup menghibur para tamu.

Tari Saman yang ditampilkan sebagai pembuka acara berhasil ditampilkan dengan baik. Keluwesannya, energiknya dan kekompakannya berhasil menarik pengunjung yang baru datang. Salah satunya seorang pemuda dengan kemeja putih dilengkapi jas hitam dengan celana senada. Kulitnya putih bersih, rambut hitam legam dengan kacamata hitam bertengger di hidungnya. Berjalan angkuh dengan sebelah tangan bersemayam di saku celana. Sisi kanan dan kirinya dikawal ketat oleh orang-orang berdasi.

Sempat terpukau sebelumnya meski tak ditunjukkan jelas. Kini kepalanya tertoleh kanan dan kiri mengamati para panitia OSIS yang sibuk dengan urusan masing-masing. Di bagian pintu masuk ada Jay sebagai keamanan dan Haechan yang menjaga tiket masuk, lalu ada Jake bersama Mark yang mengurusi sound sistem dekat panggung.  Setelah kejadian semalam, Nabastala memilih untuk memberi jeda sejenak. Mark dan Haechan yang tetap membantu pekerjaan--kali ini dia benar-benar membantu dan Renjun yang diberi kesempatan untuk beristirahat ke markas sambil menyusun ulang rencana mereka.

Dibawah pohon Cemara, anggota Benthala non-OSIS berkumpul untuk mengawasi gerak-gerik sekitar. Katakanlah untuk mengawasi Mark dan Haechan yang jelas-jelas dari lawan. Namun tak urung juga mereka bertugas mengawasi tamu-tamu random yang siapa tahu mengancam keberlangsungan acara. Dari kejauhan netra tajam milik Niki memincing waspada dengan tamu yang nampak mencolok hari ini. Masih muda, baju formal itu terkesan berlebihan untuknya.

"Siapa dia?"

Teman-teman satu tongkrongannya mendongak, menatap tanya pada sosok yang dimaksud. "Paling tamunya pak Adam. Aura sugih nya kecium sampe sini."

Pemuda itu menoleh menatap Niki, kesannya seperti tahu jika sedang dibicarakan. Earphone mahal yang tak luput dari pengamatan terlihat begitu mencurigakan. Teringat pesan Jake, padanya untuk mencurigai alat dengar apapun sebab orang-orang begitu licik saat ingin mencuri dengar.

"Tuan muda, kursi anda disebelah sana. Mari saya antar, disini panas sekali kulit anda sudah memerah."

"Baiklah." Dibalik kacamata hitamnya netra itu masih menatap lekat. Nishimura Riki, pembalap muda dari Benthala.

Langkahnya dibawa menuju kursi khusus yang telah disiapkan. Pantas saja dia memakai pakaian formal, Niki yakin kaos gembel miliknya tak layak duduk di kursi sewa seharga ginjal itu. Dengan posisi kursi paling depan Mark dapat melihat dengan jelas siapa sebenarnya dibalik sosok penting karnaval Berdikari. Tentu saja dia mengenalnya, inilah awal dari misi mereka selanjutnya.

"Apa yang sudah kau dapat Ji-Sung?"

"Hari ini aku sudah meminta SMK Surya untuk bersiap sedia. Mungkin malam ini atau besok aku akan kembali ke SMK Rendang untuk bersiap juga. Entah kenapa aku merasa akan ada sesuatu yang besar akan terjadi."

"Tentu saja. Apa yang sudah dialami Renjun patut untuk diselidiki lebih lanjut. Mungkin setelah ini mereka akan lebih menjaga ketat keamanan terutama tempat itu."

"Sebenarnya malam adalah waktu yang tepat bagi kita untuk bergerak. Aku sudah mencari tahu tadi, ada markas Benthala dibelakang gedung asrama, cukup jauh dari lokasi karnaval. Aku rasa ada hal yang bisa kita cari disana."

"Meski malam, apa mereka akan keluar secara bersamaan? Pasti ada satu-dua yang memilih menetap."

"Inilah yang aku pikirkan. Hari ke-tiga setelah acara penutupan digelar pertunjukan besar-besaran sampai malam. Pesta kembang api atau apapun itu memerlukan banyak tenaga untuk mempersiapkan. OSIS saja tidak cukup, aku yakin Benthala akan dipaksa untuk ikut membantu persiapan. Waktu yang sempurna untuk menyelinap masuk."

"Kalau begitu, siapa yang akan menyelinap? Tidak mungkin Mark dan Haechan. Renjun pun .. tidak jangan dia. Pasti mereka paling curiga dengan Renjun. Jeno juga tidak bisa pergi sendiri dia terlalu ceroboh. Ji-Sung masih ada misi sendiri. Hm .. panggil Na Jaemin biar dia yang masuk."

"Tapi ibunya .."

"Aku yakin dia bisa mencari cara. Sebagai pengalihan, aku juga akan datang."

"Serius--? Kau ingin jadi babu OSIS juga?"

"Cih--tidak level."

Itulah sosok leader asli dari Nabastala, si pemilik kuasa yang sebenarnya. Mark menegakkan tubuhnya sembari perenggangan, dibanding dirinya sosok itu lebih memiliki aura penguasa yang kental. Mungkin karena dua pengawal di kanan dan kirinya, atau karena sikapnya yang tak tertebak membuatnya tak mudah dikenali siapa saja. Mark mengakui merasa segan padanya.

|••••|

Jungwon berlari tergesa-gesa membawa derigen bensin menjauhi api yang menyala marah. Tumpukan buku dan kertas-kertas kuno berhasil mereka bakar jauh dari pekarangan sekolah.

"Bawa buku-buku ini menjauh dari sekolah, kalau bisa bakar sekalian. Dengan itu semoga penjaga permata kayangan bisa lenyap dan kedamaian akan datang mendekap."

"Kenapa Lo percaya kan ini sama kita?"

"Karena kalian pengkhianat! Hanya kalian yang berani melakukan tugas seberbahaya ini. Cepat pergi sebelum ada yang sadar buku diary nya dibawa pergi."

"Gue kira bakal jadi beban doang ternyata Lo berguna juga, thanks Lita. Gue akui Lo cewek paling berani yang pernah gue temui. Adiratna, aja kalah."

Sunoo terengah-engah, tak menurunkan eksistensi nya untuk waspada. Bersama orang-orang pintar, mereka berhasil menghanguskan kertas-kertas berisi mantra kuno yang tersimpan di perpustakaan. Ini adalah langkah besar sebelum menuju kedamaian. Benthala pasti akan mendapat kedamaian dari bantuan Nabastala, pasti.

|••••|

Cerita nya lebih simple dari yang dijelaskan sebenarnya, setelah cerita ini selesai mau aku revisi kalau-kalau ada bahasa yang kurang dimengerti atau alur yang terlalu mendadak. Actually, cerita ini udah ada alur dari lama cuma nunggu proses aja wkwk.

Boleh dong vote nya kaka

Nabastala vs Benthala [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang